Enam bulan pun berlalu, kini Shafa telah melewati satu semester kuliahnya. Kesehatan ayahnya mulai menurun dan tak jarang ayah sering keluar masuk rumah sakit, sehingga gaji ayah terpotong karena sering tidak masuk kerja.
Shafa begitu menyayangi kedua orangtuanya, dia ingin bekerja untuk membantu keuangan keluarga, memberikan sedikit uang untuk ibunya.
"Ibu! Shafa akan bekerja paruh waktu selepas pulang kuliah, Shafa tidak tega kalau Ayah dan Ibu harus kesana kemari mencari pinjaman untuk biaya makan dan membeli obat untuk ayah," ucap Shafa dengan raut sedih.
"Tapi kak! Pasti kakak tidak akan fokus untuk kuliah, nanti belajar kakak akan terganggu, ibu tidak mau nilai kakak turun gara-gara kakak bekerja, itu akan berpengaruh dengan beasiswa kakak," ucap Ibu dengan cemas.
"Ayah juga berharap kamu fokus untuk kuliah saja nak, beruntung kamu bisa mendapatkan beasiswa prestasi, ayah akan bekerja sekuat tenaga untuk kalian, maafkan ayah blm bisa membahagiakan kalian," kata Ayah terlihat sedih
"Tidak Ayah.. Ibu.. Shafa yakin mampu mengatasi smuanya, Shafa yakin kalau Shafa tidak akan menyepelekan kuliah dan waktu belajar Shafa saat bekerja nanti, ibu dan ayah harus percaya pada Shafa," kata Shafa meyakinkan kedua orangtuanya.
"Baiklah nak.. Asal kamu bisa membagi waktumu dengan baik dan kamu tidak lelah, tidak keberatan, ayah dan ibu merestui yang kamu lakukan untuk keluarga ini, semoga Allah memberikan kelancaran rizki untuk keluarga kita," doa Ayah sambil memeluk putri pertamanya.
"Baiklah Ayah.. Ibu.. Terimakasih."
Shafa mulai melihat-lihat lowongan pekerjaan di koran dan di internet, tapi belum ada yang sesuai dengan kriterianya. Setelah lama melihat-lihat dia mengantuk dan tertidur.
***
Hari ini adalah hari libur kuliahnya, Shafa berangkat keluar rumah lebih pagi. Dia ingin mengelilingi jalanan dan mencari pekerjaan paruh waktu yg dia inginkan.
Dia mulai menyusuri jalan dan melihat apakah ada pengumuman lowongan yang ditempel di toko-toko atau cafe yang dia lewati. Setelah lama motornya melaju, akhirnya dia menemukan satu cafe yang membutuhkan karyawan.
"Selamat pagi Kak.. Apakah benar cafe ini sedang membutuhkan karyawan?" tanya Shafa dengan sopan kepada petugas kasir disana.
"Selamat pagi juga kak! Ohh ya disini sedang membutuhkan karyawan kak. Sebentar biar saya hubungi pemilik cafe dulu, kakak tunggu di kursi itu ya!" katanya dengan mempersilahkan Shafa duduk.
"Baik, terimakasih kak!" ucap Shafa sembari tersenyum kemudian dia duduk di kursi yang ditunjukkan petugas kasir tadi.
Shafa melihat-lihat cafe itu dari tempat duduknya, cafe itu berlantai dua. Terlihat bersih dan nyaman dengan nuansa warna putih gading dengan dihiasi banyak lampu dan bunga-bunga plastik berwarna putih. Kursi mejanya tertata rapi dan ada panggung kecil di depan kursi-kursi itu, dilantai atas juga terlihat menyenangkan.
Lantai atas itu seolah mengelilingi lantai bawahnya jadi bisa melihat apapun yang berada dibawah.
Pemandangan kota dan suasana di jalan raya juga terlihat saat berada di lantai atas, angin semilir dan kursi meja juga terlihat rapi disana.
Shafa melihat detail cafe itu, cafenya sangat nyaman sehingga banyak pengujung yang datang untuk ngopi atau sarapan sambil melihat pemandangan kota di pagi hari.
Beberapa saat kemudian petugas kasir itu berjalan ke arah Shafa dan memanggilnya.
"Kak.. Boss saya sudah datang, dia menyuruhmu langsung ke ruangannya untuk interview, mari saya antar!"
"Terimakasih Kak.." jawab Shafa dengan senyum manisnya.
Shafa berjalan memasuki ruangan pemilik cafe, dengan sopan dia memberi salam kepada pemilik cafe.
