Hari ini Martin akan membawa Ayu ke perusahaannya, karena tidak mungkin juga ia menitipkan Ayu pada Bi Darmi maupun kepada pelayan. Ya, walaupun beberapa saat ini Ayu terlihat tenang bersama pelayan, besar kemungkinan nantinya Ayu akan menangis saat tidak mendapati keberadaannya.
Setelah Ayu selesai di Pakaikan pakaiannya oleh pelayan dan sedikit di polisi bedak bayi, Martin langsung membawanya turun untuk menuju ruang makan.
"Selamat pagi Den, Non Cantik." Sapa Bi Darmi yang tengah menyiapkan sarapan. Walaupun banyak bawahannya disana, namun Bi Darmi tetap ingin ia lah yang melayani majikannya tersebut dalam hal asupan makannya.
"Pagi Bi." Respon Martin seraya menarik kursi, lalu duduk dan menempatkan Ayu di pangkuannya.
"Tadi Bibi dengar Ayu menangis, mau bibi lihat tapi bibi udah gak kuat naik turun tangga." Ujar Bi Darmi sembari menuangkan segelas susu untuk Ayu.
"Gak apa-apa Bi, Ayu mungkin terkejut karena gak lihat siapa-siapa di kamarnya pas dia bangun. Jadi dia nangis." Kata Martin mengelus kepala Ayu.
Bi Darmi ber Oh ria sambil mengangguk. Martin segera menyantap roti bakarnya yang sudah di siapkan oleh Bi Darmi. Martin memang lebih suka sarapan dengan roti-rotian ketimbang makanan berlemak karena makanan itu bisa menyebabkan perutnya buncit.
Oh tidak, usia ia masih muda, ia harus selalu terlihat gagah dan tentunya tampan. Walaupun cinta pertamanya sudah tiada, apa salahnya kan ia untuk selalu memprioritaskan penampilannya. Siapa tahu suatu saat ia bisa move on dan mendapatkan pengganti yang seperti Rissa.
Tak terasa, Martin sudah menghabiskan dua porsi roti bakar, selanjutnya ia meneguk air putih untuk melegakan tenggorokannya.
Ayu tidak mau roti, ia hanya meminum susunya saja, itupun dibantu oleh Martin memegang gelasnya.
"Sudah kenyang?" Tanya Martin lembut.
Ayu hanya mengangguk saja. Martin pun menyeka sisa air susu yang tertinggal di bibir atas Ayu menggunakan tissu.
"Bi, Martin berangkat ya. Ayu mau Martin ajak. Kalo di tinggal takutnya malah nyari."
Bi Darmi mengangguk, karena ia pun berpikiran yang sama dengan majikannya tersebut.
"Ia Den, Hati-hati ya."
Martin mengangguk lalu mengangkat tubuh Ayu membawanya kedalam pangkuannya.
Di ambilnya tas kerjanya, setelahnya Martin pamit kembali lalu melangkahkan kakinya keluar mansion.
***
Tiba di pelataran gedung kantornya, Martin langsung jadi pusat perhatian, apalagi saat ia memangku seorang anak kecil yang terlihat menempel padanya.
Para karyawan pun saling berbisik dalam hatinya.
Siapakah anak yang dibawa bosnya itu...
Apa bosnya sudah menikah dan mempunyai anak secara diam-diam...
Wah Hot Daddy idaman, tapi apa itu anaknya pak bos?
Begitulah bisik-bisik para karyawan yang bertanya-tanya mengenai anak kecil tersebut.
Namun seketika, mereka langsung tersadar saat sang atasan sudah bergerak semakin mendekat untuk melewati mereka, dan tentunya dengan tatapan datarnya.
Seperti biasa, mereka menyapa kedatangan CEO mereka dengan senyuman se-ramah mungkin. Terutama para karyawan wanita yang tentunya sembari cari perhatian berharap dilirik oleh sang Bos gagah tersebut.
Kembali ke Martin, ia hanya membalas sapaan para bawahannya dengan senyuman kecil sembari mengangguk sekilas lalu kembali lagi ke ekspresi awal.
"Selamat pagi Bos." Sapa David yang baru saja nongol. David memang tidak menjemput bosnya karena sang bos melarangnya saat ditelpon beberapa saat lalu.
Dan sekarang ia datang menjemput Martin dengan ekspresi tidak terlalu semangat.
Bagaimana mau semangat kalau gajinya dipotong hampir habis.
Martin menyadari kegalauan David, namun ia tidak peduli, saat ini ia sedang malas berbicara dengan asisten somplak nya tersebut.
Martin membalas sapaan David hanya dengan deheman, lalu mengulurkan tas kerjanya pada David untuk dibawakan.
