"Tapi aku cacat Mas!" ucap Jumirah dengan wajah sendu.
"Sudahlah ayok kamu masuk kelas, sebentar lagi bel berbunyi," ajak Farel menggendong adiknya yang masih kelas satu SD
"Terimakasih ya Mas, Mas Farel begitu baik," kata Jumirah melingkarkan kedua tangan dia dileher Farel yang sedang menggendongnya, ia menempelkan kepalanya diatas punggung Farel.
Jumirah diturunkan dari gendongan setelah mereka sudah sampai di depan pintu kelas 1 SD.
"Mas Farel tidak masuk kelas?" tanya Jumirah karena kakaknya masih berdiri didepan pintu kelas satu.
"Sebentar lagi Dek, Mas tunggu guru kamu datang, Mas gak mau mereka mengganggu kamu lagi." Kata Farel menatap tajam ke arah empat bocah laki-laki yang sedang duduk di kursi kayu deretan paling belakang, ke-empat bocah laki-laki itu menundukkan kepalanya merasa takut dengan tatapan Farel.
Farel yang sudah kelas 6 SD pun kembali ke kelasnya saat melihat guru kelas satu datang.
*****
Kembali ke Jumirah umur 15 tahun.
Tok tok ...
"Dek, bukain pintunya. Ini Mas Farel," kata Farel sambil mengetuk pintu kamar Jumirah.
"Buka aja Mas, pintunya nggak Jumi kunci kok," jawab Jumirah dari dalam kamar.
Ceklek ...
Pintu kamar Jumirah dibuka oleh Farel, terlihat adiknya yang sedang rebahan di atas kasur dengan posisi tengkurap sambil menyembunyikan wajahnya di atas bantal.
"Dek!" Farel memegang punggung sang adik, Jumirah membalikkan badan, ia pun bangun dari rebahan. Kedua matanya nampak merah dengan cairan bening keluar dari kedua matanya yang indah.
"Mas Farel ... bukan aku yang sudah memecahkan vas bunga Ibu mas, aku berani sumpah Mas, sungguh bukan aku Mas, tapi Dewi, aku lihat sendiri Dewi yang baru keluar dari dalam kamar berjalan sambil sempoyongan mungkin karena masih ngantuk, dia tidak sengaja menyenggol vas bunga Ibu dan akhirnya vas bunga Ibu pecah, hiks ...." Jelas Jumirah sambil terisak menatap wajah Farel.
"Mas percaya Dek. Sekarang kita keluar yok, jangan nangis lagi." Farel mengusap lembut rambut Jumirah.
"Tapi Ibu tidak percaya sama Aku Mas, Ibu malah menghukum Aku tidak memberi uang jajan selama satu minggu. Kalau Ibu nggak memberi aku uang jajan, aku gak bisa bayar angkot. Bagaimana caranya aku pergi kesekolah Mas, nggak mungkin aku jalan kaki karena sekolah aku kan jauh banget Mas, aku gak bisa pergi ke sekolah kalau tidak naik angkot," keluh Jumirah.
Jumirah saat ini sudah kelas 1 SMA, jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh, harus naik angkot untuk sampai ke sekolahannya yang berada di kota sedangkan ia tinggal di desa.
Jumirah yang hanya anak dari seorang petani yang kehidupannya pas-pasan bisa sekolah di sekolah itu karena berkat beasiswa yang ia dapatkan dari pemerintah karena kecerdasannya.
"Kamu nggak usah khawatir Dek, kamu lupa kalau masih ada Mas, nanti Mas yang antar kamu ke sekolah," kata Farel.
"Hua ... Mas Farel makasih Mas, hiks ...." Jumirah langsung memeluk tubuh Farel dengan erat sambil menangis.
Deg....
Perasaan aneh muncul pada diri Farel saat sang adik memeluk dirinya dengan begitu erat membuat jantung dia berdebar-debar tidak karuan.
Farel yang saat ini sudah berusia 20 tahun, diam-diam menyukai Jumirah. Sabenarnya Farel sudah tau dari dulu kalau Jumirah bukanlah adik kandungnya.
"Ya sudah aku mau pergi ke sawah bantuin bapak dulu ya, sudah ... kamu jangan nangis lagi, besok Mas yang antar kamu ke sekolah." Farel mengusap lembut rambut Jumirah, ia berusaha menenangkan adiknya yang sedang sedih.
"Hiks ... Mas Farel hati-hati ya," Jumirah melepas pelukannya, ia mengusap air mata dia sendiri dengan menggunakan jarinya.
