Bab 4. Mengutarakan isi hati.

"Tunggu Kak, jangan diberesin dulu lukisannya, aku mau lihat." ucap Margaretha menghentikan pekerjaan Jumirah yang sedang mengumpulkan lukisan-lukisannya untuk dibawa ke rumah karena hari sudah sore.

"Tapi aku harus pulang Dek, sudah sore." jawab Jumirah.

"Tunggulah sebentar aja Kak, please ...!"

Kata Margaretha memohon sambil tersenyum manis, berharap perempuan yang ada di depannya mengizinkan dirinya untuk melihat lukisan-lukisan yang sebagian sudah diikat dan dimasukkan ke dalam keranjang.

"Oke, silahkan." Kata Jumirah akhirnya mengikuti keinginan dari gadis remaja itu.

"Asyik ... terimakasih Kak." Ucap Margaretha merasa senang sambil bertepuk tangan kegirangan.

"Kak Aden, sini !" Panggil Margaretha sengaja ingin mempertemukan kakaknya dengan Jumirah.

Aden keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menghampiri dua perempuan yang sedang berdiri tidak jauh dari mobilnya.

"Kak kenalin ini Kakak aku, namanya Kak Aden." Margaretha memperkenalkan kakaknya dengan perempuan yang ada di depannya.

"Oh, i ... iya, senang berkenalan dengan anda, namaku Jumirah." Balas Jumirah sambil mengulurkan tangannya ke arah Aden.

"Em ...." Aden hanya tersenyum menyambut uluran tangan Jumirah.

"Ya sudah kalian ngobrol dulu sambil nunggu aku lihat-lihat siapa tau ada yang aku suka." Kata Margaretha meninggalkan kakak dan pelukis wanita yang ada disampingnya.

"Eh...i...iya, silahkan dek!" Jawab Jumirah gugup.

Ia kembali menatap laki-laki yang ada di sampingnya sekilas lalu menundukkan kepalanya merasa canggung.

"Sejak kapan kamu jadi pelukis?" tanya Aden mencairkan suasana.

"Sejak lima tahun yang lalu Mas." jawab Jumirah jujur.

"Oh, apa ini semua hasil karya lukis kamu?" tanya Aden lagi.

"Bukan Mas, ini hasil karyaku sama Kakek aku Mas, tapi Kakek sekarang tidak bisa melukis lagi karena beliau harus beristirahat dengan damai, jadi aku lah sekarang yang harus menggantikan beliau mempromosikan hasil karya kita ini yang masih numpuk di rumah."jawab Jumirah dengan wajah yang tiba-tiba berubah sendu.

"Kakek kamu sakit apa?" tanya Aden yang tidak tau maksud dari ucapan Jumirah beristirahat dengan damai berarti kakeknya telah tiada.

"Kakek sekarang sudah tidak sakit lagi Mas, tapi Kakek harus istirahat." jawab Jumirah yang tidak mau berterus terang soal kakeknya yang telah tiada.

"Kenapa?" Aden semakin bingung dengan ucapan Jumirah.

"Karena ... Tuhan sangat menyayangi katkek, sehingga Tuhan memanggil Kakek untuk bertemu dengannya agar katkek bisa beristirahat dengan tenang tanpa ada yang menggangunya,tidak lagi merasakan sakit." jawab Jumirah sambil menundukkan kepala.

"Oh ... maaf." Ucap Aden yang sudah mulai mengerti dengan maksud ucapan Jumirah.

Ditatapnya wajah wanita yang ada di depannya dengan lekat. Dalam hati sabenarnya ia ingin memeluk wanita yang ada di depannya itu, tetapi ia takut ditimpuk karena dianggap sudah bersikap kurang ajar. Aden menoleh ke belakang untuk melihat adiknya yang sedang memilih lukisan.

"Retha, kok kamu malah duduk? Sudah dapat belum yang kamu cari?" tanya Aden terkejut saat menoleh kebelakang untuk melihat adiknya, eh ... Margaretha malah duduk santai di belakang mereka.

"Hehehe ... maaf Kak, sabenarnya aku sudah dapat lukisan yang aku cari, tapi melihat kalian sedang asyik berbincang-bincang ya sudah aku tungguin aja sampai kalian selesai." jawab Margaretha sambil cengengesan memamerkan deretan giginya yang gingsul bagian atas.

"Kamu ... haduh ...." Ucap Aden menepuk keningnya sendiri.

"Ya sudah ayok cepetan kita pulang!" perintah Aden tampak kesal dengan tingkah adiknya.

"Sabar dong Kak, kita bantuin dulu Kakak cantik ini membereskan lukisan-lukisannya, kasihan dia sendirian sudah sore lagi." jawab Margaretha sengaja agar Kakaknya bisa lebih lama lagi bersama Jumirah.

