Setelah mengetahui siapa dirinya, akhirnya Jumirah pergi dari rumah kedua orang tua yang sabenarnya bukan orang tua kandung dia sendiri untuk menghindari pernikahannya dengan tuan tanah.
Jumirah pergi untuk mencari keberadaan kedua orang tua kandungnya yang ia sendiri tidak tahu siapa dan dimana keberadaan mereka.
Jumirah hanya mengikuti kemana bus yang ditumpangi akan membawanya.
Setelah semalaman bus berjalan membawa penumpang yang jumlahnya cukup banyak, bus itupun berhenti di tempat pemberhentian yang terakhir.
"Neng... bangun neng, sudah sampai!" Panggil seorang perempuan paruh baya berusaha membangunkan Jumirah yang masih tertidur pulas.
"Em...." Jumirah menggeliat dan membuka matanya berlahan.
"Eh ... sudah sampai ya Bu? Ini dimana Bu?" tanya Jumirah kaget ternyata bus yang ia tumpangi sudah sampai ditempat tujuan.
"Ini sudah sampai Jakarta Neng, memangnya si Eneng mau kemana?" tanya balik perempuan paruh baya itu.
"Em ...." Jumirah tampak bingung.
"Lha ... kok malah bingung?" tanya perempuan paruh baya itu heran.
"Ya sudah Ibu turun dulu ya Neng, suami ibu sudah menunggu di luar." lanjut perempuan itu bergegas turun dari bus Pariwisata karena suaminya sudah menunggu di luar.
Tidak lama Jumirah juga ikut turun, ia nampak kebingungan setelah berada di luar sambil memperhatikan keadaan disekitarnya.
"Em ... Jakarta, jadi aku sekarang sudah berada di kota Jakarta, inikah Jakarta yang suka di puja-puja dan diagung-agungkan oleh banyak orang? Semoga aku bisa bertemu dengan kedua orang tua kandungku di kota ini." Gumam Jumirah dalam hati.
Jumirah berjalan tanpa tujuan dengan menenteng tas besar yang di dalamnya terdapat baju dan juga sejumlah uang hasil tabungannya dan juga uang pemberian Farel.
Berkat bantuan Farel akhirnya Jumirah sampai di kota Jakarta.
Saat Jumirah sedang berjalan tiba-tiba tas yang ia bawa ada yang menarik dari belakang.
"Hah... JAMBRET !" Teriak Jumirah.
Terlihat seorang laki-laki berlari sambil membawa tas miliknya.
"Ada apa Neng?" tanya laki-laki cukup umur menghampiri Jumirah.
"Ja... jambret, orang itu membawa tasku Kek." jelas Jumirah panik. Ia melihat kearah laki-laki yang tadi membawa tas miliknya ternyata sudah menjauh dengan naik sepeda motor.
"Hua ... hiks ... tasku ...." Ucap Jumirah sambil terisak, ia langsung menjatuhkan badannya di atas tanah, harapan dia untuk mencari orang tua kandungnya kandas sudah karena semua miliknya sudah dibawa kabur oleh si jambret.
"Memangnya Eneng mau kemana?" tanya kakek merasa kasihan.
"Em ...!" Jumirah terlihat bingung.
"Eneng baru ke Jakarta ya?" tanya kakek lagi.
"Iya kek, hiks ... sabenarnya aku juga bingung mau kemana, sabenarnya aku kesini ingin mencari kedua orang tua kandungku, tapi aku gak tahu siapa dan di mana keberadaan mereka." Jelas Jumirah dengan polosnya, ia juga menceritakan tentang dirinya hingga membuat ia akhirnya nekat pergi ke Jakarta seorang diri.
"Aku cuma dikasih alamat oleh kakakku, aku disuruh pergi ke alamat itu, kata kakakku dia yang akan membantu aku nanti, tapi alamat itu juga sudah dibawa oleh jambret tadi kek, hua ... aku harus bagaimana kek, hua ...!"Jumirah terus menangis tidak tau harus berbuat apa.
"Oalah Neng, ini Jakarta lho Neng, banyak orang menghalalkan segala cara demi untuk bisa bertahan di kota ini, akan sangat berbahaya buat orang seperti si Eneng tinggal sendirian di kota ini, di sini tidak seperti di kampung lho Neng, orang-orang di sini kebanyakan ya siapa lo siapa gue, tidak seperti di kampung yang suka saling berbagi, saling bantu membantu." jelas kakek.
"Sudah, kamu jangan nangis, kalau kamu mau tinggallah bersama Kakek, kebetulan Kakek cuma tinggal sendirian, tapi rumah Kakek sangat kecil dan berantakan seperti sebuah gudang, hehe ..., nama Eneng siapa? Kalau nama Kakek..., Sebastian, orang-orang biasa memanggil Kakek Bas.
Kamu gak usah khawatir, Kakek bukan orang jahat." jelas Kakek yang mengerti dengan apa yang saat ini sedang difikirkan oleh gadis kecil yang ada di depannya.
"Hiks ... makasih Kek, apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikan Kakek, hiks, oh iya, namaku Jumirah Kek!" Jumirah memperkenalkan diri.
