Suami Aroganku Cinta Pertamaku
Shafa Adzania Ahmad adalah gadis biasa, dia berambut hitam panjang, matanya yg bulat, bulu mata yg lentik, bibir tipisnya berwarna pink dan alisnya tebal. Sebenarnya dia gadis yang cantik tapi dia memakai kacamata sehingga kecantikannya tidak begitu terlihat.
Ayahnya bernama Malik Ahmad, dia bekerja sebagai karyawan produksi di pabrik Furniture terbesar di kotanya, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga bernama Farida, Shafa memiliki adik lelaki bernama Zain Fariz Ahmad.
Kehidupan mereka seperti orang biasa pada umumnya, mereka hidup sederhana dan bahagia. Shafa duduk dibangku kelas 3 SMA dan Zain di bangku kelas 1 SMA, mereka bersekolah di sekolah favorit dan ternama. Kebanyakan anak-anak orang kaya dan cerdas yang bersekolah di sana, tapi karena kecerdasan Shafa dan adiknya mereka mendapat beasiswa dan bisa bersekolah di sana.
Barrack John Hansel putra dari pemilik sekolah favorit tersebut. Ayah Barrack juga pemilik dari Hansel Grup yang memiliki beberapa Perusahaan furniture, elektronik terbesar, hotel dan resort di beberapa kota. Wajahnya tampan, matanya abu dengan rambut sedikit kecoklatan. Hidungnya mancung, sorot matanya terlihat angkuh dan dingin.
Ayahnya bernama Jason Maverick Hansel berkebangsaan Inggris dan Ibunya bernama Almyra Hasyim, seorang wanita cantik dan sosialita tapi Myra seorang yang dermawan. Terlihat kejam dan angkuh seperti putranya tapi dia orang yang tidak tegaan, sedangkan Jason sosok ayah yang penyayang, tak banyak bicara, berwibawa dan sangat bijaksana.
Adik perempuan Barrack bernama Jessica Aira Hansel, kulitnya putih, matanya abu dan rambutnya kecoklatan, membuat siapapun mengaguminya. Dia gadis yang ceria dan tak pernah memilih dalam berteman.
Jessie berada di kelas 3 SMP tapi Barrack duduk di bangku kelas 3 SMA. Shafa dan Barrack satu sekolah tapi kelas mereka berbeda, karena Barrack hanya ingin sekelas dengan siswa yang cerdas dan kaya yang sepadan dengannya.
Pagi itu Shafa terlambat 1 menit ke sekolah karena semalaman dia belajar agar lulus ujian, dia sampai terlambat bangun dan ternyata dia berada di depan gerbang bersama Barrack.
Saat itu Barrack memandangnya dengan tatapan dingin dan sinis,
"Hei kau cupu.. Kenapa kau terlambat sekolah, aku bisa saja masuk dengan semauku tapi kau, haha.. Pasti penjaga gerbang tak membiarkanmu lolos begitu saja."
Shafa memandang Barrack dengan tatapan memelas,
"Barrack tolong biarkan aku masuk bersamamu, pasti penjaga gerbang mengijinkan jika aku masuk bersamamu dan sebagai gantinya aku mau menjadi pelayanmu di kantin nanti dan membawakan makanan yang kamu mau." ucap Shafa dengan menahan tangisnya.
Dia tau jika dia tidak bisa masuk sekolah hari ini, belajarnya semalaman akan sia-sia dan dia akan mendapatkan peringatan karena dia hanyalah siswi beasiswa.
Entah ada bisikan apa Barrack langsung menyetujuinya dan sedikit mengangkat sudut bibirnya, "Baiklah cupu.. Tapi jangan kau lupa dengan tawaranmu menjadi pelayanku nanti!"
Mendengar permintaan Barrack, Shafa pun mengangguk.
"Pak tolong bukakan pintu gerbangnya! Biarkan aku dan gadis ini masuk jangan bilang siapapun tentang masalah ini," ucap Barrack pada Penjaga Gerbang.
Penjaga Gerbang terlihat patuh dan sedikit membungkuk saat Barrack melewatinya.
Kemudian Shafa tersenyum dengan manis dan berterimakasih sembari mengoyangkan bahu Barrack.
"Terimakasih Barrack.. Aku tak akan lupa kebaikanmu."
Barrack terbenggong melihat yang Shafa lakukan padanya dan mengibaskan bahunya dengan tangannya.
"Hah.. Berani sekali Si Cupu itu memegang bahuku!" gumamnya lirih.
"Hei! Jangan lupa janjimu nanti!" teriak Barrack pada Shafa.
Dan Shafa mengangkat ibu Jarinya. Mereka masuk dikelas masing-masing dan mengikuti ujian pertama dengan lancar.
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, Shafa keluar kelas dengan tersenyum dan hati bahagia karena dia bisa menyelesaikan ujiannya dengan baik, tapi hatinya tiba-tiba mendung mengingat janjinya akan menjadi pelayan Barrack di kantin sebentar lagi.
Dia berjalan ke arah kantin, dilihatnya Barrack sedang memandangnya dengan tatapan angkuh dan melambaikan tangannya ke arah Shafa, lalu Shafa berjalan mendekatinya.
"Hei cupu.. Kenapa kau lama sekali, cepat ambilkan jus jeruk dan burger untukku!" suruhnya dengan nada angkuh.
"Baiklah Tuan Muda pesananmu akan segera siap." kata Shafa.
