“Owh ayolah mama…Mama tidak berharap aku akan menjadi istri atau selir dari seorang pria kan?” Manja Zaya di bahu sang mama, meski tekadnya sudah bulat tetapi gadis cantik tersebut tidak mau membuat Melinda bersedih apalagi marah.
“Pikirkan matang-matang sayang, ini bukan main-main…Sekali kamu masuk, kamu tidak akan bisa lagi mundur” Pinta Melinda sambil merapihkan surai rambut anak gadis kesayangannya.
Melinda sangat memahami watak anak semata wayangnya ini, jiwa pantang menyerahnya diwariskan dari sang ayah Damian bahkan wajahnya pun lebih mirip dengan ayahnya tersebut ketimbang dengan dirinya. Hanya kulit dan bentuk tubuhnya saja yang diwariskan olehnya kepada Zaya, itupun sekarang ini tinggi Zaya sudah hampir melebihi dirinya.
“Mama, aku sudah yakin…Tekad ku sudah bulat, aku lebih memilih untuk memerangi para penjahat itu ketimbang harus berperang melawan prinsip dan hati nurani ku sendiri” Zaya menatap wajah sang mama lekat, gadis itu seperti melihat dirinya saat menatap manik indah milik mama tercintanya.
“Apa mama tidak melihat nasib para wanita di distrik ini? Atau para wanita yang terpaksa melayani suaminya karena tidak memiliki keberanian yang sama denganmu? Aku tidak pernah keberatan dengan adanya pernikahan mama, tetapi jika caranya seperti ini…Jelas aku lebih memilih untuk menjadi seorang kesatria dibandingkan menjadi wanita yang dimiliki oleh pria dengan banyak wanita” Lanjut Zaya, lalu memeluk sang mama karena wanita itu sudah tidak lagi bisa membendung air matanya.
Apa yang dikatakan oleh Zaya memang benar adanya, memang secara materil semua kebutuhan mereka terpenuhi saat masih tinggal bersama Damian di rumah besarnya. Tetapi secara moril sangat bertolak belakang dengan hati nurani keduanya, bahkan air mata Melinda seakan habis saat itu.
Sekarang meski hidup mereka pas-pasan bahkan sering kali kekurangan tetapi setidaknya mereka bahagia menjalaninya, tetapi Melinda merasakan kebahagiaan itu ketika bersama dengan Zaya. Apa yang akan terjadi jika anak gadisnya itu pergi? Pikirnya.
“Ijinkan mama memikirkan hal ini sayang, bagaimanapun hari-hari tanpa dirimu akan terasa sangat berat untuk mama…” Melinda mengelus pipi halus Zaya, lalu beranjak dari kursinya menuju kamarnya.
“Semoga The One memberikan aku petunjuk” Batin Melinda, lalu mengambil posisi duduk untuk bermeditasi.
Bukan hanya Melinda yang berkecamuk dengan batinnya, Zaya pun sama. Berat baginya untuk meninggalkan wanita yang tidak lagi muda ini untuk hidup sendirian di tempat ini, apalagi nanti sang mama harus berjuang seorang diri sebelum dirinya bisa memberikan uang untuknya bertahan hidup.
Tetapi bagaimanapun saat ini bergabung dengan kesatriaan adalah pilihan mutlak untuknya sebelum seorang pria datang untuk melamarnya. Aturan negara menuliskan bahwa ketika seorang gadis telah menginjak usia 20 tahun maka mereka wajib menerima pinangan dari seorang pria, meski sang gadis diperbolehkan untuk memilih pinangan dari pria mana yang akan dia terima tetapi tetap saja mereka akan berakhir sebagai selir jika tidak bisa memberikan keturunan berjenis kelamin laki-laki.
“Hanya gadis yang berhasil tergabung dalam kesatriaan yang diberikan kebebasan untuk tidak menikah atau menjadi selir” Gumam Zaya saat dirinya mengingat kembali perkataan ketiga teman barunya belum lama ini.
Zaya tidak bisa membayangkan jika dirinya memilih untuk menerima pinangan dari seorang pria dan pada akhirnya bernasib sama dengan mamanya, itu sama saja dengan hidup dalam sebuah lingkaran setan.
Entah apa yang ada didalam pikiran wanita-wanita itu, apa mereka tidak lagi bisa merasakan cinta seperti yang dirasakan oleh sang mama untuk ayahnya Damian? Meski pada akhirnya wanita itu memutuskan untuk pergi daripada harus terus merasakan sakit di hatinya.
