Chapter-02

Martin selesai mengepak pakaian Ayu kedalam koper kecil milik Ayu. Sebelum keluar dari kamar Rissa, Martin memandang terlebih dahulu ke sekeliling kamar tersebut. Harum Rissa masih tercium jelas di hidungnya.

Martin melihat foto Rissa beserta Ayu yang tergantung di dinding kamar, tepat di atas kepala ranjang.

Martin mengambilnya, berniat untuk membawanya sebagai pengobat rindu saat ia mengingat Rissa.

Dimasukkannya foto tersebut kedalam koper Ayu. Setelah menutupnya kembali, Martin mengajak Ayu untuk segera pergi dari rumah tersebut.

"Sayang, ayok kita ke rumah Om." ajak Martin.

Ayu yang sedang bermain dengan boneka princess nya seketika menoleh pada Martin lalu mengangguk polos.

Martin mengulurkan tangannya membawa Ayu kedalam pangkuannya. Ayu pun naik kedalam pangkuan Martin. Setelahnya Martin menarik koper Ayu lalu berjalan keluar rumah.

Martin mendudukkan Ayu di kursi depan, lalu ia memasukkan koper nya di bagasi. Setelah itu, Martin masuk lalu melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.

Sepanjang perjalanan, hanya diisi oleh keheningan. Ayu nampak sibuk dengan bonekanya, dan Martin tengah fokus pada kemudinya.

Setengah jam perjalanan, mereka pun sampai di mansion yang terlihat sangat mewah, bangunan bergaya Eropa itu berdiri dengan megahnya.

Martin memasukkan mobilnya setelah penjaga membukakan pintu gerbang yang tingginya sekitar 5 meter.

Mobil berhenti tepat didepan teras, dua orang pelayan datang menyambut kedatangan tuannya.

Martin keluar terlebih dahulu, lalu mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Ayu. Martin membawa Ayu kedalam pangkuannya, lalu menyuruh pelayan untuk mengambil koper di bagasi.

"Tolong, ambil koper di bagasi lalu bawa ke kamar tamu." titah Martin pada salah satu pelayan.

"Siap Tuan."

"Selamat datang, Den." sambut Bi Darmi tersenyum senang. Ia pembantu senior sekaligus kepala pelayan di mansion tersebut. Ia juga yang mengasuh Martin sejak Martin berusia 2 tahun.

Martin baru pulang kembali ke mansion nya setelah berbulan-bulan tidak pulang. Karena, selama ini Martin lebih sering menghabiskan waktunya di kantor dan pulang ke apartemennya karena jaraknya yang lebih dekat.

"Iya Bi, bibi apa kabar?" tanya Martin.

"Alhamdulillah, Bibi sehat, Den. Oh ya, gadis cantik ini siapa?" tanya Bibi, sembari mengelus pipi Ayu, gemas.

"Oh, iya Bi, Ini Ayu, putri mendiang sahabat Martin, mulai sekarang Ayu akan tinggal disini."

Bibi terdiam sejenak, lalu ia mengangguk saat mengerti maksud ucapan majikannya tersebut.

"Beneran Den? Bibi senang mendengarnya" ucap Bibi sumringah. "Mau main sama nenek?" lanjutnya mengajak Ayu.

Ayu yang tidak mudah dekat dengan orang baru, langsung menyembunyikan wajahnya dileher Martin.

Martin terkekeh. "Dia suka gitu kalo sama yang belum dikenalnya, Bi."

Bi Darmi mengangguk memaklumi, ia paham anak seusia Ayu memang masih malu-malu juga takut terhadap orang baru.

"Kalo gitu Martin sama Ayu ke atas dulu ya. Kasihan, Ayu belum istirahat."

"Iya Den, nanti kalo butuh sesuatu hubungi Bibi aja ya."

"Iya Bi, Mari." Martin melangkahkan kakinya lalu masuk kedalam lift khusus yang langsung mengarah ke kamarnya.

