“ Katakan padaku Melinda, dimana anakku?!” Damian berdiri dari duduknya dan hendak mencari keberadaan Zaya di kamarnya, tetapi Melinda menahannya dengan menarik tangan kekarnya.
“Duduklah Damian, aku akan mengatakan semuanya kepadamu” Pinta Melinda, lalu menuntun kembali Damian untuk menempati kursinya.
“Zaya memutuskan untuk bergabung dengan kesatriaan…” Lanjutnya sambil mengelus tangan pria tersebut, berusaha untuk memberikan sedikit ketenangan kepadanya.
“Apa katamu?!” Damian menyingkirkan tangan Melinda dari tangannya, hampir saja dia menampar wanita itu karena telah berani mengijinkan anak gadisnya untuk pergi.
Satu tahun lagi usia Zaya akan bertambah, dan pada saat itu Damian akan menikahkannya dengan seorang laki-laki yang dia kenal baik dan berasal dari kasta yang sama dengannya. Tetapi kini semua impiannya itu sirna karena ternyata anak gadisnya itu memutuskan untuk pergi.
Damian paham dengan arah pemikiran Zaya, gadis itu berusaha untuk melepaskan kewajibannya untuk dinikahi oleh seorang pria di usianya yang ke 20 tahun dengan mendaftarkan dirinya di kesatriaan.
Tetapi satu hal yang memberatkan pikiran Damian, adalah kenyataan anak gadisnya akan berada di medan perang di usianya yang ke 20 tahun itu dan bukannya berada di rumah salah satu pria yang memilihnya untuk menjadi istrinya.
“Dengarkan aku dulu Damian, Zaya hanya tidak mau berakhir seperti aku yang hanya menjadi selir untukmu” Ucap Melinda lirih, bagaimanapun berat rasanya bagi dirinya untuk bisa melepaskan Zaya saat itu bahkan hingga saat ini. Tetapi di sisi lain dia pun harus menghormati keputusan Zaya, apapun resikonya.
Deg!
Damian terdiam, mulutnya tidak sanggup untuk membantah perkataan Melinda. Dilihatnya wajah sendu dari wanita yang masih sangat dia cintai itu, dan seketika amarah yang menyelimutinya pun sirna.
“Sesakit itukah rasanya?”
“Sangat sakit Damian, sangat sakit hingga membuat putri kita lebih memilih berada di medan perang dan memerangi musuh daripada harus berperang dengan prinsipnya serta merasakan sakit karena harus berbagi kasih dengan wanita lainnya” Melinda menatap lekat manik tajam milik Damian, meski rasa takut masih menyelimuti wanita ini tetapi kali ini dia harus berani mengutarakan isi hatinya,
Sudah cukup dirinya hidup menderita selama bertahun-tahun lamanya disana, tanpa ada keberanian sedikitpun untuk berbicara dengan prianya dibawah ancaman wanita-wanita yang telah sah menjadi istri seorang Damian itu.
Damian menghela nafasnya kasar, timbul keinginan dalam diri pria tersebut untuk menggunakan jabatannya dan kuasanya agar anak gadisnya tersebut dikirim pulang kembali. Tetapi ucapan Melinda dan air mata kesedihan yang dilihatnya lebih mendorongnya untuk membiarkan putrinya tersebut dengan pilihannya meski itu sangat berat baginya.
“Jangan ganggu dia Damian, biarkan dia bebas memilih jalan hidupnya sendiri” Melinda seperti mengetahui apa yang sedang Damian pikirkan, meski hanya sebatas tebakan saja. Bagaimanapun Damian memiliki kuasa untuk menarik sang putri kembali pulang.
“Lalu bagaimana denganmu Melinda? Apa kamu tidak takut hidup sendirian disini?” Pertanyaan Damian kali ini terdengar seperti sebuah jebakan untuk wanita itu.
Jika Melinda menjawab takut, maka Damian akan menariknya kembali ke rumah besarnya. Tetapi jika wanita itu menjawab tidak itu sama saja bertentangan dengan hati nuraninya sendiri. Tetapi demi Zaya yang memintanya untuk tetap menunggunya disana, maka wanita itupun memiliki keberanian lebih untuk tetap berada disana seorang diri.
“Aku tidak pernah merasa hidup sendiri Damian, disini aku banyak memiliki teman baru” Kilah Melinda, lalu memaksakan senyumannya kepada Damian.
Lebih baik hidup seorang diri tapi bahagia dari pada hidup bersama Damian dan merasakan sakit dihatinya setiap hari pikir Melinda, toh dirinya tidak benar-benar sendirian selama ini. Ada nyonya Petunia yang selalu mengunjunginya, juga nyonya Milly yang rutin menyapanya setiap saat belum lagi tetangga lainnya yang datang silih berganti untuk membeli sayuran miliknya.
