Uncle'S Little Girl
Seorang wanita berusia 24 tahun tengah terbaring lemah di atas ranjang pasien dengan keadaan yang menyedihkan. Tubuh kurus beserta kepala yang sudah plontos menandakan jika wanita tersebut tengah mengidap penyakit yang sangat parah.
Larissa, ia divonis mengidap penyakit kanker getah bening stadium akhir. Dokter menyatakan usia Larissa tidak akan berlangsung lama lagi.
Seorang pemuda yang selalu setia menemaninya, terus memberikan semangat pada Larissa agar tidak mudah menyerah. Ia tidak ingin Rissa putus semangat.
"Rissa. Ku mohon jangan menyerah, demi anak kamu." ujar pria tersebut, terisak. Yang bernama Martin Williams.
Tangannya terus menggenggam erat jari-jari Rissa untuk menyalurkan semangatnya.
Larissa Agustiani Rahayu, gadis cantik yang sangat Martin cintai, kini terkulai tak berdaya menunggu kematiannya. Rissa adalah cinta pertamanya. Walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan, namun Martin tetap setia berada di sisi Rissa disaat-saat seperti ini.
Suaminya pergi entah kemana bersama istri keduanya, mengusir dan meninggalkan istri pertama juga anaknya yang baru berusia 5 tahun saat itu.
Rissa menatap sayu pada Martin, ia memaksakan senyumnya agar ia terlihat baik-baik saja.
"Martin, kumohon jaga putriku. Aku percaya kamu akan merawatnya dengan baik. Dan aku mohon, jangan sekalipun kamu menyerahkan Ayu pada ayahnya, dia bukan ayah yang baik, aku tidak bisa mempercayakan Ayu untuk dirawat ayahnya. Ku mohon." pinta Rissa dengan tatapan memohon.
Martin menunduk terisak, ia tidak kuat mendengar kata-kata Rissa yang menyiratkan perpisahan.
"Martin." panggil Rissa dengan suara hampir tak terdengar.
Martin mendongak lalu mengangguk, "Iya, aku janji akan merawatnya dengan baik, kamu jangan khawatir."
Rissa tersenyum samar. "Te-rimaksih... Aku se-karang bisa... tenang.."
Rissa tersengal-sengal, dan nafasnya kian tercekat. Hingga di detik selanjutnya, Rissa menghembuskan nafas terakhirnya menyisakan sebuah senyuman bahagia di bibir pucat nya.
Martin tercekat, dunianya tiba-tiba terasa runtuh seketika. Tenaganya pun melemah seolah ikut terbawa oleh sang pemilik hati.
"Rissa! Rissa bangun! Rissa bangun ku mohon jangan ditinggalkan aku Rissa... Risa!!!"
.
.
.
Setelah pemakaman Rissa selesai, Martin membawa pulang Ayu bersamanya. Tapi sebelumnya ia akan mengambil pakaian dan barang-barang milik Ayu dulu di rumah mendiang Rissa.
"Om, Bunda mana?" tanya Ayu dengan tatapan polos.
Martin tercekat bingung harus menjawab apa, ia memutar otak mencari jawaban tepat yang dapat dimengerti oleh anak berusia 5 tahun.
Martin mengusap kepala Ayu dengan tatapan iba, kemudian ia berusaha memperlihatkan senyumannya.
"Sayang, dengerin Om ya. Bunda sekarang lagi liburan dulu, dan sekarang Ayu tinggal sama Om dulu ya, Ok?"
Ayu mengangguk dengan polosnya. Martin tersenyum lega karena Ayu masih bisa dibohongi.
"Sekarang kita ke rumah Ayu dulu ya ambil baju-baju Ayu." Ayu mengangguk kembali dengan polosnya tanpa banyak bertanya.
Martin pun melajukan mobilnya membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang.
Sekitar 20 menit, Martin pun sampai di depan rumah sederhana yang sudah terlihat sudah tua. Bangunan satu lantai tersebut adalah rumah yang dibeli oleh Rissa hasil dari kerja kerasnya berbisnis jualan online.
Rissa membeli rumah tersebut setelah 3 tahun diusir oleh suaminya, karena saat itu suaminya selingkuh dan memaksa Rissa untuk meninggalkan rumah tanpa membawa barang apapun, kecuali pakaiannya juga pakaian milik putrinya.
Martin turun lalu membuka pintu sebelahnya, ia memangku Ayu lalu membawanya masuk ke dalam rumah tersebut.
Martin melihat keadaan rumah tersebut yang terlihat sepi, ada beberapa foto Rissa yang tergantung di dinding ruang tamu. Seketika matanya berembun mengingat kembali kebersamaan terakhir mereka satu minggu yang lalu sebelum Rissa di larikan ke rumah sakit.
Flashback satu minggu lalu
Martin datang ke rumah Rissa dengan membawa dua kantong paper bag di kedua tangannya.
Saat menyadari kedatangan Martin, Ayu langsung berlari sembari merentangkan tangannya.
"Om Maltiiiiin.." teriak Ayu girang dengan ekspresi menggemaskan.
Martin meletakkan bawaannya lalu menyambut tubuh Ayu kedalam pelukannya.
"Halo, sayang. Ponakan Om yang cantik ini gimana kabarnya, hah?" Tanya Martin seraya mengecup kening Ayu dengan sayang.
"Baik, Om.." jawab Ayu dengan mimik senangnya yang terlihat polos.
Martin tersenyum melihat tatapan polos Ayu.
"Oh, iya. Ini Om bawa boneka buat Ayu."
