Bab 4

Selama 5 jam lebih perjalanan Dila terus berbalas pesan dengan teman-temannya, termasuk pada Nino yang tadi turut mengantar kepergiannya.

Saat jam menunjukkan pukul 1 siang, bus yang membawa Dila dan rombongan sampai di salah satu PO bus yang ada di daerah Cibitung, Bekasi. Dari PO bus tersebut Dila dan yang lain harus naik bus lagi menuju kontrakan yang akan menjadi tempat tinggal sementara mereka.

Saat menuju kontrakan seorang bapak-bapak yang menjadi pemandu mereka menunjukkan sebuah bangunan cukup besar dengan pelataran yang cukup luas. Itu adalah bangunan LPK penyalur tenaga kerja yang akan menjadi penyalur kerja mereka.

" Itu LPK Jaya Sentosa yang akan menjadi penyalur kalian masuk ke PT besar, besok jam 7 pagi kalian harus sudah ada di depan sana untuk mulai mengikuti training".

Bus berhenti di depan lahan kosong yang bersemak, Dila dan rombongan berjalan melewati lahan kosong dan berhenti di depan rumah cukup besar yang menjadi kontrakan sementara para perantau.

" Kalian akan tinggal sementara disini, karena selama dua minggu harus mengikuti pelatihan kerja di LPK, sebagai bekal kalian bekerja di PT nantinya".

" Saya harus mengurus beberapa berkas ke LPK, jadi kalian semua beristirahat dulu, kalau mau cari makan, di depan sana ada warung makan yang buka selama 24 jam, kalian bisa kesana kapan saja".

Bapak-bapak itu pergi meninggalkan Dila dan yang lain begitu saja, Dila masuk ke rumah besar itu dan bertemu ibu pemilik kontrakan.

" Kalian yang akan tinggal di kontrakan bisa ikuti saya ke belakang", ucap ibu pemilik kontrakan terdengar dingin dan tidak ada ramah-ramahnya.

Ternyata di belakang rumah besar itu terdapat bangunan cukup besar berlantai 2 dan berpintu cukup banyak, ada sekitar 50 pintu dengan luas kamar 2x3 meter. Bahkan kamar Dila yang di desa saja lebih luas dari kamar kontrakan itu.

" Biaya kontrakan selama seminggu 150 ribu, dan itu harus di bayar di muka".

Dila merasa bingung dengan ucapan ibu pemilik kontrakan tersebut, dan ternyata kontrakan itu harus bayar sendiri-sendiri.

Untuk menghemat pengeluaran, Dila mendekati salah satu teman perempuan yang berangkat bersamanya, gadis hitam manis yang sejak tadi tersenyum ramah pada Dila, gadis itu berasal dari SMK yang berbeda dengan Dila.

" Maaf, kalau boleh tahu, nama kamu siapa?", bisik Dila pada gadis itu.

" Asri, namaku Asriati".

" Aku Dila ".

Mereka berdua saling berkenalan dan menyebut nama masing-masing.

" As, buat hemat pengeluaran, gimana kalau kita tinggal sekamar berdua, jadi biaya 150 ribu perminggu kita bisa bayar setengahnya", Dila mencoba bernegosiasi dengan Asri.

Asri yang sama-sama baru merantau dan juga harus menghemat pengeluaran setuju dengan usul Dila. Begitu juga dengan yang lain yang mengikuti cara Dila dan Asri agar berhemat.

Dila dan Asri menerima kunci kamar milik mereka berdua setelah membayar biaya kontrakan untuk seminggu kedepan.

" Ini kuncinya, tinggal disini boleh menerima tamu, tapi dilarang berisik dan membuat gaduh, paham?".

Dila dan Asri mengangguk mengerti, dan mencari nomor kamar sesuai nomor yang tertera di bandul kunci yang Dila pegang.

" Kamarnya ini As", tunjuk Dila.

