Chapter-03

Martin berjalan menuju ruang tengah, lalu mendudukkan tubuhnya di sofa yang tentunya sangat mewah.

Martin merogoh saku celananya, lalu mencari kontak asistennya. Davidson.

Ia baru teringat akan asistennya itu, apa urusan kantor yang suruh ia handle sudah diselesaikan dengan baik oleh tangan kanannya itu. Jika sudah selesai ia akan meminta bantuan pada asistennya itu untuk mencarikan boneka yang ia janjikan untuk Ayu.

Tak menunggu lama, panggilan pun langsung terhubung.

"Halo, Bos. Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" sapa David dari sebrang telpon.

"Ya, apa urusan kantor sudah diselesaikan dengan baik?" tanya Martin dengan nada datar.

"Beres Bos! Eh maksudnya sudah selesai Bos, hehe."

Martin mendengus sebal, ia sudah tidak mempermasalahkan lagi tingkah asistennya yang kurang normal itu. Tapi bukan tidak normal anunya ya.

"Bagus! Sekarang saya ada tugas untuk kamu. Tolong carikan boneka princess yang rambutnya warna putih." pinta Martin atau lebih jelasnya perintah.

Diseberang sana David terjengkang kaget.

"Sa-saya gak salah dengar Bos? Bos mau main boneka?" tanya David dengan bodohnya.

Lagi-lagi Martin menghela nafas dengan sedikit lebih kasar. Namun ia malas menjelaskan untuk apa boneka itu.

"Lakukan saja apa yang saya perintahkan!" ucap Martin tegas.

"Ta-tapi Bos, boneka yang rambutnya putih yang kayak gimana? Saya kan bukan penggemar barbie."

Martin pun terpancing juga kekesalannya. "Disini yang Bos itu kamu atau saya?!" tanya Martin setengah membentak.

David sedikit menjauhkan handphonenya dari telinganya karena suara bosnya itu sedikit memekikkan gendang telinganya.

"Kamu! Eh! Maksud saya, Bos!" ucap David terpeleset.

Martin harus ekstra sabar menghadapi kelakuan konyol asistennya tersebut. Walaupun tingkah David seperti itu, namun Martin tetap mempertahankan posisi David sebagai asisten pribadinya, karena kualitas kinerja David yang sangat bagus dan sangat bisa dipercaya.

"Sekarang lakukan apa yang saya perintahkan! Atau kalau tidak, saya potong gaji kamu bulan ini." ancam Martin.

"Eitss! Jangan dong Bos, nanti kencan saya gimana sama pacar saya? Mana udah buat janji lagi." hilang sudah bahasa formalnya pada sang Bos.

"Terserah!"

Martin langsung memutuskan panggilan telponnya. Berbicara dengan David membuat tensi darahnya naik berkali-kali lipat.

Martin memasukkan kembali handphone tersebut pada saku celananya, lalu berdiri dan beranjak berjalan menuju ruang makan.

***

Di tempat lain, seorang pria muda yang tak lain adalah David tengah dilanda kebingungan. Pasalnya ia tidak tahu boneka apa yang dimaksud bosnya dan untuk apa juga boneka itu, apa jangan-jangan kelakuan bosnya sudah sedikit melenceng. Pikirnya.

"Boneka yang rambutnya putih? Apa ya? Ah si Bos ada-ada aja. Udah nyuruh nyari boneka, mana pake' teka-teki segala lagi. Sekalian aja si Bos dandanin saya terus suruh saya mejeng tengah malam dipinggir jalan. Om mari Om!"

David menggerutu sendiri lalu beranjak berjalan sembari menggerakkan tubuhnya khas wanita jadi-jadian sambil melambai-lambai kan tangannya.

***

Martin duduk di salah satu kursi makan, ia mengotak-atik handphone nya kembali sembari menunggu Ayu yang masih belum turun.

Bi Darmi datang sembari membawa teko kaca transparan berisikan air minum.

"Belum mulai, Den?" tanya Bi Darmi.

Martin menoleh lalu tersenyum hangat pada Bi Darmi. "Belum Bi, nunggu Ayu dulu bentar. Ayok duduk Bi! Makan bareng." ajak Martin.