David menerimanya dengan sisa semangatnya. Sumpah, pagi ini ia merasa seperti tidak diisi baterai. Lemah tak berdaya.
Martin masa bodo, ia langsung melangkahkan kakinya menuju lift petinggi menuju lantai teratas. Diikuti oleh David dibelakangnya.
Saat sudah sampai di lantai tujuan, pintu lift pun kembali terbuka. Martin dan David melangkahkan kakinya keluar. Lift tersebut di desain khusus langsung masuk ke ruangan kerjanya, jadi saat mereka keluar dari lift, mereka langsung berada di ruang kerja Martin yang ukurannya sangat luas.
Ayu masih setia dengan diam nya, ia sedari tadi hanya fokus melihat apa yang dilihatnya. Seperti pintu yang bergerak sendiri, orang yang banyak serta mobil yang banyak juga saat diperjalanan. Sepertinya Ayu memiliki sifat yang pendiam seperti bundanya.
Martin mendudukkan Ayu di kursi sofa. "Duduk disini dulu ya, Om mau bicara sebentar sama Om David, Oke?"
Ayu hanya mengangguk saja. Martin pun tersenyum lalu mengeluarkan susu botol yang sudah di bekalkan oleh Bi Darmi.
Susu beserta botolnya itu memang dibeli secara mendadak oleh Bi Darmi hari kemarin saat mendapati kedatangan Ayu.
Kembali ke Martin, ia memberi kode pada David dengan gerakan kepala supaya mengikutinya. David yang masih lesu hanya mengangguk.
Martin mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya, diikuti David yang ikut duduk dihadapannya.
"Bawa semua berkas yang harus saya tanda tangani." Titah Martin datar, Martin sebenarnya masih kesal jika mengingat kejadian semalam, tapi ia tidak mau mempermasalahkannya lagi. Konyol jika dipikirkan, kesal dan marah hanya karena sebuah boneka. Untung saja Ayu tidak menagih nya malam tadi. Entah lupa atau karena memory nya yang belum kuat.
"Iya Bos." David hendak berdiri, namun ucapan Martin menghentikannya.
"Tunggu, soal semalam lupakan saja, gaji kamu masih tetap utuh." Kata Martin datar tanpa melihat pada asistennya tersebut.
David terkesiap, seketika bibirnya tersenyum lebar dengan ekspresi senang luar biasa.
"Se-serius Bos?" Tanya David memastikan, dan dijawab oleh Martin hanya dengan deheman.
Yes, akting ku ternyata bagus juga hihihihi.. Batin David cekikikan.
"Makasih Bos, saya sangat terharu- Eh senang maksudnya, akhirnya saya gak jadi batalin kencan saya bulan depan." Ujar David dengan ekspresi yang menyebalkan dimata Martin.
"Sekarang lakukan apa yang saya suruh."Titah Martin datar.
David diam seperti orang bodoh, atau.. sepertinya emang bodoh, entahlah hanya Tuhan yang tahu.
" Emang Bos nyuruh apa?" Tanya David dengan ekspresi polos yang pengen di adu jotos.
Martin melirik pada David dengan tatapan yang mulai tidak bersahabat. Seketika itu pula David tersadar dan langsung berdiri.
"Siap Bos! Laksanakan!" Tanpa ba-bi-bu, David langsung ngacir keluar ruangan meninggalkan Martin yang berusaha menahan sabar juga Ayu yang menatap polos sembari menyedot susu.
****
Waktu sudah menunjukan pukul 12.15 dan waktunya untuk makan siang. Beruntung semua pekerjaannya selesai karena tidak terlalu banyak, selebihnya sudah di handle oleh asisten serbaguna nya juga.
Kenapa bisa dibilang serbaguna? Karena selain punya keahlian meng-handle urusan perusahaan, David juga ternyata punya keahlian mengasuh anak.
Dan lihatlah di sofa sana, David tengah mengajak Ayu berbicara sampai ayu tertawa terbahak-bahak. Entah sifat perempuan sudah alami atau bagaimana sedari kecil, yang jelas Ayu terus menjambak rambut David saat ia tertawa senang.
David yang ikut tertawa pun sesekali meringis saat merasakan jambakan Ayu yang terlalu kencang. Namun ia membiarkannya saja, tidak peduli dengan rambut kesayangannya yang sudah terlihat seperti habis tersengat listrik.
Martin menahan tawanya melihat nasib mengenaskan sangat asisten, ia senang karena bisa membalaskan kekesalannya pada David melalui Ayu.
Hahaha bagus sayang, jambak terus sampai mampus! Batinnya tertawa jahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Shira
poles Bedak
2023-05-08
0
Ciripah Mei
David David 😂
2022-05-25
0
Riyadhi Yaza
nasib asisten...
2022-03-21
0