Bukan hanya sekali saja Zaya memergoki sang mama dalam keadaan menangis tersedu dikamar nya karena cemburu dan merasa di khianati oleh Damian, sebenarnya bisa saja kan pria itu memutuskan untuk memiliki ibunya saja tanpa harus meminang wanita lainnya. Perduli setan dengan aturan konyol yang dibuat oleh negaranya itu pikir Zaya, kenapa mereka tidak mengkloning banyak bayi laki-laki saja jika memang bisa dilakukan?
“Bisa juga kan dengan program bayi tabung” Zaya kembali bergumam.
Semenjak dirinya mengutarakan niatnya kepada mama tercintanya, hubungan Zaya dengan Melinda menjadi renggang. Wanita itu lebih banyak berdiam diri di dalam kamarnya setelah membereskan pekerjaannya di rumah dan di kebun, Zaya bahkan harus menahan keinginannya untuk berbicara kembali dengan mamanya.
“Semoga The One memberikan petunjuk kepada mama” Zaya mengakhiri sesi berdoanya sebelum tidur.
Sebulan kemudian Melinda memanggil Zaya untuk bersantap malam bersama setelah sekian lama mereka melewatinya.
“Zaya… The One telah memberikan petunjuk” Ucap Melinda, lalu meraih jemari tangan Zaya dan menggenggamnya
Melinda menghela nafasnya sejenak, meninggalkan rasa penasaran yang mendalam di batin Zaya. Wanita dengan wajah anggun tersebut menatap lekat manik indah milik Zaya dan tersenyum.
“Aku harus memberimu ijin sayang, karena disana nanti kamu akan bertemu dengan seseorang yang akan mengubah takdirmu” Lanjutnya.
“Benarkan itu mama? Apa aku tidak salah mendengarnya?” Zaya memeluk sang mama dan menangis haru disana.
Sebenarnya Zaya pun sering mendapatkan gambaran didalam mimpinya, potongan-potongan peristiwa yang sama yang selalu muncul di hampir setiap malam seminggu belakangan ini. Hanya saja Zaya belum memahami arti dari mimpinya tersebut dan tetap merahasiakannya dari sang mama.
“Apakah kamu sudah mendapatkan surat panggilan dari organisasi?”
Pertanyaan Melinda ini sontak membuat Zaya terhenyak, darimana mamanya ini tahu jika Zaya diam-diam mengikuti ujian saringan tertulis secara virtual pikirnya.
Uhuk…Uhuk…
Dengan gerakan cepat Melinda meraih gelas air minum dan memberikannya kepada Zaya.
“Seharusnya besok mereka mengumumkannya mama…” Jawab Zaya setelah meneguk air minum yang diberikan oleh Melinda.
“Tapi…Darimana mama tahu?” Zaya menautkan kedua alisnya, seingatnya dirinya mengisi soal-soal ujian tersebut saat sang mama tengah sibuk di kebun.
“Aku ini ibumu sayang, dan The One selalu memberikan petunjuknya kepadaku” Jawab Melinda.
Wanita itu ingat saat dirinya tiba-tiba mempunyai keinginan untuk mendekati kamar sang anak, dan secara tidak sengaja melihat Zaya yang tengah sibuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh organisasi kepadanya lewat celah jendela yang tertutupi tirai.
“Terimakasih mama…” Zaya kembali memeluk sang mama setelah mencium kening dan kedua pipi wanita tersebut.
“Berterimakasih lah kepada The One, dan mendekat lah kepadanya sayang” Melinda mengusap punggung Zaya yang kiri terasa lebih berisi, bukan gemuk tetapi berotot lalu tersenyum.
Tidak sia-sia anak gadisnya itu diam-diam berlatih setiap malam di kebunnya, belum lagi saat mereka bercocok tanam di siang hari. Zaya menggunakan semua kesempatan tersebut untuk memperkuat fisiknya! Gadis itu bahkan sangat bersemangat ketika harus mengantarkan sayuran segar pesanan tetangganya, dengan begitu dia semakin melatih beban pada otot-ototnya.
“Terimakasih The One…Dan jagalah mamaku selama aku pergi nanti”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Chodhyland
berasa lg hidup di jaman dahulu kala thor
2022-03-10
2
Itarohmawati Rohmawati
ceritanya bagus ...kerren
2022-03-06
1
Yuli Herawati
the one..artinya ky yg maha esa🤔
bener engga mom🤭🤣
2022-03-01
0