"Aduh Dek, biarkan saja aku sudah biasa melakukan sendiri, jadi gak enak aku Dek." Kata Jumirah merasa tidak enak.

"Gak apa-apa Kak, Kakak Jumirah santai saja, oh iya, besok melukis di sini lagi 'kan kak?" tanya Margaretha sambil membantu mengumpulkan lukisan-lukisan dan diikat menggunakan tali yang sudah disediakan oleh Jumirah.

"Iya Dek, setiap hari Kakak selalu datang kesini kecuali hari sabtu dan minggu Kakak harus pergi ke galeri untuk membantu teman Kakak di sana." jelas Jumirah.

"Oh ... gitu, Kakak hebat ya! Kapan-kapan bolehkah aku belajar melukis?" tanya Margaretha pingin mengenal lebih dekat dengan perempuan yang ada di sampingnya.

"Tentu saja boleh, kalau mau datang saja kesini nanti kita bisa melukis bersama, banyak kok anak-anak muda yang ikut belajar melukis di sini, biasanya mereka datang saat jam satu siang, ada yang minta dilukis, ada yang datang memang pingin belajar melukis." Jelas Jumirah.

"Benarkah? Ya sudah besok pulang sekolah aku ke sini mumpung besok gak ada les." ucap Margaretha tampak bersemangat.

"Kalau aku main ke rumah Kakak boleh tidak? Aku ingin berkenalan dengan keluarga Kakak."

"Em ... aku tinggal sendirian Dek, tadinya aku tinggal berdua dengan Kakek, tapi sekarang Kakek sudah ...." Jawab Jumirah tidak meneruskan ucapannya.

"Ahv... maaf." Margaretha merasa tidak enak.

"Mana lukisan yang tadi kamu pilih Retha?" tanya Aden saat melihat adeknya malah mengikat semua lukisan tidak menyisakan satupun.

"Oh iya lupa, hehehe ...." ucap Margaretha sambil cengengesan, lalu ia membuka kembali ikatannya dan mengambil asal sebuah lukisan, terlihat lukisan seorang perempuan sedang duduk seorang diri sambil menatap awan.

"Aku mau yang ini Kak, berapa harga lukisan ini Kak?" tanya Margaretha sambil menunjukkan sebuah lukisan yang tadi dia ambil.

"Oh ... lukisan ini menggambarkan tentang perasaan Kakak, kalau kamu mau ambillah, ini buat kamu gratis dari Kakak sebagai tanda persahabatan kita." jawab Jumirah tulus.

"Benarkah? Wahb... terimakasih Kak!" ucap Margaretha merasa senang.

"Retha, kamu harus membayarnya." suruh Aden.

Biarkan saja Mas, aku ikhlas kok." ucap Jumirah tulus.

Semenjak saat itu Margaretha sengaja mengajak kakaknya untuk menemui Jumirah.

Tanpa sepengetahuan Margaretha, sabenarnya Aden sering menemui Jumirah saat adiknya itu sekolah.

Aden bahkan sampai rela tidak pergi ke pabrik tekstil miliknya hanya untuk menemani Jumirah mempromosikan hasil karyanya di pinggir jalan.

"Mas Aden memangnya gak kerja Mas? Kok pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Jumirah merasa terkejut pagi-pagi sekali Aden sudah berada di rumahnya.

"Hari ini kamu mau ke galeri kan? Ayok aku antar." jawab Aden.

"Tapi Mas ...." ucap Jumirah terlihat ragu.

"Kenapa? Kamu gak suka?" tanya Aden sambil berjalan menghampiri Jumirah yang sedang berdiri di depan pintu

"Bukan begitu Mas, tapi ...."

"Izinkan aku untuk menjagamu, aku ingin menjadi bagian dalam hidupmu, aku ... aku sangat mencintaimu." ucap Aden mengutarakan isi hatinya setelah dua bulan lamanya ia simpan seorang diri tentang perasaannya itu sambil menggenggam tangan Jumirah.

"A ... aku ... aku gak pantas untuk Mas Aden, aku wanita ca ...!"

"Aku menyukaimu apa adanya, aku tidak perduli dengan keadaan kamu, maukah kamu menjadi kekasihku?" ucap Aden serius memotong pembicaraan Jumirah.

Deg....

Jantung Jumirah seakan berhenti mendadak mendengar ucapan dari seorang pemuda tampan yang sedang berdiri didepannya. "A...aku..."

"Aku serius Jumi, aku mencintaimu,maukah kamu menjadi kekasihku?" Aden mengulang ucapannya sebelum Jumirah selesai bicara sambil menatap wajah Jumirah dengan tatapan cinta.

"Hiksv...."Jumirah malah menangis, melihat wanita yang dicintainya menangis Aden langsung menarik tubuhnya dan mendekapnya dengan erat.

