Part 4

Zaya dan Melinda tengah berkebun saat sebuah mobil terbang mendarat di depan rumahnya, seorang wanita berpakaian ksatria lengkap keluar dari mobil tersebut bersamaan dengan Zaya yang berlari menghampiri nya.

"Zaya Peters?" Wanita berambut cepak tersebut menatap Zaya dari ujung rambut hingga ujung kakinya dengan penuh selidik.

Gadis itu mengangguk dengan antusias, lalu menerima sepucuk surat yang diberikan oleh wanita itu dan membukanya.

"Anda harus ikut bersama kami sekarang" Lanjutnya.

"Ijinkan aku untuk mengemasi pakaian ku dan berpamitan kepada mamaku" Zaya mengangguk serta menyilang kan tangan kanannya didada.

"15 menit, tidak lebih" Balasnya.

Melinda yang sejak tadi sudah berdiri dibelakang anak gadisnya merasa bahagia atas kedatangan para kesatria itu pagi ini, dia menahan tangis harunya sebisa mungkin agar Zaya tidak berat melepaskan dirinya.

Wanita itu di tuntun sang anak memasuki rumahnya untuk membantu Zaya mengemasi pakaiannya yang hanya sedikit itu, bahkan tidak sampai memenuhi tasnya.

"Ingat sayang...Mama akan selalu menunggu mu disini, jagalah dirimu baik-baik" Melinda memeluk Zaya erat sambil mengelus punggung nya.

"Terimakasih mama, kau adalah malaikat ku...Semoga The One selalu melindungi mu" Balas Zaya.

"Ayo cepat, sudah waktunya kamu pergi sayang" Melinda melepaskan pelukannya, lalu beranjak dari duduknya mengikuti Zaya yang sudah lebih dulu melangkah kan kakinya.

Berbagai perasaan berkecamuk di dada wanita itu, saat dia melihat punggung anak gadisnya yang berjalan didepannya. Rasanya baru kemarin dirinya melahirkan gadis cantik itu ke dunia, kini Melinda sudah harus melepas nya pergi.

"Semoga The One selalu melindungi mu sayang... Pergilah" Ucap Melinda kala gadis kesayangannya kembali memeluk nya dihadapan para kesatria itu.

"Semoga The One selalu membersamai mu mama, tunggu aku pulang" Zaya melepaskan pelukannya, lalu memutar tubuhnya memasuki kendaraan terbang tersebut diikuti oleh ke tiga kesatria.

Zaya menghela nafasnya berat saat menatap pantulan Melinda di kaca spion mobil terbang itu, entah seperti apa yang akan dia hadapi didepan sana tetapi gadis itu yakin jika dia akan benar-benar kembali kepada mama tercintanya suatu hari nanti.

"Semoga The One selalu menjaga hidupnya untukku" Batin Zaya.

"Pertama kali meninggalkan rumah?" Salah satu kesatria yang duduk di samping Zaya mengejutkan lamunan gadis itu.

"Sebenarnya ini kali kedua" Zaya mengusap air mata yang hampir saja terjauh dari kedua sudut matanya.

"Setelah meninggalkan rumah ayahmu?" Tebak nya dengan sedikit terkekeh.

Bukan kali ini saja dia menjemput seorang gadis dari keluarga yang nekat keluar dari rumah seorang pria, dirinya pun sama dulu dengan ibunya. Nasib para perempuan di jaman nya ini memang kurang beruntung, tetapi banyak dari mereka yang yakin bahwa suatu hari nanti akan ada seseorang yang berani melakukan perubahan.

"Ya... Begitulah" Zaya menjawab dengan senyuman pahit tergambar jelas di wajahnya.

"Jangan khawatir, kami pun mengalami hal yang sama...Boleh dibilang kita ini senasib" Seorang kesatria yang mengendarai mobil tersebut menyambung pembicaraan diantara mereka.

"Aku Ann Marrie, gadis yang duduk di samping mu adalah Jully dan dia adalah Bree" Lanjut nya sambil menepuk pundak gadis yang duduk disampingnya.

"The Ann Marrie?" Zaya menatap tak percaya saat dirinya melihat pantulan wajah wanita itu melalui kaca cermin didepannya.

"Anda teman Isabel itu kan?" Lanjutnya, masih tidak percaya dengan ucapan wanita yang sedang mengendarai kendaraan yang ditumpangi nya.

"Isabel, Isya, Jennie...Kami semua bertangga" Ann Marrie tersenyum kepada Zaya yang masih menatapnya melalui cermin didepannya.

"Senang akhirnya bertemu dengan anda nona" Ucap Zaya lalu mengangguk dan menyilang kan tangan kanannya didada.