"Selamat siang Bu! Perkenalkan nama saya Shafa, saya yang mau melamar di cafe anda,"
"Selamat siang juga Shafa! Silahkan duduk dulu, saya ingin tahu lebih jelas biodata kamu, saya mau melihat CV lamaran kamu dulu, " kata Bu Anggie si pemilik cafe.
Kemudian Shafa menyodorkan CV lamaran kerjanya kepada Bu Anggie, Bu Anggie mulai membacanya dengan serius.
"Jadi saat ini kami masih kuliah?" tanya Bu Anggie.
"Iya bu.. Saya masih kuliah jadi saya membutuhkan pekerjaan selepas saya pulang kuliah," kata Shafa sedikit gugup.
" Baiklah kamu diterima di cafe ini, besok kamu bisa mulai bekerja, karena memang kami sedang membutuhkan waiters dishift siang sampai malam. Selamat bergabung ya Shafa! Semoga kamu betah bekerja di cafe saya." ucap Bu Anggie dengan mengulurkan tangannya.
Shafa menerima uluran tangan Bu Anggie mengucapkan terimakasih dan tersenyum bahagia karena telah diterima bekerja.
"Terimakasih bu, telah memberi kesempatan saya bekerja di cafe anda."
Shafa pergi meninggalkan cafe itu dan pulang ke rumah, dia menceritakan kepada ayah, ibu dan adiknya tentang kegiatannya tadi siang dan berakhir mendapat pekerjaan.
Semuanya terlihat ikut bahagia melihat Shafa akan bekerja, walaupun didalam hati ayah masih merasa sedih, karena tidak seharusnya anak gadisnya bekerja untuk mereka. Tapi Shafa selalu bisa meyakinkan mereka kalau dia bisa menjalani semuanya dengan baik.
Paginya Shafa mulai aktivitasnya lagi dia berangkat kuliah dan sepulang kuliah dia bekerja di cafe. Zain tau kakaknya sekarang akan sibuk dan tak mungkin menjemput nya lagi jadi Zain naik angkutan umum saat pulang sekolah atau terkadang bareng dengan temannya.
Cafe nampak terlihat ramai di jam makan siang, Shafa dengan cekatan mengantarkan pesanan dengan baik dan mencatat pesanan ke meja yang lain.
Saat Shafa membawa pesanan jus jeruk, terlihat dari depan dia ditabrak seorang wanita bersama teman-temannya, tapi wanita itu malah marah-marah kepada Shafa.
"Hei kau pelayan! S*alan kau! Dimana matamu itu?! Apa kamu tidak bisa melihat?! Kamu menumpahkan jus jerukmu di bajuku yang mahal ini, bahkan gajimu setahun saja tidak bisa membeli baju mahal ini," sungut wanita itu.
"Mana bossmu! Aku akan bicara dengannya agar memecat karyawan tidak becus seperti mu," ucap Wanita itu dengan nada sombong.
Wanita itu adalah Jenny Amelia kekasih Barrack, seorang model cantik, judes dan angkuh.
"Nona yang menabrak saya, kenapa nona jadi yang marah sama saya, harusnya nona yang meminta maaf kepada saya," ucap Shafa dengan tegas.
Mungkin dulu dia tidak pernah mau meladeni Barrack saat dia menganggunya karena dia mencintai barrack dalam diam, tapi disaat berhadapan dengan orang lain Shafa tidak takut selagi dia benar.
Dan beberapa pengunjung disana tau kalau Jenny memang salah, mereka menatap sinis pada Jenny.
"Mbaknya yang menabrak tadi, harusnya mbak minta maaf, kok jadi mbaknya marah, gimana sih mbak!" ucap salah satu pengunjung menyalahkan Jenny dan beberapa orang juga ikut menyalahkannya.
Jenny benar-benar kesal dan malu dia melihat tajam ke arah Shafa.
"Apa minta maaf?! Cihhh! Mana mau aku minta maaf sama pelayan rendahan sepertimu!" ucap Jenny dengan nada mengejek.
Dia mengajak teman-temannya pergi dari situ. Hesti si petugas kasir itu menghampiri Shafa.
"Sudahlah jangan diambil hati, orang kaya selalu sombong, menghina seenak jidat mereka, ayo kita bekerja lagi! Perkerjaan kita masih banyak sayang." kata Hesti lalu melingkarkan tangannya dilengan Shafa.
Hari itu begitu melelahkan bagi Shafa, dia merasakan kalau bekerja itu benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Dia pulang pukul sepuluh malam, sampai rumah dia mandi dan merebahkan badannya di kasur kesayangannya dan menuju ke alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Dewi Sagita Dewi
semangat Syafa 🥰
semangat author 🤗
2023-01-17
0