Kamar yang berada di lantai bawah, ada 3 kamar yang saling berhadapan, dan kamar yang ditempati Dila berada di tengah-tengah kamar yang menghadap ke arah timur.

Kamar mandi umum berada tak jauh dari kamar mereka, karena berada di samping kamar yang ada di sebelah kamar Dila. Hanya berjarak satu kamar, tapi bangunannya terpisah.

Dila sungguh terkejut saat membuka kunci pintu kamar kontrakannya, karena kamar itu kosong, hanya ada selembar tikar pandan yang ada di kamar itu.

Sebelumnya Dila membayangkan mungkin kamar sempit dengan sewa 150 ribu per minggu sudah ada kasur, bantal dan lemari kecil untuk menyimpan pakaian. Tapi pemandangan di depannya membuatnya mengerutkan dahi, hanya ada selembar tikar tipis disana.

" As, kok cuman ada tikar saja di sini".

" Memangnya mau kalian sewa kamar 150 ribu per minggu itu seperti apa?, lengkap dengan kasur dan ber AC?, itu si harga kontrakan di wilayah pinggiran".

Terdengar suara penghuni kamar sebelah, suara seorang pemuda dengan dialek Jawa yang kental.

Asri masuk dan meletakkan tas besarnya, kemudian bersandar di dinding kamar yang terbuat dari papan triplek.

Pantas saja apa yang di ucapkan Dila bisa terdengar dari kamar sebelah, ternyata dinding penyekat antar kamar mereka dengan dua kamar di samping kanan kirinya hanyalah papan triplek.

" Ya sudah kita buka saja tikarnya, lantainya dingin, aku mau tiduran, capek".

" Ternyata ini bukan tembok Dil, cuma papan triplek, pantesan ucapan kamu bisa terdengar sampai kamar sebelah, dan suara dari kamar sebelah bisa terdengar keras dari sini".

Asri sengaja mengetuk-ngetuk papan triplek tempatnya bersandar. Dila semakin mengernyitkan dahinya.

" Ternyata biaya hidup di kota besar cukup mahal ya, kita harus cepat-cepat kerja, biar cepet dapet penghasilan", ucap Dila sambil menggelar tikar pandan yang ada di kamar itu.

Dila dan Asri merebahkan tubuhnya di atas tikar dengan berbantalkan tas besar tempat baju mereka.

" Hidup di perantauan itu memang keras neng, butuh usaha dan perjuangan, apalagi kalau baru merintis seperti kalian berdua, harus pandai-pandai mengatur pengeluaran biar bisa bertahan hidup".

Lagi-lagi suara pemuda dari kamar sebelah itu terdengar. Tapi Dila dan Asri tidak ambil pusing, hidup merantau harus supel dan ramah, apalagi pemuda itu akan menjadi tetangga kamarnya untuk beberapa minggu.

" Mas nya dari daerah mana?, suaranya medok, mungkinkah berasal dari daerah yang sama dengan kita berdua?", Dila mencoba mengajak bicara pemuda yang ada di kamar sebelahnya.

" Saya asli Pemalang Mbak, Mbaknya dari mana?".

" Saya Banyumas ".

" Dan saya dari Sokaraja", jawab Asri memperkenalkan diri.

" Owh, ya masih serumpun itu mba, nggak jauh-jauh amat dari Pemalang".

Mereka terus mengobrol santai setelah mengetahui sesama orang Jawa. Padahal mereka belum saling berkenalan, maupun saling melihat wajah satu sama lain, karena mereka bertiga mengobrol di dalam kamar masing-masing.

" Warung yang jualan nasi sebelah mana Mas?, tadi cuma di kasih tahu kalau ada warung di depan, tapi nggak tahu di depan mana". Asri yang merasa lapar akhirnya mengajak Dila makan siang ke warung.

" Belum tahu ya Mba, mau saya antarkan ?, sekalian saya mau makan siang juga".