Satu menit kemudian setelah Kakaknya pergi ke sawah dengan bapak mereka, dan sang ibu juga sudah pergi ke kondangan, Jumirah kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel lantai, cuci baju milik kedua orang tua dan juga kedua saudaranya, setelah selesai mencuci baju, Jumirah lanjut masak, sedangkan sang adik yaitu Dewi malah pergi bermain bersama teman-temannya.
Jumirah kembali kedalam kamar setelah pekerjaannya selesai.
"JUMIRAH!" Terdengar teriakan seseorang memanggil namanya membuat Jumirah yang sedang berada di dalam kamar langsung keluar kamar untuk melihat siapa yang memanggil, terlihat sang bapak yang ternyata sudah pulang dengan kakak laki-lakinya sambil menenteng ember berukuran sedang, berisi singkong yang baru mereka ambil dari sawah. Selain ditanami padi, mereka juga menanam pohon singkong di tanggul-tanggul sekitar sawah.
"Ini, kamu bersihkan lalu nanti direbus beberapa saja, sisanya kamu bikin keripik besok!" perintah Pak Sutejo yang baru pulang dari sawah ketika hari sudah sore.
"Baik Pak." jawab Jumirah membawa ember yang berisi singkong yang masih kotor dipenuhi tanah ke belakang untuk dikupas dan dibersihkan lalu ia rebus sebagian sesuai dengan perintah bapaknya.
"SUTEJO ... LASMI ... KELUAR KALIAN !" Terdengar teriakan seorang laki-laki dari luar rumah.
Pak Sutejo yang baru pulang dari sawah langsung keluar rumah untuk melihat siapa yang berteriak diikuti oleh Farel dan Jumirah karena penasaran.
"Tejo... bayar utang-utang kamu cepet!" bentak orang yang ada di luar rumah setelah Sutejo sudah keluar dari dalam rumah.
"Waduh tuan tanah maaf tuan, aku belum punya uang," jawab Sutejo sambil membungkukkan badannya.
"Hah ... tidak bisa, pokoknya kamu harus membayar hutang kamu sekarang juga karena hutang kamu sudah bertambah banyak beserta bunganya."
"Maaf tuan, beri Aku waktu beberapa minggu lagi menunggu panen."
Tidak bisa," jawab tuan tanah tegas, lalu ia melirik kearah Jumirah yang baru keluar dari dalam rumah.
"Oke ... utang kalian akan aku anggap lunas asal kamu menyerahkan anak gadis kamu itu kepadaku." kata tuan tanah sambil tersenyum licik ke arah Jumirah.
"Hah ...." Jumirah langsung bersembunyi di belakang Farel.
"Hai manis, jangan takut sama Abang Sayang," kata tuan tanah hendak menarik tangan Jumirah tapi langsung ditepis oleh Farel menghalangi tuan tanah itu mendekati Jumirah.
"Oh ... jadi tuan tertarik dengan anak itu, oke bisa diatur tuan." ucap Pak Sutejo tanpa ada beban.
"Apa maksud Bapak?" tanya Farel curiga.
"Sudah kamu diam saja ini urusan orang tua," jawab Pak Sutejo ketus.
"Oke, aku pegang omongan kamu Sutejo." tuan tanah itu pun pergi berlalu meninggalkan rumah Sutejo.
Ketika malam hari terjadi perdebatan antara Sutejo dengan istrinya, Pak Tejo ingin Jumirah menikah dengan tuan tanah agar utang-utangnya lunas, sedangkan Bu Lasmi merasa keberatan jika Jumirah harus menikah dengan Tuan tanah yang sudah tua dan sudah memiliki 6 istri, walaupun Bu Lasmi sering memarahi Jumirah tetapi sesungguhnya ia sangat menyayangi Jumirah walaupun Jumirah bukan anak kandungnya, anak yang sudah ia rawat dari bayi.
"Buat apa kamu mempertahankan anak itu Bu, dia toh bukan anak kandung kita," ucap Pak Tejo nampak marah karena istrinya tidak mengizinkan Jumirah untuk diserahkan kepada tuan tanah untuk melunasi utang-utangnya yang ia pinjam untuk berjudi dan untuk modal bertani.
Jumirah yang tidak sengaja mendengar ucapan bapaknya sungguh merasa syok, ia langsung berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya, di dalam kamar ia menangis sejadi-jadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Siti Lestari
kasihan jumira
2022-09-28
0
SoVay
ibu sayang jumirah pak tejo
2022-03-14
1