Kisah Cinta Di Perantauan
Karina Nadila, gadis yang baru saja lulus SMK beberapa minggu yang lalu, berniat mengubah nasibnya dengan bekerja ke kota besar.
Usianya baru akan genap 17 tahun dua minggu lagi, dia memang berasal dari daerah pelosok yang jauh dari kota besar. Saat kecil, tanpa menerima pendidikan Paud atau TK, Dila langsung mendaftar ke SD, karena saat itu Dila sudah bisa membaca dan menulis, pihak SD langsung menerima Dila, meski saat itu usianya belum genap 5 tahun.
Gadis berparas cantik, kulit kuning langsat, rambutnya ikal sepanjang bahu. Tubuh semampai, langsing, tinggi badan 160cm.
Dila mengikuti tes seleksi di salah satu BKK yang ada di sebelah SMK tempatnya sekolah. Karena mempunyai tinggi badan yang cukup dan Dila lulus dalam semua seleksi baik seleksi tertulis maupun wawancara, Dila pun akan diberangkatkan ke salah satu kota besar, saat itu tujuannya adalah kota Bekasi.
BKK tempat Dila mengikuti tes menjanjikan Dila akan di salurkan ke salah satu PT besar yang memproduksi barang-barang elektronik, yang terletak di daerah Bekasi.
Selama hidupnya, Dila baru pernah akan pergi dari kota kelahirannya, karena saat mengikuti praktek kerja di SMK, Dila kebetulan ditempatkan di kantor tata usaha / TU, di SMP negeri yang masih berada satu kecamatan dengan rumah Dila.
Ayah Dila, Pak Toto, sebenarnya kurang cocok dengan niat putri sulungnya untuk bekerja merantau ke kota besar, karena bagi Toto, Dila masih terlalu polos untuk tinggal di kota besar dengan pola hidup yang sangat berbeda dengan pola hidup di desanya.
Namun keinginan Dila untuk menjadi sukses dan meningkatkan perekonomian keluarganya sudah bulat, bahkan hanya dengan bermodal nekad Dila meminta pamit untuk berangkat ke Bekasi hari minggu, pekan depan.
Sebagai orang tua yang mengkhawatirkan anak gadisnya, Pak Toto dan Bu Siti pun menjual semua hasil panen sawahnya yang tak seberapa ke salah satu juragan kaya di daerahnya. Dan memberikan uang sebesar satu juta kepada Dila sebagai uang saku, guna biaya hidup Dila selama di Bekasi.
Dila anak yang aktif di kegiatan dan perkumpulan pemuda di desanya, Dila mengikuti karang taruna, juga masuk kepengurusan pemuda pemudi koperasi desa, Dila ikut perkumpulan remaja masjid, dan juga menjadi salah satu pengajar di TPQ yang berada di dekat masjid di desanya.
Karena itulah Dila mempunyai banyak teman di desanya, sebelum berangkat ke Bekasi, Dila menyampaikan rencana keberangkatannya pada teman-temannya usai acara karang taruna yang kebetulan saat itu bertempat di rumah salah satu tetangga Dila.
Beberapa pemuda yang selama ini memendam perasaan terhadap Dila nampak kurang bahagia mendengar kalimat perpisahan yang Dila sampaikan. Pasalnya sudah cukup lama para pemuda itu memendam perasaannya terhadap Dila, mengingat cerita Dila yang dilarang berpacaran oleh bapaknya, selama masih sekolah.
Dan semua teman laki-laki oleh Dila dianggap hanya sebatas teman saja, meski ada beberapa dari pemuda desa yang terang-terangan menunjukan perhatian lebih pada Dila, ada juga yang sering datang ke rumah Dila dengan menggunakan alasan ingin membahas urusan perkumpulan, entah itu koperasi, urusan TPQ, atau urusan lain yang hanya sebagai alasan belaka.
