Minggu pagi, Asna menjemput Dila jam setengah delapan sesuai dengan rencana semalam. Dila sudah berpamitan pagi tadi pada bapaknya jika dia hendak mengikuti acara karang taruna bersama teman- temannya, tentu saja Pak Toto langsung mengijinkan.
Dila keluar rumah memakai sepatu kets, celana jeans hitam dan atasan kaos berwarna biru, tak lupa Dila memakai jaket berwarna biru Dongker, bertuliskan nama karang taruna di punggung belakangnya.
" Pagi As...", Asna sudah menunggu di depan rumah Dila, dengan menggunakan jaket yang sama dengan Dila.
Asna turun dari motor metik melihat Dila keluar rumah di ikuti bapak dan ibu di belakangnya. Asna menyapa dan mencium tangan kedua orang tua Dila, memang begitulah kebiasaan di desa, yang lebih muda menghormati yang tua.
" Titip Dila ya As, bawa motornya pelan-pelan saja, jangan ngebut", pesan Siti saat Asna dan Dila naik keatas motor.
" Siap Bi Siti, kita ke pasar dulu, nyari jajan buat bekal". Asna melajukan motornya dan meninggalkan rumah Dila.
Tak lama kemudian, saat Toto dan Siti hendak masuk lagi kedalam rumah, berhentilah motor bebek di depan rumah sederhana itu.
" Assalamualaikum, Pagi Pak, Bu" ,Wowo menyapa kedua orang tua Dila dengan ramah, tak lupa mencium tangan mereka.
" Loh nak Wowo kok malah kesini, kata Dila kumpulnya di depan balai desa", ucap Siti.
" Wowo mau jemput Dila Bu, sekalian mumpung lewat, biar Dilanya nggak jalan kaki ke balai desa", ucap Wowo beralasan, ada Pak Toto di sana, jadi Wowo harus mencari alasan paling tepat.
" Waduh.... sayang sekali Dila nya tadi ikut sama Asna, si Asna datang pagi-pagi kesini, katanya mau pada beli jajan di pasar buat bekal", terang Siti seraya tersenyum ramah.
" Owh begitu ya Bu, ya sudah Wowo pamit, permisi Pak, Bu, Wowo ke balai desa dulu".
Wajah Wowo yang tadinya sumringah langsung berubah suram.
Toto dan Siti menyadari hal itu, namun tidak ambil pusing, kedua orang tua Dila masuk ke dalam rumah, Toto mengambil peralatan tempurnya, yang tidak lain adalah cangkul dan caping, sedangkan Siti mengambil bekal makan siang dan juga air untuk mereka berdua.
" Dita, bapak dan ibu ke sawah dulu, rumah jangan lupa di sapu dan di pel, mbak kamu tadi sudah cuci baju sekalian jemur, sekarang lagi ke Curug ada acara karang taruna", pesan Siti pada Dita yang tengah sarapan pagi di depan televisi.
" Siap laksanakan Bos", ucap Dita sambil berpose hormat bendera pada bapak dan ibunya.
" Pak, pohon kelapa yang di sawah ada yang berbuah ngga?, kalau ada, pulangnya petikin kelapa muda ya Pak, hari ini cerah, minum kelapa muda yang baru metik pasti seger banget", gumam Dita membayangkan segarnya air kelapa muda.
" Iya, ada, nanti bapak petikin buat kamu sama mbak mu, jangan lupa pesan ibumu, ini lantai disapu sama di pel". Toto dan Siti pergi ke sawah, di tangan jalan bertemu dengan Dila dan Asna yang membawa banyak jajan pasar di motornya.
Asna menghentikan motor di samping Toto dan Siti, Dila menyerahkan satu kantong plastik berisi getuk dan juga onde-onde pada ibunya.
" Buat dibawa ke sawah Bu", setelah kantong plastik diterima Siti, Asna kembali melajukan motornya menuju balai desa.
Siti rencananya mau menyampaikan jika tadi Wowo ke rumah, tapi belum sempat bicara kedua gadis itu sudah kembali melajukan motornya, dan pergi menuju balai desa.
_
_
Dila dan Asna sampai di depan balai desa tepat pukul 8 pagi. Teman-teman yang lain sudah berkumpul di pendopo bale pertemuan.
Wowo dengan wajah kusut langsung berdiri menghampiri Dila dan Asna, " kenapa pergi sama Dila?, semalam kan kamu sudah setuju bonceng motorku".
Asna mendengar ucapan Wowo yang sedikit kesal pada Dila, namun Asna tetap diam dan tidak mau ikut campur urusan hati, siapa yang tidak tahu jika sebenarnya Wowo suka pada Dila, karena sikap perhatian Wowo yang sangat berlebihan pada Dila, belum lagi tiap kali ada laki-laki lain datang ke rumah Dila, entah itu Nino, Fajar, atau laki-laki lain, Wowo pasti akan ikut nimbrung datang bertamu. Meski Asna naksir pada Wowo, tapi Asna masih bisa menahan diri.