Semenjak peristiwa itu, Jumirah akhirnya tinggal bersama Kakek Sebastian yang ternyata adalah seorang pelukis jalanan.
Kakek Sebastian suka melukis dan memamerkan hasil karyanya dipinggir jalan dengan harapan ada yang tertarik dan membelinya.
Jumirah yang dari kecil memang suka menggambar, melalui Kakek Sebastian ia mulai belajar melukis.
Mereka bersama-sama memasarkan hasil karya mereka dipinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jumirah selalu mengikuti kemana Kakek Sebastian pergi.
Jumirah yang terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya karena ia harus pergi agar tidak dinikahkan dengan Tuan tanah yang sudah tua dan memiliki 6 istri. Tapi ia tetap belajar melalui buku-buku yang ia beli dari hasil penjualan lukisan.
Semangatnya untuk menjadi orang hebat tidak pernah luntur meskipun ia terpaksa berhenti sekolah karena keadaan.
Nama Jumirah mulai dikenal oleh banyak orang berkat karya-karya lukisannya yang sangat indah dan menakjubkan.
Lima tahun kemudian.
"Kek, Jumirah pergi dulu ya Kek, do'akan Jumirah semoga lukisan kita laris manis hari ini." ucap Jumirah menatap sebuah foto seorang laki-laki saat dirinya hendak pergi untuk memamerkan hasil karyanya ditempat biasa ia mangkal, dia adalah Kakek Sebastian yang telah meninggal dua tahun dalam sebuah kecelakaan, saat baru pulang dari tempat biasa Kakek Sebastian memamerkan hasil karyanya di pinggir jalan sambil melukis.
Jumirah akhirnya bisa membeli rumah sendiri tiga tahun yang lalu dengan menggunakan uang hasil penjualan lukisan yang berhasil ia kumpulkan bersama Kakek Sebastian. Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan uang hasil penjualan lukisan hingga akhirnya mereka bisa membeli sebuah rumah berukuran lumayan besar sebagai tempat tinggal dirinya dan Kakek Sebastian, karena rumah Kakek Sebastian yang sabenarnya adalah milik mendiang istri Kakek yang telah lama tiada, rumah itu di minta dengan paksa oleh keluarga dari mendiang istri Kakek Sebastian, baru beberapa bulan menikmati rumah yang baru dibelinya, Kakek Sebastian pergi untuk selamanya meninggalkan Jumirah seorang diri.
Saat Jumirah sedang melukis di pinggir jalan dengan dikelilingi banyak lukisan berbagai ukuran yang sudah dibingkai dengan indah.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang dari tadi terus memperhatikan dirinya yang sedang melukis di atas kanvas.
"Kak, ayok pulang." Ajak seorang gadis remaja menyadarkan lamunan seorang laki-laki yang dari tadi terus memperhatikan gerak-gerik pelukis wanita yang sedang melukis di pinggir jalan.
"Kakak lihat apaan sih?" Tanya gadis remaja itu melihat ke arah yang sedang dilihat oleh kakaknya.
"Em ...." Gadis remaja itupun tersenyum saat melihat seorang perempuan berpenampilan seperti anak laki-laki, rambut panjangnya dibiarkan terurai menutupi kedua telinganya dengan sebuah topi kain menutupi kepala dan kedua telinganya.
"Lho ... Margaretha, kok kamu malah bengong." kata laki-laki itu kepada adik perempuannya.
"Kita kesana dulu yok kak!" Ajak gadis remaja yang memiliki nama Margaretha.
Sabenarnya Margaretha tahu kalau kakaknya setiap kali menjemput dirinya diam-diam selalu memperhatikan pelukis jalanan yang ada di seberang jalan, depan gedung tempatnya mengikuti les piano.
"Mau ngapain Dek?" tanya laki-laki itu yang ternyata adalah seorang pengusaha muda bernama Muhammad Aden Mahendra atau sering dipanggil Aden.
"Mau nyari lukisan 'lah." jawab Margaretha.
"Ayok Kak, sebelum dia pergi membawa semua lukisannya." rengek Margaretha saat melihat si pelukis perempuan itu sedang mengumpulkan alat-alat lukisnya untuk dibawa pulang kembali karena hari sudah sore.
"Oke." jawab Aden mengikuti keinginan adik kesayangannya.
"Ye ...!" Margaretha bersorak gembira sambil mengikuti langkah kaki kakaknya yang sedang berjalan menghampiri mobilnya.
Aden memutar mobilnya untuk pergi ke tempat pelukis jalanan itu berada.
"Kak ... tunggu Kak!" teriak Margaretha saat mereka sudah sampai di depan pelukis jalanan yang sedang mengumpulkan dan memasukkan lukisan-lukisannya ke dalam keranjang berukuran besar terbuat dari kayu, yang ia letakkan di atas motornya sebagai wadah atau tempat semua lukisannya yang belum laku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Senajudifa
sdh ngga tau tujuan kejambretan pula..kasihan jumirah...aku mampir y thor
2022-05-28
1
Anita_Kim
Aku mampir lagi Kak.. semangat.....
2022-05-02
1
Mega Ackerman
kucicil dulu ya mak 👍
2022-04-01
1