Beberapa dari teman dekat, teman sepermainan Dila sejak kecil merasa sangat berat melepaskan Dila untuk merantau, karena Dila gadis yang sangat suple, dan benar-benar aktif di desa, Dila masih terlalu polos, ada rasa khawatir mengetahui Dila akan bekerja di kota besar.
Namun tidak ada satupun yang berani melarang Dila pergi, mereka semua hanyalah teman-teman Dila. Dan mereka semua tahu, jika Dila adalah tipe gadis yang jika sudah merencanakan sesuatu, pasti akan dilakukannya dengan begitu bersemangat dan sungguh-sungguh.
" Sayang sekali, kita bakalan kehilangan sekertaris karang taruna yang handal seperti kamu. Padahal kita tuh sudah nyaman banget bekerja team sama kamu Dil".
" Kamu tuh nyambung saat diajak bicara dan kerja cepat dan tepat tiap kali di kasih tugas".
Nino si ketua karang taruna yang juga salah satu pemuja rahasia Dila, hanya bisa menyampaikan rasa kehilangan mengatas namakan teman-teman karang taruna. Padahal hatinya yang paling sedih saat Dila berpamitan tadi.
Nino seorang mahasiswa semester 6 yang kuliah di salah satu kampus di kota sebelah, dia sengaja memilih Dila menjadi sekertaris karang taruna saat dirinya terpilih menjadi ketua karang taruna di desanya. Selain memang Dila gadis yang dianggap mampu mengemban tugas sebagai sekertaris karang taruna, Nino juga ingin dirinya lebih dekat dengan Dila dengan memasukkan Dila kedalam kepengurusan pemuda karang taruna.
Dengan menjadikan Dila sekertaris, akan membuat mereka sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, dengan berkedok karang taruna. Nino juga sering datang kerumah Dila sekedar menyampaikan pesan atau mengajak diskusi Dila bersama beberapa pengurus lain, seperti bendahara dan sekbid lainnya.
Dan Nino tahu bahwa Wowo si bendahara karang taruna, yang juga teman sepermainannya, memendam rasa yang sama pada Dila. Dila memang sangat cantik, menarik, supel, nyambung saat diajak ngobrol dan membuat lawan bicara merasa nyaman berlama-lama bersamanya.
Toto sang ayah tidak mempermasalahkan jika Nino, Wowo dan beberapa teman laki-laki Dila datang kerumah, karena setahu Toto, mereka hanya teman, dan sama-sama pengurus karang taruna. Apalagi Wowo juga salah satu pengajar di TPQ tempat Dila mengajar ngaji.
" Iya Dil, ke apa kamu nggak nyari kerjaan di daerah sini saja?, kan sudah ada banyak PT dan pabrik di daerah kita, kenapa kamu memilih untuk merantau?", Wowo yang juga ada bersama mereka ikut mengajukan keberatan.
" Disini UMK masih terlalu kecil, gaji perbulan nggak bakal bisa sisa banyak buat di tabung. Selain itu aku juga pengen cari pengalaman, seperti apa rasanya kerja merantau di kota besar". Dila menyampaikan alasan mengapa dia ingin merantau.
" Kita semua disini pasti bakalan kehilangan kamu Dil, nanti siapa yang ngajar anak-anak tingkat 1 di TPQ, kan kamu yang paling sabar menghadapi anak-anak kecil yang baru belajar baca Al-Qur'an itu", Wowo masih saja merasa tidak ikhlas melepas Dila.
" Karena itulah aku pamitan sama kalian semua. Setidaknya aku pergi nggak tiba-tiba pergi begitu saja. Ada waktu selama seminggu ini buat siap-siap".
" Kita cari guru pengganti buat ngajar di TPQ Wo, dan ini buku notulen Karang taruna, aku serahin sama kamu Nino, kamu serahin buku notulen ini ke sekertaris ke 2, karena pada pertemuan kali ini dia berhalangan hadir. Tadinya mau aku serahin langsung, tapi aku denger-denger, dia lagi liburan ke rumah embahnya dan nginep disana seminggu. Jadi tolong kamu yang serahin sama Rina ya Nin".