Begitu banyak alasan Wowo untuk di bicarakan dengan Dila, baik membahas kegiatan karang taruna, maupun kegiatan di TPQ.
" Asna datang ke rumah pagi-pagi, jadi aku ajak ke pasar dulu beli jajan buat bekal". Dila tahu Wowo kecewa, tapi mungkin itu lebih baik dari pada nantinya akan banyak sekali yang kecewa jika dirinya berboncengan dengan Wowo.
" Dil, nanti kamu bonceng motorku saja, aku sendirian loh", Nino datang menghampiri Dila dan Wowo yang sedang dalam mode tegang.
Asna tetap memilih diam, hanya memperhatikan percakapan ketiga temannya itu.
" Wah, kamu telat No, Dila nanti mau bonceng motorku, semalam dia sudah setuju", justru Wowo yang menjawab pertanyaan Nino pada Dila.
Belum juga berangkat ke Curug, tapi Dila sudah mulai tak nyaman dengan keadaannya. sekarang.
Asna yang masih disana mendengarkan obrolan ketiga temannya awalnya enggan untuk ikut campur, namun melihat ekspresi Dila yang bingung, Asna memutuskan untuk ambil tindakan. Asna memang teman bermain Dila sejak kecil, selain itu Asna juga masih saudara dengan Dila, karena nenek Asna adalah kakaknya nenek Dila.
" Eh maaf ya, bukannya mau ganggu obrolan kalian, tapi tadi Bi Siti dan Paman Toto sudah titip Dila sama aku, jadi Dila nanti bonceng motorku". Asna yang tahu pasti, tidak ada yang akan berani protes jika dia sudah mengatasnamakan bapak dan ibu Dila.
" Beneran begitu Dil?", Wowo masih kurang yakin.
" Iya, tadi memang begitu yang di katakan bapak dan ibu, karena aku nggak ada motor, bapak dan ibu nitipin aku sama Asna".
" Maaf ya Wo, maaf Nino, aku bonceng motornya Asna saja, toh kita berangkat bareng-bareng kan?".
" Sudah jam 8 lebih, dan semua sudah berkumpul, gimana kalau kita berangkat ke curug sekarang?".
Nino akhirnya memberi komando pada yang lain untuk memulai perjalanan menuju curug. Semua ada sekitar 12 motor, ada yang berboncengan, ada juga yang membawa motor sendiri
Perjalanan tidak memakan waktu lama karena letak curug yang tidak terlalu jauh dari desa mereka. Hanya 45 menit perjalanan dengan kecepatan sedang rombongan pengurus karang taruna itu sudah sampai di curug.
Terlihat jelas plang kayu bertuliskan tulisan
" SELAMAT DATANG DI CURUG ASMARA".
Dila dan yang lain berjalan masuk ke dalam lokasi Curug asmara setelah Nino membayar tiket masuk mereka semua, memang sengaja tiket masuk diambil dari uang kas karang taruna.
Wowo langsung berjalan mensejajari langkah Dila, " aku bantu bawain bawaan kamu", Wowo mengambil kantong berisi jajan yang Dila bawa.
Acara perpisahan dadakan itu di mulai dengan sambutan dari Nino si ketua karang taruna, kemudian dilanjut oleh pengurus yang lainnya, baru terakhir Dila yang mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf karena tidak bisa terus berjuang bersama-sama dengan yang lain memajukan desa mereka.
Setelah acara formal dan agak serius berakhir, mereka melanjutkan dengan acara santai-santai, mulanya mereka berfoto-foto di depan air terjun yang saat itu mengalir cukup deras. Suasana sejuk dan asri sungguh nyaman untuk merelaksasi kan pikiran dan tubuh yang lelah dengan kesibukan sehari-hari.
Dila lebih dulu menepi saat yang lain masih asyik berfoto ria, Nino langsung memanfaatkan momen itu untuk mendekati Dila.
" Kenapa menepi?, yang lain masih asyik bermain air".
" Kamu sendiri kenapa menepi?, aku nggak tahan main air terlalu lama, airnya dingin banget, mending menepi dan berjemur di bawah terik matahari begini, takut flu, nanti malah rencana berangkat ke Bekasi gagal kalau aku sakit". Dila duduk di atas batu besar sambil meluruskan kakinya yang basah.
" Boleh minta foto berdua sama kamu Dil?, buat kenang-kenangan", Nino langsung pada tujuannya mendekati Dila, dan Dila mengangguk setuju.
Nino langsung mengambil beberapa foto yang hanya berdua saja dengan Dila.
" Kita jalan ke bukit itu yuk Dil?, di bawa gerak biar nggak kedinginan", ajak Nino.
Mereka berdua berjalan-jalan ke atas bukit hanya berdua saja, sedang yang lain masih asyik bermain air dibawah air terjun.
" Aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu Dil, tapi aku minta habis kamu denger apa yang aku omongin, kita akan tetap berteman baik, tidak merubah apapun di antara kita".
Firasat Dila tepat, Nino memang merencanakan sesuatu dengan mengajak pergi ke Curug asmara.
" Bukannya sejak tadi juga kita lagi ngobrol", ucap Dila sambil menaiki tanjakan yang cukup terjal menuju bukit samping curug.
Nino yang berjalan di depan Dila mengulurkan tangannya menawarkan bantuan pada Dila untuk berpegang, agar Dila tidak jatuh, karena medan yang curam dan agak licin.
Tak terasa sampailah mereka berdua di puncak bukit, di sana terdapat batu besar yang bisa dijadikan tempat untuk duduk.
Dila pun duduk dan meluruskan kembali kakinya yang merasa sedikit pegal setelah memanjat bukit.
" Apa Wowo akan marah jika tahu kita kesini berdua seperti ini?", Nino mulai memancing Dila untuk bicara. Nino tahu semalam Wowo dan Dila jalan berdua pulang dari acara karang taruna.
" Kenapa Wowo harus marah?, bukankah kita semua sedang baik-baik saja ", ucap Dila.
" Semalam kalian jalan berdua, apa Wowo nggak ngomong sesuatu yang penting sama kamu?, dia kan paling protektif banget sama kamu kalau ada cowok lain yang deketin".
Dila menghembuskan nafas panjang mendengar ucapan Nino, Dila tahu jika Nino sedang mencari informasi tentang hubungannya dengan Wowo, apa Wowo sudah menyatakan perasaannya terlebih dahulu atau belum.
" Nggak ngomongin hal penting, semalam cuma jalan biasa saja pulang ke rumah", terang Dila.
" Kamu pasti sadar kan kalau Wowo ada rasa sama kamu, dia perhatian banget sama kamu", Nino kembali menyebut Wowo.
" Jadi kamu mau ngomong penting dan ngajak aku jalan kesini cuma mau bahas si Wowo?, aku tahu kalian berdua berteman sejak kecil dan pasti kalian saling terbuka dan bercerita tentang hal-hal yang privasi, tapi perlu kamu tahu Nino, kalau Wowo nggak ngomong apa-apa semalem", Dila mulai merasa malas ngobrol dengan Nino, karena sejak tadi justru yang dibahas adalah Wowo.
Dila tahu Nino kurang gentle jika dibandingkan dengan Wowo yang lebih ekspresif, dan selama ini Dila juga bingung dengan sikap Nino yang kadang begitu perhatian, tapi kadang juga seperti cuek dan masa bodo jika ada cowok lain yang mendekati Dila.
Seperti saat ini, jika memang Nino mau menyatakan cinta sama Dila, Dila sudah berniat untuk menerimanya, karena dibanding dengan Wowo yang terlalu ekspresif dan dekat dengan banyak gadis, Dila lebih suka cowok yang kalem dan dingin pada gadis lain seperti Nino. Apalagi Dila tahu jika Asna, teman sekaligus sepupunya itu naksir pada Wowo.
Namun sepertinya Nino belum terlalu yakin dengan perasaannya, sehingga sejak tadi bukannya menyatakan perasaannya, justru Nino terus membahas pria lain.
" Dil, apa kamu mau nunggu aku sampai kuliah aku selesai?. Aku tahu, kamu sebenarnya tahu bagaimana perasaanku sama kamu, tapi aku masih kuliah, dan orang tuaku berjuang mati-matian untuk membiayai kuliah aku".
" Aku harus menyelesaikan kuliah aku dulu, menjadi orang sukses dan membuat bangga kedua orangtuaku, setelah aku sukses, aku akan datang dan menemui bapak kamu, meminta restu secara resmi pada beliau".
Sesuai dugaan, Nino tidak mengatakan ' i love you' atau semacamnya, dia laki-laki yang pendiam dan serius, bukan hanya serius kuliah, dia juga serius mengejar cita-cita nya, dia terlalu serius dengan jalan hidupnya.
" Jadi itu yang pengen kamu sampekan sama aku?, tentu saja setelah ini kita masih baik-baik saja, lagian aku juga mau berjuang, sama seperti kamu, niat kita sama, sama-sama ingin membahagiakan kedua orangtua. Kita lihat dan ikuti saja jalan hidup kita, mau kemana dan bagaimana Yang Maha Kuasa membuat sekenario kehidupan kita kedepannya".
Obrolan mereka berdua harus berakhir saat teman-teman yang lain ternyata menyusul mereka ke atas bukit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
El_Tien
aku nyicil baca. udah fav, rate lima ya
2022-04-11
1
VLav
haha, wowo kalah cepat dari dila 😁
2022-04-07
1
Leli ahmad
ikuti alurnya saja dan nikmati prosesnya karena semua sudah ada di dalam skenarionya yg Maha mengetahui cerita ini ... alias AUTHOR .. semangat yaa
2022-02-20
2