Dila dan Asri keluar dari kamar dan mengunci pintu kamar mereka sebelum pergi. Pemuda itu juga keluar dari kamarnya, dan melakukan hal yang sama mengunci pintu kamarnya. Ternyata pemuda itu berperawakan tinggi berambut ikal dan wajah ramah.

" Wah ternyata Mbak berdua cantik dan manis, tahu begitu dari tadi saya keluar dari kamar".

" Kalau boleh tahu namanya siapa mbak-mbak yang cantik ini?. Kalau saya Evan".

Evan mengulurkan tangannya, pemuda berusia sekitar 19 tahun itu kakak angkatan Dila, dan baru 6 bulan merantau.

" Saya Dila".

" Saya Asri".

Mereka bertiga saling berkenalan sambil berjalan menuju warung makan depan kontrakan, yang ternyata jaraknya cukup jauh, karena harus melewati tanah kosong yang bersemak. Sepanjang perjalanan mereka bertiga terus mengobrol santai.

" Mas Evan kok jam segini masih di kontrakan?, nggak kerja ?", tanya Dila penasaran.

" Saya lagi masuk shift malam, berangkat jam 3 sore terus pulangnya jam 11 malam".

Dila menatap layar ponselnya, " berarti satu jam lagi harus sudah sampai PT dong Mas?".

Evan mengangguk, " Makanya cari makan dulu, habis makan mandi, terus nunggu bus jemputan di situ tuh", tunjuk Evan di halte tempat Dila dan yang lain turun dari bus tadi.

Ternyata bekerja di PT yang ada di kota besar ada transportasi yang disediakan PT untuk antar jemput.

Dila dan Asri mengangguk-angguk baru mengerti. Lumayan juga punya kenalan yang sudah lebih dulu merantau, jadi bisa cari-cari informasi.

Mereka bertiga sampai di warung makan, dan makan siang bersama.

" Sebagai tanda awal perkenalan, jadi makanan kalian saya bayari, lain kali kalau kalian berdua sudah bekerja dan terima gaji bulanan, gantian kalian yang traktir makan".

Dila dan Asri tersenyum sumringah sambil mengangguk cepat, " terimakasih Mas Evan", ucap mereka serempak.

" Panggilan Evan saja, selisih umur kita kan cuma beda setahun, jadi masih sepantaran lah, panggil nama saja, nggak usah pakai sebutan Mas, jadi merasa tua". protes Evan saat mereka berjalan pulang menuju kontrakan.

" Hehe, siap Mas... eh.. Van", ujar Dila sambil terkekeh.

Mereka bertiga berpapasan dengan beberapa teman Dila yang tadi berangkat bersama, mereka baru mau cari makan siang. Dila tersenyum ramah menyapa mereka, karena sebenarnya Dila juga belum kenal dengan teman-teman yang lain, mereka berasal dari sekolah dan daerah yang berbeda-beda.

" Apa mereka itu teman kalian?", tanya Evan penasaran.

" Mereka berangkat bareng kita, tapi belum sempat berkenalan, di bus mereka asyik ngobrol sendiri-sendiri", jawab Asri.

Dila jadi teringat tadi di bus dirinya juga sibuk ber balas pesan dengan teman-temannya di rumah.

" Aku sampai lupa belum ngabarin bapak dan ibu kalau sudah sampai disini, mereka pasti menunggu-nunggu kabar ku". Dila langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada orang tuanya jika dirinya sudah sampai di Bekasi.

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

maaf aku gak bales bom like kakak ya. tapi aku baca pelan2 cerita nya bagus

2022-04-11

1

VLav

VLav

hidup diperantauan ada susah ada senengnya kok 😢

2022-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 bBab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bonus Bab 155
156 Bonus Bab 156
157 Bonus Bab 157
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
bBab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bonus Bab 155
156
Bonus Bab 156
157
Bonus Bab 157

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!