Martin membuka paper bag-nya lalu mengeluarkan sebuah boneka princess kesukaan Ayu.
Mata Ayu seketika berbinar, Ayu langsung mengambil boneka tersebut lalu memeluknya dengan erat.
Tiba-tiba Rissa datang mendekati keduanya. "Ucapin apa sama Om?" tanya Rissa pada putrinya.
"Makacih Om, Cup!" dengan polosnya Ayu mengecup bibir Martin.
Seketika mata Rissa dan Martin, langsung terbelalak.
"Ayu! gak boleh gitu ya! siapa yang ngajarin kamu kayak gitu!" bentak Rissa tanpa sadar.
"Udah Ris, gak pa-pa. Namanya juga anak-anak, masih polos." ujar Martin menenangkan Rissa yang tengah melotot pada putrinya.
Ayu terkejut lalu menunduk takut saat melihat kemarahan bundanya.
"Tapi Ayu udah kelewatan Mar-"
"Udah gak pa-pa kok, Ayu masih polos. Dan Ayu juga belum ngerti apa yang dilakukannya barusan."
Rissa menghela nafas kasar, ia pun mengiyakan ucapan Martin. Lalu ia menatap putrinya yang sudah sesenggukan, dengan rasa bersalah. Sebab, baru kali ini ia membentak putrinya.
Bergegas Rissa memeluk putri kecilnya tersebut. "Maafin Bunda sayang, udah jangan nangis lagi ya, Bunda sayang Ayu."
Rissa mengusap punggung putrinya lalu mengecup ubun-ubun kepala nya.
"Ayu juga cayang Bunda." jawab Ayu, tersengal karena masih sesenggukan.
Martin bahagia melihat ibu dan anak tersebut yang saling menyayangi satu sama lain. Dan ia tidak salah mencintai Rissa, sebab Rissa adalah sosok wanita yang tangguh juga sosok ibu yang sangat penyayang. Namun sayangnya, cintanya harus bertepuk sebelah tangan. Rissa sedikitpun tidak mempunyai perasaan yang sama padanya. Rissa hanya menganggap dirinya sebatas kakak, tidak lebih. Tapi walupun begitu, ia tetap akan berusaha agar Rissa bisa mencintainya.
Setelah tangisan Ayu berhenti, Rissa langsung mempersilahkan Martin untuk masuk kerumahnya. Martin duduk di kursi ruang tamu bersama Ayu, sedangkan Rissa pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Martin sejenak senyum-senyum seraya mengingat kembali saat Ayu mencium bibirnya. Itu adalah ciuman pertamanya yang dicuri oleh seorang anak kecil. Sungguh konyol, pikirnya.
Namun, seketika lamunannya buyar saat Rissa datang sembari membawa segelas air putih ditangannya lalu diletakkan di meja di hadapan Martin.
"Minum dulu Mar, maaf ya cuma ada air putih." ucap Rissa merasa tidak enak.
"Iya, gak pa-pa kok. Makasih ya." jawab Martin tersenyum, lalu meraih air putih tersebut dan meneguk nya. Setelah habis setengahnya, Martin meletakkannya kembali.
"Oh iya, ini aku bawa sesuatu buat kamu." Martin mengambil paper bag satunya lagi yang berada di sisi kaki kanannya lalu memberikannya pada Rissa.
"Ini apa?" tanya Rissa sembari menerimanya ragu-ragu.
"Buka aja.." kata Martin, tersenyum.
Karena penasaran, Rissa pun membukanya.
Tiba-tiba Rissa menutup mulutnya, spontan. Terkejut karena isinya adalah sebuah handphone mahal.
"Handphone?" tanya Rissa dengan tatapan bodohnya.
"Iya, aku lihat handphone kamu, rusak. Jadi aku sengaja beliin yang baru buat kamu." ujar Martin.
Rissa terharu. "Ini sungguh buat aku? Makasih banyak ya, kamu udah baik banget sama aku juga sama Ayu. Aku gak tahu harus menggantinya dengan apa."
"Gak usah diganti, aku ikhlas kok."
Tanpa sadar Rissa langsung memeluk Martin dengan erat, ia terus mengucapkan terimakasih dalam pelukannya.
Jantung Martin berdegup kencang, ia tidak menyangka Rissa akan memeluknya. "I-iya sama-sama."
Martin mengangkat kedua tangannya membalas pelukan Rissa, hatinya menghangat penuh dengan kebahagiaan.
Namun, tiba-tiba Rissa tersadar dengan apa yang dilakukannya. Rissa langsung melepaskan pelukannya dengan ekspresi gugup.
"Eee ma-maaf, aku refleks.." ucap Rissa terbata.
Martin tersenyum simpul, ia sangat senang melihat Rissa yang tengah salah tingkah. "Gak pa-pa kok, aku senang." ucap Martin tanpa sadar.
Sontak ia menutup mulutnya. "Ma-maksud aku aku senang kalo kamu senang juga." ucap Martin berkilah.
Rissa pun hanya mengangguk mengiyakan, tapi kenapa jantungnya jadi bertalu-talu seperti ini. Pikirnya.
Sedangkan Ayu yang masih polos, tengah sibuk bermain dengan boneka princess nya. Sesekali, Ayu melihat pada Martin dan bundanya secara bergantian sambil tertawa kecil. Membuat Martin dan Rissa, yang tengah melihatnya pun juga ikut tertawa.
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
@Dior_bna
bnyk yg like berarti ceritanya menarik.
mari kita mulai baca
2023-04-24
0
AturUlang
seruu
2022-10-13
0
Yani Cuhayanih
kk aku mampir ya
2022-09-21
0