Bi Darmi menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak Den, Bibi udah makan duluan dibelakang tadi. Maaf ya, jadi di duluin." ujar Bibi tak enak.

Martin tertawa kecil, "Ya gak apa-apa Bi, kenapa harus minta maaf. Bibi bebas mau ngelakuin apa aja disini, sebab ini juga rumah bibi dan Martin sudah anggap bibi seperti ibu Martin sendiri." kata Martin tulus seraya meraih tangan kanan Bi Darmi dan menggenggamnya erat.

Bi Darmi terharu mendengar penuturan majikannya tersebut, ia bersyukur karena sudah berhasil mendidik Martin menjadi orang yang baik dan tidak sombong terhadap siapapun serta tidak membeda-bedakan kasta.

"Makasih ya Den, bibi juga udah menganggap Aden seperti anak bibi sendiri. Sebab hanya Aden lah yang sangat peduli terhadap bibi." ucap Bibi berkaca-kaca.

Martin tersenyum tulus seraya mengangguk. "Iya, Martin juga ucapin terimakasih banyak sama bibi karena bibi sudah mau merawat juga mendidik Martin dengan baik. Martin bersyukur karena Tuhan masih mengirimkan orang yang mau peduli sama Martin, sedangkan dua orang yang berstatus sebagai ibu dan ayah, mereka malah tidak ada untuk Martin. Lelaki itu selingkuh dan Mama pergi untuk selamanya."

Bi Darmi mengelus kepala Martin dengan sayang, "Jangan begitu, bukan maksud bibi membela tuan Mario, mungkin saja Papa kamu selingkuh karena ada alasannya, dan Mama kamu pergi karena sudah takdir yang kuasa. Kita tidak bisa menolak ataupun menahannya. Mereka peduli sama Aden, terbukti mendiang Mama kamu menitipkan dan mempercayakan Aden sama Bibi sehari sebelum Nyonya mencoba bunuh diri."

Martin tertawa pilu, "Martin bukan anak kecil lagi, Bi, Martin tahu lelaki itu selingkuh hanya untuk mencari kepuasan bukan karena ada alasan lain, lelaki bajingan akan tetap menjadi lelaki bajingan."

Martin menatap Bi Darmi lalu tersenyum dipaksakan. "Hah! Sudahlah jangan dibahas lagi. Bibi beneran gak mau gabung makan lagi?" tanya Martin mengalihkan.

Bi Darmi menggeleng seraya menghela nafas pelan, ia harus berusaha supaya majikannya tersebut tidak terus larut membenci Papa-nya yang kini tengah menetap di wilayah Eropa bersama istri keduanya, juga adik kandung Martin yang ikut dengan Papa-nya.

"Enggak, Bibi masih kenyang. Bibi temani Aden saja disini." tolak nya lalu ikut duduk di samping kiri Martin. Dan Martin pun hanya mengangguk saja.

Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan gadis kecil yang memanggil Martin dari jarak beberapa meter.

"Om Maltiiin.." teriak Ayu yang sedang dalam pangkuan pelayan yang sudah memandikannya.

Martin langsung merentangkan tangannya menyambut kedatangan Ayu. Diraihnya tubuh Ayu lalu didudukan menghadap padanya, lalu ia mengecup kedua pipi chubby Ayu dengan gemas secara bergantian.

"Ponakan Om udah cantik banget nih, gimana mandinya? Seru kan dimandiin sama Bibi?"

Ayu mengangguk antusias. "Celuu Om!" jawab Ayu yang entah ia tahu atau tidak arti dari ucapannya.

Martin tersenyum gemas. Ia membalikkan tubuh Ayu untuk menghadap ke arah meja makan.

"Ya udah, sekarang kita makan dulu ya. Terus nanti Ayu bobo lagi." Ayu mengangguk dengan polosnya.

Akhirnya Martin pun mulai menyantap makan malamnya yang sudah dihidangkan oleh Bi Darmi. Martin pun menyuapi Ayu makan dari piring yang sama. Sengaja karena Ayu belum terlalu bisa makan sendiri. Diajak oleh Bi Darmi pun malah menolak.