Setelah lift terbuka, Martin langsung berjalan ke arah ranjang besar, miliknya. Di baringkan nya Ayu yang sudah terlihat menahan kantuk.

Untuk sementara, Ayu akan tidur di kamarnya karena ruang tamu masih sedang dibersihkan oleh para pelayan.

Setelah membaringkan Ayu, Martin lantas membuka baju kemejanya karena sudah setengah basah oleh keringatnya.

Martin melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia memilih berendam dulu sebentar untuk merefleksikan tubuhnya. Setelahnya, ia langsung membilas seluruh tubuhnya yang terlihat sangat sexy oleh otot-otot yang menonjol.

Selesai mandi, Martin pun keluar. Dilihatnya Ayu yang terlihat tertidur nyenyak. Ada rasa kasihan melihat anak sekecil itu sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Namun ia berjanji, ia akan merawat Ayu dengan baik sampai anak itu menempuh sekolah tinggi.

Martin lantas ikut naik ke ranjang, lalu tidur menyamping menghadap pada gadis kecil tersebut. Di elus nya rambut Ayu dengan rasa iba.

Namun, seketika. Ingatannya kembali lagi, mengingat saat kejadian dimana Ayu mengecup bibirnya.

Martin tersenyum kecil. "Dasar gadis nakal." gumamnya masih tak percaya. Bibir mungil tersebut sudah mencuri ciuman pertamanya, ia jadi membayangkan kembali betapa lembutnya bibir mungil yang terlihat berwarna pink alami tersebut.

Namun, seketika pikiran waras nya kembali.

Ya Tuhan, sadar Martin! Dia hanya bocah kecil... batin Martin menyentak dirinya sendiri sambil geleng-geleng kepala.

Karena tubuhnya yang masih terasa letih, tanpa sadar Martin pun ikut tertidur seraya memeluk tubuh kecil tersebut.

***

Malam hari, tepat pukul 19.15. Martin terbangun dari tidurnya. Martin meregangkan tubuhnya lalu meraih handphone nya yang terletak di lemari kecil di samping nya. Dilihatnya waktu, Martin sedikit terkejut karena ia tidur terlalu lama.

Dilihatnya Ayu yang masih tertidur pulas. Martin tidak ingin membangunkannya karena takutnya Ayu masih mengantuk. Ia pun beranjak lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk Martin membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia keluar lalu beralih masuk ke ruang ganti.

Martin memakai pakaian santainya lalu keluar setelah merapihkan rambutnya.

Ayu masih tertidur, Martin lantas mendekat lalu membangunkan Ayu.

"Sayang, bangun yuk. Ayu belum makan loh."

Martin menepuk-nepuk pipi chubby Ayu dengan pelan.

Merasa terusik, Ayu pun menggerakkan tangannya menyingkirkan sesuatu yang menyentuh pipinya.

Tingkah menggemaskan Ayu lantas membuat Martin terkekeh kecil.

"Sayang, bangun dulu yuk. Nanti kalo udah makan Ayu boleh tidur lagi." ucap Martin lagi seraya menepuk-nepuk kembali pipi Ayu.

Kedua kelopak mata Ayu pun sedikit demi sedikit mulai terbuka.

"Bangun yuk sayang, Ayu mandi dulu nanti kita makan malam." rayu Martin.

Beruntung Ayu bukan termasuk anak yang susah dirayu. Terbukti, sekarang ia mulai mendudukkan tubuhnya dengan ekspresi masih menahan kantuk.

Karena gemas, Martin pun mencubit hidung mungil Ayu secara pelan. "Ponakan Om kenapa lucu banget sih, hah." kata Martin dengan ekspresi gemasnya, lalu kedua tangannya mencubit pipi chubby Ayu.

Ayu tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya terlihat masih menahan kantuk nya.

Lantas Martin pun mengangkat tubuh Ayu, membawanya ke dalam pangkuannya.