*******

Pada hari yang sama di tempat yang berbeda.

Brak....

"Kurang ajar ...!"

Terlihat seorang perempuan paruh baya nampak marah sambil menggebrak meja yang ada di depannya.

Terpopuler

Comments

Uwie Mmkhansakifa

Uwie Mmkhansakifa

Bau aroma2 camer rese nih.....🤭🤭

2023-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tentang Jumirah
2 Bab 2. Kedatangan Tuan tanah dirumah Pak Sutejo dan Bu Lasmi.
3 Bab 3. Perjuangan seorang pelukis jalanan.
4 Bab 4. Mengutarakan isi hati.
5 Rencana pergi ke Jakarta mencari Jumirah.
6 Bab 6. Dia harus menjadi milik gue.
7 Bab 7. Kenapa kalian lakukan ini kepadaku?
8 Bab 8. Tawaran kerjasama.
9 Bab 9. Di jebak.
10 Bab 10. Kedatangan pengacara dirumah Jumirah.
11 Bab 11. Pergi dari rumah.
12 Bab 12. Bertemu lagi.
13 Bab 13. Perasaan Farel.
14 Bab 14. Tidak diterima.
15 Bab 15. Saatnya untuk bangkit.
16 Bab 16. Jumirah dan anak-anak jalanan.
17 Bab 17. Merubah penampilan.
18 Bab 18. Mengetahui kebenaran.
19 Bab 19. Di tolong.
20 Bab 20. Kedatangan Tuan Alex Fernandez.
21 Bab 21.Tawa mommy yang sempat hilang.
22 Ucapan polos si Joni.
23 Bab 23. Kebakaran.
24 Bab 24.Tentang Aden dan Rosita.
25 Bab 25. Pentingnya anak-anak untuk Jumirah.
26 Bab 26. Mencari keberadaan anak-anak.
27 Bab 27. Joni si bocah laki-laki pemberani
28 Bab. 28. Emak ompong
29 Bab 29. Emak ompong bagian ke dua.
30 Bab 30. Usaha untuk kabur.
31 Bab 31. Penyelamatan.
32 Bab 32.Tersipu malu.
33 Bab. 33. Sikap dua sahabat sudah seperti anjing sama kucing.
34 Bab 34.Rencana Pak Sutejo.
35 Bab 35.Kedatangan Pak Sutejo.
36 Bab 36. Pertemuan antara Pak Sutejo dan ibu kandung Jumirah.
37 Bab 37.Rencana Pak Sutejo.
38 Bab 38.Joni sakit.
39 Bab 39. Sikap keras kepala Nyonya Claudia.
40 Bab 40.Rumah baru.
41 Bab 41.Mencari bengkel.
42 Bab 42.Marah
43 Bab 43.Beli bakso
44 Bab 44.
45 Bab 45.
46 Bab 46.
47 Bab 47.Menyesal.
48 Bab 48.Sikap Dewi.
49 Bab 49.menawarkan untuk bekerja sama.
50 Bab 50.Menawarkan bekerja sama bagian ke-2
51 Bab 51.Sekolah untuk anak-anak.
52 Bab 52.Tentang Alex Fernandez.
53 Bab 53. Sorot mata Joni terlihat menyeramkan.
54 Bab 54.Anak itu sekali-kali harus diberi pelajaran.
55 Bab 55.Semua karena iri.
56 Bab 56.Sebaiknya berbicara jujur.
57 Bab 57.Sebaiknya kita pura-pura marahan dulu.
58 Bab 58.Mungkin dia cemburu.
59 Bab 59.Hampir tertabrak.
60 Bab 60. Alex membayar seseorang untuk membuang putrinya sendiri 20 tahun lalu.
61 Bab 61.Kedatangan Dewi
62 Bab 62. Kedatangan Dewi bagian kedua
63 Bab 63.Dia hanya menyayangi mbak seorang.
64 Bab 64. Kenapa jantung gue jadi dag-dig-dug gini.
65 Bab 65. Is so good
66 Bab 66.rencana untuk pergi ke pasar malam
67 Bab 67.Kemarahan Margaretha.
68 Bab 68.Makan sahur bersama.
69 Bab 69.Do'a Caroline.
70 Bab 70.Pertemuan Bu Lasmi dan Nyonya Claudia.
71 Bab 71.Gak tahan godaan dari dalam kulkas.
72 Bab 72. Hampir tertabrak motor.
73 Bab 73. Melihat noda darah di saku kemeja Arya.
74 Bab 74. Bertemu kembali.
75 Bab 75. Tersipu malu.
76 Alex kritis.
77 Aku adalah anak yang tidak pernah diinginkan oleh orang tuaku sendiri.
78 Dewi berubah
79 Mimpi.
80 Mengajak mencari kado untuk Retha.
81 Aku jadi semakin cinta.