"Jangan terlalu formal begitu, kita sedang berada di luar markas...Santai sajalah" Kekeh Ann Marrie.

Perbincangan mereka pun berlanjut hingga menjadi sebuah keseruan, ketiga wanita itu menceritakan bagaimana para pria yang lebih terlihat konyol saat berperang dan menghadapi musuh. Bree bahkan menyebut mereka dengan istilah pria-pria anggun, saking rapih nya penampilan mereka.

"Mereka lebih mirip tuan tanah ketimbang dengan kesatria"

Para pria memang mendapatkan perlakuan khusus di negaranya, mereka lebih banyak menempati posisi-posisi nyaman baik di pemerintahan maupun di kesatriaan apalagi dalam kehidupan sehari-hari.

"Sepertinya usaha Supreme Leader untuk melestarikan mereka sudah disalah gunakan, parahnya lagi sebagian besar dari para kesatria wanita memang ditugaskan untuk melindungi mereka di medan perang" Jully dengan ketusnya mengemukakan pendapat nya.

Menurutnya lebih baik para pria itu tidak usah terjun ke medan perang sekalian ketimbang menambah beban tugas para kesatria wanita, toh lebih baik membantai musuh sekaligus tanpa harus merasa takut para pria itu mati kan?

"Kita sudah sampai" Ann Marrie mengikuti panduan dari AI ( Artificial Inteligen ) untuk mendaratkan kendaraan nya di tempat yang sudah ditentukan.

Markas pusat yang lebih mirip dengan sebuah pesawat mega besar itu dipenuhi dengan para kesatria wanita yang sedang bertugas sesuai dengan bidangnya. Sebagian mereka menjadi pilot seperti halnya Ann Marrie, sebagian lagi tergabung dalam pasukan darat, menjadi operator bahkan hingga tergabung dalam pasukan elit khusus.

Zaya baru lulus pada tahap pertama dalam ujian masuknya, dia masih harus melewati berbagai ujian tertulis hingga nanti dia di berangkatkan ke koloni X di planet Neuro.

Setelah Zaya melihat sekelilingnya, timbul ketertarikan baru dalam diri gadis tersebut, Zaya ingin bergabung bersama dengan Ann Marrie di kesatriaan udara.

Merasakan terbang meski pada ketinggian terendah membuat gadis itu merasakan hal baru, dia merasa seperti seekor burung yang bisa terbang kemanapun di galaksi ini. Apalagi jika dirinya terbang di luar angkasa nanti pikir Zaya.

"Selamat datang kesatria baru!" Seru seorang pria dari ketinggian, setelah Ann Marrie mengarahkan Zaya untuk bergabung dengan kadet baru lainnya.

"Semangat Zaya!" Bisik gadis berambut cepak itu.

Lain halnya dengan apa yang dirasakan oleh Melinda saat ini, antara sedih dan bangga dengan kepergian anak gadis semata wayangnya. Melinda melepaskan kesedihannya di kebun sambil menyiangi rumput, dia menangis haru.

"Aku meminta kekuatan kepada The One untuk bisa menghentikan tangisanku, aku harus kuat..." Isak Melinda, lalu duduk di tanah dan menghela nafasnya panjang.

Terbersit kembali bayangan yang didapatnya saat terakhir kali dirinya bermeditasi, dimana Zaya anak gadisnya yang ditakdirkan untuk mengubah tatanan kehidupan yang sudah diatur oleh Supreme Leader bersama dengan seorang pria berkalung kepala serigala.

Dikabarkan bahwa klan serigala telah punah sejak lama, hanya para pria dari klan serigalalah yang mempunyai gen pria yang kuat hingga jika ada seorang wanita yang menikah dengan mereka maka para wanita tersebut akan lebih banyak melahirkan anak laki-laki.

"Lindungi anakku Zaya.... Lindungi anakku Zaya..."

Terpopuler

Comments

Wini Hilal

Wini Hilal

Agak beda nih cerita q bayangin zaman dulu eh rupanya dah modern dn canggih

2024-06-02

1

Ikha Ayu

Ikha Ayu

ceritanya keren,pembaca jadi ikut berhalu ria ini..

2023-08-19

0

𝕻𝖊𝖗𝖆𝖍𝖚 𝖐𝖊𝖗𝖙𝖆𝖘 ⛵

𝕻𝖊𝖗𝖆𝖍𝖚 𝖐𝖊𝖗𝖙𝖆𝖘 ⛵

berasa baca komik aq kak,,tp syuka krn haluq agak luar biasah😂😂

2022-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!