Setelah selesai makan, Martin pun beranjak membawa Ayu ke dalam pangkuannya. Martin berjalan ke ruang tengah kemudian mendudukkan Ayu di sofa.

Martin turut duduk di samping Ayu berhadapan dengan Bi Darmi yang masih setia melihat pada Ayu yang terlihat duduk memepet pada Martin.

Kelakuan Ayu sontak membuat Martin dan Bi Darmi tertawa. "Kenapa sayang? Takut sama nenek ya? Jangan takut, nenek baik kok orangnya." ujar Martin memberitahu, walupun Martin tahu Ayu tidak akan mengerti ucapannya.

Ayu tetap memepet pada pinggang Martin, bahkan sekarang memeluk pinggang Martin dengan sangat erat seraya menatap polos pada Bi Darmi. Martin dan Bi Darmi pun tertawa kembali melihat tingkah menggemaskan Ayu.

"Maaf ya Bi, Ayu emang begini sikapnya." ujar Martin terkekeh.

"Gak pa-pa Den, mungkin Non Ayu masih takut sama Bibi, hehe." kata Bi Darmi tertawa kecil.

Tiba-tiba seseorang datang dengan nafas terengah-engah. Siapa lagi kalau bukan asisten somplak-nya Martin.

David membungkuk seraya menumpu kedua tangannya pada lutut seraya menormalisasikan nafasnya.

"Huft, maaf Bos kalo kelamaan, soalnya boneka yang bos maksud nyarinya susah. Ini aja saya nyampe dikejar banci karena masuk ke daerah berbahaya." ujar David terpotong-potong.

Martin dan Bi Darmi menatap bingung akan maksud ucapan pria berusia kepala dua tersebut.

"Duduk dulu Nak, jangan dipaksakan bicara kalo masih capek." ucap Bi Darmi.

David pun mengangguk, lalu dengan seenak jidatnya ia duduk tepat di samping Bosnya dengan tenang. Benar-benar Bos yang tidak memiliki harga diri.

Bi Darmi sedikit membelalakkan matanya sembari menahan tawanya, sedangkan Martin hanya menatap datar pada David sambil mendengus kasar.

"Minum dulu," Bi Darmi mengulurkan segelas air putih yang memang sudah tersedia di sana.

"Makasih Bi." ucap Martin seraya menerimanya, lalu meneguknya hingga tandas.

Setelah dirasa lega juga nyaman, David pun akan mulai menyampaikan maksudnya. Namun, saat ia menoleh pada sang Bos, ia langsung terjengkang karena terkejut melihat tatapan tidak bersahabat dari bosnya.

Sekian detik kemudian, David tersadar bahwa ia sudah melakukan kesalahan.

"Eee Ma-maaf B-bos. Sa-saya khilaf.." ujar David terbata dengan posisi terduduk di lantai.

Sontak Bi Darmi terbahak melihatnya. Ia menutup mulutnya karena tidak mau memperlihatkan gigi ompong nya.

"Khilaf pala mu! kamu kira kamu sudah melecehkan saya? Pake bilang khilaf segala." kata Martin ketus.

"Bu-bukan itu maksudnya Bos, ma-maksud saya, saya refleks hehe." ucap David disertai cengengesan menyebalkan.

Martin pun tidak terlalu mempermasalahkan kejadian tersebut, yang sekarang mau ia tanyakan adalah mana boneka yang suruh ia beli pada David.

"Sudahlah! Mana bonekanya?!" tanya Martin dengan nada kesal.

David menghela nafas lega karena bosnya tidak terlalu marah padanya, lantas David pun cepat-cepat berdiri lalu mengulurkan paper bag berukuran sedang pada Martin.

Martin menerimanya dengan satu tarikan, sebab ia masih merasa keki pada asisten somplak nya tersebut.

Martin pun membukanya, dan alangkah terkejutnya saat ia melihat boneka apa yang dibawa oleh David.

Terpopuler

Comments

shadowone

shadowone

🤣🤣🤣🤣

2023-09-01

0

shadowone

shadowone

😂😂😂

2023-09-01

0

maredni Jiba

maredni Jiba

🤣🤣🤣

2022-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!