82 Di pesta ulang tahun Margaretha.
83 Mengakui
84 Menikah.
85 Akhirnya kembali bersama. Mengandung 21+
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1. Tentang Jumirah
2
Bab 2. Kedatangan Tuan tanah dirumah Pak Sutejo dan Bu Lasmi.
3
Bab 3. Perjuangan seorang pelukis jalanan.
4
Bab 4. Mengutarakan isi hati.
5
Rencana pergi ke Jakarta mencari Jumirah.
6
Bab 6. Dia harus menjadi milik gue.
7
Bab 7. Kenapa kalian lakukan ini kepadaku?
8
Bab 8. Tawaran kerjasama.
9
Bab 9. Di jebak.
10
Bab 10. Kedatangan pengacara dirumah Jumirah.
11
Bab 11. Pergi dari rumah.
12
Bab 12. Bertemu lagi.
13
Bab 13. Perasaan Farel.
14
Bab 14. Tidak diterima.
15
Bab 15. Saatnya untuk bangkit.
16
Bab 16. Jumirah dan anak-anak jalanan.
17
Bab 17. Merubah penampilan.
18
Bab 18. Mengetahui kebenaran.
19
Bab 19. Di tolong.
20
Bab 20. Kedatangan Tuan Alex Fernandez.
21
Bab 21.Tawa mommy yang sempat hilang.
22
Ucapan polos si Joni.
23
Bab 23. Kebakaran.
24
Bab 24.Tentang Aden dan Rosita.
25
Bab 25. Pentingnya anak-anak untuk Jumirah.
26
Bab 26. Mencari keberadaan anak-anak.
27
Bab 27. Joni si bocah laki-laki pemberani
28
Bab. 28. Emak ompong
29
Bab 29. Emak ompong bagian ke dua.
30
Bab 30. Usaha untuk kabur.
31
Bab 31. Penyelamatan.
32
Bab 32.Tersipu malu.
33
Bab. 33. Sikap dua sahabat sudah seperti anjing sama kucing.
34
Bab 34.Rencana Pak Sutejo.
35
Bab 35.Kedatangan Pak Sutejo.
36
Bab 36. Pertemuan antara Pak Sutejo dan ibu kandung Jumirah.
37
Bab 37.Rencana Pak Sutejo.
38
Bab 38.Joni sakit.
39
Bab 39. Sikap keras kepala Nyonya Claudia.
40
Bab 40.Rumah baru.
41
Bab 41.Mencari bengkel.
42
Bab 42.Marah
43
Bab 43.Beli bakso
44
Bab 44.
45
Bab 45.
46
Bab 46.
47
Bab 47.Menyesal.
48
Bab 48.Sikap Dewi.
49
Bab 49.menawarkan untuk bekerja sama.
50
Bab 50.Menawarkan bekerja sama bagian ke-2
51
Bab 51.Sekolah untuk anak-anak.
52
Bab 52.Tentang Alex Fernandez.
53
Bab 53. Sorot mata Joni terlihat menyeramkan.
54
Bab 54.Anak itu sekali-kali harus diberi pelajaran.
55
Bab 55.Semua karena iri.
56
Bab 56.Sebaiknya berbicara jujur.
57
Bab 57.Sebaiknya kita pura-pura marahan dulu.
58
Bab 58.Mungkin dia cemburu.
59
Bab 59.Hampir tertabrak.
60
Bab 60. Alex membayar seseorang untuk membuang putrinya sendiri 20 tahun lalu.
61
Bab 61.Kedatangan Dewi
62
Bab 62. Kedatangan Dewi bagian kedua
63
Bab 63.Dia hanya menyayangi mbak seorang.
64
Bab 64. Kenapa jantung gue jadi dag-dig-dug gini.
65
Bab 65. Is so good
66
Bab 66.rencana untuk pergi ke pasar malam
67
Bab 67.Kemarahan Margaretha.
68
Bab 68.Makan sahur bersama.
69
Bab 69.Do'a Caroline.
70
Bab 70.Pertemuan Bu Lasmi dan Nyonya Claudia.
71
Bab 71.Gak tahan godaan dari dalam kulkas.
72
Bab 72. Hampir tertabrak motor.
73
Bab 73. Melihat noda darah di saku kemeja Arya.
74
Bab 74. Bertemu kembali.
75
Bab 75. Tersipu malu.
76
Alex kritis.
77
Aku adalah anak yang tidak pernah diinginkan oleh orang tuaku sendiri.
78
Dewi berubah
79
Mimpi.
80
Mengajak mencari kado untuk Retha.
81
Aku jadi semakin cinta.
82
Di pesta ulang tahun Margaretha.
83
Mengakui
84
Menikah.
85
Akhirnya kembali bersama. Mengandung 21+

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!