Martin melangkahkan kakinya keluar kamar, membawa Ayu untuk menemui pelayan.

Tepat, saat baru keluar ada seorang pelayan yang sepertinya mau mengetuk pintu.

"Eh, Maaf Tuan. Saya kira Tuan belum bangun." ucap pelayan wanita tersebut, takut-takut.

Martin mengangguk. "Boleh saya minta tolong."

Si pelayan langsung mengangguk cepat. "Apa yang bisa saya bantu, tuan?"

"Tolong mandikan Ayu. Kamar tamunya sudah dibersihkan, Kan?"

"Sudah, tuan. Mari, biar non Ayu saya mandikan." pelayan tersebut mengulurkan tangannya bermaksud mengambil alih tubuh Ayu.

Namun, seketika Ayu malah menempel erat seraya memeluk leher Martin dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Sayang, kenapa? Bibinya baik kok. Ayo, biar dimandikan sama Bibi." rayu Martin sambil mengusap punggung Ayu.

Ayu menggelengkan kepalanya masih dalam posisi yang sama.

"Kenapa, hm? Bibi gak jahat kok, nanti diajak main sama bibi. Mau?"

Perlahan Ayu melihat pada Martin dengan tatapan menimbang. Namun tangannya masih memeluk erat, menyiratkan kewaspadaan.

"Hm? Gimana, mau? Tapi mandi dulu ya sama Bibi."

Ayu menggeleng lagi lebih cepat. "Mau mandi cama Om."

Martin terhenyak. Ia berfikir, mana mungkin ia memandikan Ayu. Walaupun Ayu masih anak kecil, tetap saja tidak mungkin karena Ayu bukan anaknya.

Martin pun jadi berfikir yang tidak-tidak. Otak mesumnya tiba-tiba memikirkan apa yang akan ia lihat jika ia memandikan Ayu. Ditambah lagi ingatan saat Ayu mengecup bibirnya, membuat pikiran kotor Martin semakin meronta-ronta.

Setan kau Martin! Kenapa kau jadi cabul seperti ini! bisik nya, merutuki dirinya sendiri.

Martin melirik pada pelayan dihadapannya yang sepertinya tengah menahan tawa, terlihat dari gelagatnya.

Martin tidak terlalu mengindahkan. Sekarang yang harus ia pikiran adalah, bagaimana cara agar Ayu mau mandi bersama pelayan.

Tring!

Sebuah lampu sorot seketika ada di atas kepalanya. Eh, lampu neon pemirsa, maaf salah.

"Mmm, gini ya sayang. Om bukannya gak mau mandiin Ayu, tapi Om mau beli sesuatu dulu buat Ayu. Ayu mau boneka princess baru kan?" rayu Martin dengan tatapan yang dibuat-buat sumringah.

Bocah tersebut nampak terdiam, entah apa yang sedang dipikirkan oleh otak kecilnya itu.

"Gimana?" tanya Martin, tak sabaran.

Tak disangka, Ayu pun mengangguk cepat sembari tersenyum lebar. "Mau boneka balu Om."

Akhirnya Martin bisa bernafas lega. Ia pun mulai menyodorkan Ayu pada pelayannya. Ayu pun nampak tidak sungkan lagi pada pelayan tersebut. Terlihat, saat Ayu langsung menerima uluran pelayan tersebut.

"Kalo gitu, Om beli bonekanya dulu ya. Dah, Om tinggal dulu." Martin melambaikan tangannya yang langsung dibalas oleh Ayu.

Setelah kepergian tuannya, pelayan tersebut lantas melangkahkan kakinya menuju kamar tamu, yang mulai sekarang akan menjadi kamar Ayu. "Ayok Non, kita mandi."

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

kk aku hadiiiir aku sepertinya lupa lupa ingat

2022-12-02

0

Riska ra14

Riska ra14

FBI open the door 😈

2022-09-25

0

Ciripah Mei

Ciripah Mei

aduh si uncle fedovil

2022-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!