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Dila langsung pamit pulang pada semua teman-temannya. Semua teman Dila tahu, Bapaknya Dila menerapkan jam malam untuk Dila hanya sampai jam 9. Jika melebihi jam 9 Dila belum pulang, maka dijamin Dila tidak akan lagi diperbolehkan keluar malam.
Nino yang rumahnya cukup jauh dari rumah Dila merasa belum cukup menghabiskan malam perpisahan dengan Dila yang begitu singkat.
" Gimana kalau kita pengurus mengadakan acara perpisahan buat Dila. Mumpung lagi liburan sekolah, kita agendakan besok pergi bareng ke Curug terdekat gimana?, kalau kalian setuju besok jam 8 pagi kita kumpul di depan balai desa", ajak Nino begitu bersemangat. Nino ingin mengungkapkan pada Dila, tentang perasaannya yang terpendam selama ini. Sebelum Dila pergi jauh, dan mungkin akan lama.
" Aku sih setuju banget, oke, besok kita kumpul jam 8 di depan balai desa, yang ada motor, bawa motor masing-masing ya", Wowo langsung setuju, begitu juga dengan beberapa teman yang lain. Dila tentu saja menyetujui permintaan teman-temannya, anggap saja jalan-jalan dalam rangka perpisahan mereka.
Nino melajukan motornya untuk pulang kerumah dan mempersiapkan diri untuk pernyataan cintanya besok. Dila pulang dengan berjalan kaki bersama Wowo yang rumahnya tak terlalu jauh dari rumah Dila.
" Kamu kan nggak ada motor, besok kamu bonceng aku saja Dil, jadi pagi aku jemput kamu ke rumah, dan sekalian pamit ke bapak kamu". Dila mengangguk setuju dengan saran Wowo.
Sampai di rumah Dila langsung masuk kamar dan merebahkan diri di kasur, dimana sudah ada adiknya yang tertidur pulas disana. Dila memang tidur sekamar dengan Dita, adik perempuan yang baru saja lulus SD, dan mau mendaftar masuk SMP.
Sambil melihat langit-langit atap rumahnya yang terbuat dari bambu, Dila terus berfikir, sebenarnya Dila tadi hendak menolak ajakan Wowo untuk berboncengan motor dengannya, Dila tahu jika Wowo dan Nino memberikan perhatian lebih kepadanya, sebelum Dila pergi, Dila tidak ingin melukai salah satu dari mereka berdua. Dila sendiri lebih merasa nyaman jika mereka semua hanya berteman.
Dila terpikir sesuatu dan mengirim pesan pada salah satu teman perempuan yang juga menjadi pengurus karang taruna.
Asna langsung membalas pesan Dila.
~~~ *Oke Dil, setengah 8 aku jemput kamu, kita beli jajan di pasar yang banyak, biasanya anak-anak cowok makannya banyak, ngabis-ngabisin bekal*~~~
Dila langsung tersenyum membaca pesan balasan dari Asna. Jika Dila membonceng motor Asna setidaknya Dila sudah berusaha menjaga hati semua orang. Karena Dila tahu, Asna sepupunya pernah curhat padanya, jika Asna tertarik dengan Wowo.
Dila menyimpan HP nya di meja kecil sebelah ranjang, dan mulai memejamkan matanya setelah membaca doa sebelum tidur.
\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_
*Curug \= Air terjun*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
El Geisya Tin
hai kak maaf baru mampir
2022-04-11
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Makasih ya Kaka... karna sudah mau mampir kekarya Star... Star sudah mampir kembali kekarya Kaka ya... 🤗😇.
2022-04-07
1
Ilham Risa
aku mampir kak, awal yang bagus kak😄👍
2022-04-06
1