Kemudian Shafa berlalu dan menggerutu dalam hati,
"Dasar pria arogan, pria angkuh! Apakah dia selalu seperti itu?! Tak ada senyum sedikitpun dibibirnya, walaupun aku gadis biasa setidaknya sedikitlah ramah denganku, selalu saja orang kaya seperti itu!"
"Tapi kenapa aku mencintainya pada pandangan pertama?! Aku selalu gugup saat berada didekatnya, dia memang cinta pertamaku sejak aku duduk dikelas satu SMA, benar-benar tidak bisa dipercaya aku mencintai orang seperti itu, begitu tampan tapi sangat menyebalkan."
Kemudian ibu penjaga kantin itu mengagetkan Shafa yang termenung
"Neng!" teriaknya dengan kencang.
"Hah?! Duhh ibu.. Kenapa mengagetkanku?!" seru Shafa yang terkejut.
"Habis Neng ngelamun mulu, ini pesanan Tuan Muda sudah selesai."
sambil menepuk-nepuk kedua tangannya dan tersenyum ke arah Shafa.
"Eh iya.. Tumben tuan muda tidak menyuruh salah satu teman lelakinya malah nyuruh neng?" tanyanya dengan penasaran.
"Aaahh.. Ibu ini ingin tau saja, rahasia donk bu." jawab Shafa yang mengoda ibu penjaga kantin dan pergi meninggalkannya.
Shafa berjalan ke arah Barack dan memberikan pesanan Barack, saat Shafa akan pergi Barack tak memperbolehkan dia pergi.
"Hei.. Mau kemana kau cupu! Ambil kipas dan kipasin aku sekarang! Jangan kau kira tugasmu sudah selesai, setidaknya gara-gara aku, kamu bisa mengikuti ujian hari ini." suruhnya dengan nada dingin.
Kemudian satu jam berlalu Shafa tidak bisa memanfaatkan waktu istirahatnya dengan belajar karena mau tidak mau dia harus jadi pelayan dadakan untuk Tuan Muda Arogan itu, dia disuruh ini dan itu oleh Barack dengan seenak jidatnya.
Setelah bel masuk berbunyi, Shafa akhirnya bisa bernafas lega dan mereka kembali ke kelas mengikuti ujian kembali sampai selesai.
Sampai berhari-hari mereka mengikuti ujian, Barack yang berada di kantin merasa heran kenapa tidak melihat gadis cupu yg beberapa hari lalu menjadi pelayan dadakannya.
"Kenapa aku tidak melihat Gadis Cupu itu, apakah dia benar-benar miskin sampai ke kantin pun tak mampu, padahal aku ingin sekali melihat wajahnya yang selalu gugup itu dan mengerjainya."
Barrack berbicara dalam hati sambil melanjutkan makannya sembari bercanda bersama ketiga sahabatnya.
Sahabatnya juga dari kalangan keluarga kaya dan berpengaruh. Shafa memang jarang ke kantin dia selalu makan bekal pemberian ibunya. Belajar dan sesekali bercanda bersama teman-temannya di kelas.
Dia selalu menabung uang saku dari ayahnya, dia ingin masuk perguruan tinggi dengan tabungan dari uang sakunya, dia tidak ingin membebani ayahnya yang hanya karyawan pabrik biasa.
Beruntung anak-anaknya adalah anak yang cerdas jadi biaya sekolah tidak begitu berat untuk ayahnya.
Tak terasa waktu telah berlalu, hari kelulusan ada didepan mata. Shafa kini memakai kebaya cantik milik ibunya sewaktu muda dan dia merias tipis wajahnya tak lupa juga memakai kacamata sehingga kecantikannya masih tidak begitu terlihat.
Shafa berpapasan dengan Barack di Sekolah, saat mata mereka bertemu Barack menatapnya dengan tajam dan Shafa gugup lalu menunduk. Barack terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam dan dasi yg senada dengan kemejanya. Mereka akan merayakan kelulusan bersama guru dan berfoto bersama di kelas masing-masing sebagai kenang-kenangan.
Tania sahabat Shafa memeluknya,
"Shafa kita sudah lulus SMA juga ya! Setelah ini kita akan masuk Perguruan Tinggi, apakah kamu juga kuliah?" tanya Tania dengan mata berbinar.
Shafa menghela nafasnya,
"Tania.. Kamu tahu kan ayahku hanya karyawan biasa, dan seperti biasa aku akan coba jalur beasiswa lagi untuk masuk Perguruan Tinggi. Kalau memang aku bisa masuk aku akan bersyukur sekali karena kuliah dengan gratis, dan aku bisa memakai tabunganku untuk keperluan kuliahku tanpa membebani orang tuaku, tapi kalo memang tidak lolos ujian beasiswa mungkin aku akan bekerja dulu, nanti kalo uangku terkumpul aku bisa mendaftar kuliah lagi. " jawabnya dengan tatapan kosong.
Entah dia sedikit ragu apakah masih ada kesempatan dia untuk kuliah jalur beasiswa, sedangkan saingannya pasti akan lebih banyak dari luar kota.
Tania sangat kagum dengan semangat sahabatnya itu, Tania bersyukur menjadi anak orang berada, jadi dia bisa memilih perguruan tinggi sesukanya karena dia juga termasuk siswi pandai.
Kemudian Tania memeluk Shafa,
"Sudahlah Shafa pikirkan saja nanti, sekarang ini saatnya kita bersenang-senang merayakan kelulusan kita, nanti kita main ke mall sepulang sekolah." ucap Tania.
Shafa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Yunisa
Mampir Thor
2022-10-31
0