“Sebaiknya kamu pulang Damian, sebelum salah satu istrimu datang kemari” Pinta Melinda.
Menyebut kata istri terasa berat dilontarkan oleh mulutnya terhadap Damian, meski pria itu kerap kali menyakiti hatinya tetapi rasa sayang yang besar untuk Damian masih tertanam dihati Melinda.
Katakanlah dia ini wanita yang bodoh yang masih mengharapkan cinta Damian hanya untuk dirinya sendiri, meski itu merupakan hal yang sangat mustahil karena aturan yang diberlakukan oleh negara untuk kasta setinggi dirinya. Tetapi sebagai seorang wanita yang memiliki kodrat untuk dicintai dan mencintai, Melinda merasa itu merupakan hal yang wajar dia rasakan.
Damian bukanlah laki-laki brengsek yang mempermainkan wanita, hanya karena aturan yang dibuat negara untuk mereka maka pria tersebut terpaksa memiliki banyak istri dan selir. Toh semua istri dan selirnya hidup dengan layak selama ini, begitupula dengan anak-anak mereka.
“Tidak Melinda, ijinkan aku untuk tinggal disini malam ini…Aku ingin menikmati masakan mu” Tolak Damian. Sebenarnya Damian sudah memberitahu perihal kepergiannya kepada para istri dan selirnya, tetapi yang mereka tahu Damian saat ini tengah memenuhi panggilan tugas di pemerintahan pusat.
“Ini juga kesempatan untuk Norah mengunjungi anak istrinya” Lanjutnya, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan hendak menuju kamar Melinda.
Melinda terpaksa menarik tangan Damian agar pria tersebut tidak menempati kamar tidurnya malam ini, “ Kau tidur di kamar Zaya Damian” Pinta Melinda dengan penuh harap.
“Aku akan membuatkan masakan kesukaanmu, tapi tolong tidur di kamar Zaya Damian” Lanjutnya, lalu mendorong paksa pria tersebut ke kamar milik anak gadis mereka.
Senyuman tipis penuh arti mengembang di bibir Damian setelah Melinda menutup pintu kamar dimana dirinya berada saat ini, “ Ternyata masih ada cinta untukku dihatinya” Gumam nya.
Seperti anak remaja yang jatuh cinta, Damian menjatuhkan dirinya di atas ranjang kecil milik Zaya lalu menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan untuk menyangga kepalanya dan menatap langit-langit kamar mungil tersebut.
Setelah sekian lama dirinya tidak mempunyai alasan untuk tersenyum dan merasakan kebahagiaan, maka saat ini Damian memilikinya meski hanya satu yakni cinta masih dimiliki Melinda untuknya.
“Demi roh agung, cintaku tulus untuknya…Semoga The One memberikan petunjuk bagi semua mahluk di planet ini dan lindungilah Zaya anakku” Batin Damian.
“Demi roh agung…Demi roh agung…Semoga The One mengampuni aku” Melinda mengusap dadanya, jantungnya berdegup kencang saat ini.
Antara sedih dan bahagia dia rasakan saat ini, sedih karena tidak juga bisa melepaskan cintanya untuk Damian tetapi bahagia karena kehadiran pria itu dirumahnya saat ini.
Melinda mulai menyiapkan bahan-bahan untuk masakannya, malam ini dia akan membuatkan Damian daging panggang serta banyak sayuran segar. Wanita itu bahkan memetik sendiri sayuran yang dia tanam di kebun kecilnya, “ Ahh…Sepertinya ini akan menambah kelezatan masakan ku”
Diam-diam Damian memerhatikan Melinda yang tersenyum bahagia ketika memetik sayuran di kebunnya dari balik tirai kaca jendela kamar Zaya, “ Andaikan ini semua tidak akan pernah berlalu…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Disha♡💕
sebenarnya aku suka ceritanya tapi aku Islam,terlalu banyak kata kata memuja ke roh,,aku yg baca nya jadi segan,maaf ya author walau aku penasaran tapi aku ngga bisa lanjut🙏🙏🙏
2024-06-02
1
£oN€LY
Siapa sih kepala negaranya.. Kenapa bikin peraturan seperti itu.. Minta diketok palu kayaknya.. 🙄🙄🔨🔨🤣🤣🤣🤣🤣
2022-03-15
0
£oN€LY
Setuju Banget Melinda... Tetep semangat menunggu Zaya kembali.. 💪🤗🤗🤗
2022-03-15
0