Pagi itu Shafa benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, dia akan bersiap-siap mengikuti ujian masuk Perguruan tinggi jalur beasiswa. Semalaman dia belajar sungguh-sungguh, dia tidak ingin melewatkan kesempatan kali ini.
Kini Ayah Malik, Ibu Farida, Zain dan Shafa duduk dimeja makan, keluarga kecil mereka bahagia dan saling mendukung. Zain sangat menyayangi kakaknya, dia memberikan semangat untuk kakaknya.
"Kakak makanlah yang banyak, kakak harus semangat dan percaya diri, aku yakin kakak bisa mengerjakannya dengan baik dan lulus ujian masuk nanti,"
Shafa tersenyum mendengar perhatian adiknya. Dia mengacak-acak rambut Zain dengan gemas.
"Baiklah adikku sayang! Aku tak akan mengecewakanmu, kau tau kakakmu ini bisa diandalkan," jawab Shafa penuh semangat.
Zain cemberut dan membenarkan rambutnya.
"Kakak tunggu dua tahun lagi aku juga akan menyusul ke kampus favorit kakak," ucapnya dengan percaya diri.
Ayah dan ibu hanya tersenyum melihat kedua anaknya yang saling menyayangi itu. Setelah mereka selesai makan, mereka berpamitan kepada ayah dan ibu. Mereka juga menyemangati Shafa.
"Kakak hati-hati di jalan ya, ibu yakin kakak bisa mengerjakan dengan baik, semangat ya sayang!" ucap ibu dengan penuh sayang.
Kemudian ayah mengusap pucuk kepala Zain dan Shafa lalu menerima uluran tangan mereka untuk bersalaman. Shafa dan Zain memakai motor matic pemberian ayah mereka dan Pak Malik memakai motor butut pemberian mendiang ayahnya.
Shafa mengantarkan adiknya ke sekolah terlebih dahulu lalu berangkat mengikuti ujian ke Perguruan tinggi. Akhirnya mereka berangkat dengan tujuan mereka masing-masing.
Beberapa jam telah berlalu Shafa keluar ruangan dengan perasaan bahagia dan puas, dia bisa mengerjakan ujian itu dengan baik.
Besok pengumuman lulus ujian bisa diakses melalui internet pada pukul 12.00 siang, Shafa tak sabar melihat hasil pengumuman itu, dia berharap bisa masuk perguruan tinggi favorit di kotanya.
Keesokan paginya hari seperti biasa, Shafa mengantarkan adiknya untuk berangkat ke sekolah dan kembali ke rumah untuk menunggu pengumuman tiba.
Pada pukul 12.00 siang, Shafa mulai membuka link untuk melihat pengumuman ujiannya, seketika mata Shafa berbinar bahagia saat namanya berada di deretan list siswa yang lulus ujian itu. Dia berlari bahagia menghampiri dan memeluk ibunya.
"Ibu lihat! Shafa lulus masuk Perguruan tinggi itu bu, ini berkat doa ibu, ayah dan Zain! Shafa sangat bahagia sekali," ucapnya dengan antusias.
Ibu tersenyum melihat putrinya lulus ujian itu, ibu berucap syukur dan mencium pucuk kepala Shafa.
"Alhamdulillah sayang.. Ibu yakin kakak bisa melewatinya, sekarang Ibu sangat bersyukur apa yang kakak harapkan telah terwujud. Jangan sia-siakan kesempatan ini kak, tak semua keluarga pas-pas an seperti kita mampu masuk perguruan tinggi itu," ucap Ibu penuh haru menatap wajah putrinya.
Shafa membalas tatapan ibu dan menjawab, "Tidak ibu.. Shafa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Shafa akan belajar sungguh-sungguh dan membahagiakan ayah dan Ibu."
Ibu mengangguk dan tersenyum melihat Shafa bersemangat dan berlarian kesana kemari.
Kemudian sorenya, dia menjemput adiknya di sekolah. Zain adalah anak yang aktif dalam kegiatan sekolah, berbagai ekstrakurikuler dia ikuti seperti karate, basket dan futsal. Dia sangat bersemangat untuk mengikuti kegiatan itu karena sekolahnya memiliki fasilitas yang lengkap didalamnya.
Shafa juga sempat mengikuti karate tapi hanya setahun saja. Dia mengikuti karate hanya untuk bekal menjaga dirinya, dia lebih suka ikut ekstrakurikuler olah vocal.
Suaranya sangatlah merdu, guru vocalnya selalu menganjurkan Shafa untuk ikut kompetisi di luar sekolah, tapi Shafa tidak percaya diri dengan wajah dan penampilannya.
Tidak banyak siswa yang tahu Shafa berbakat dalam seni tarik suara, tapi teman-teman dan
guru vocal di ekstrakurikuler itu sangat kagum dengan suara Shafa.
***
Dua minggu telah berlalu, Shafa telah mengikuti ospek dan rentetan kegiatan di kampus dengan baik. Aktivitas belajarnya sudah mulai berjalan.
Saat jam kuliah telah selesai, dia berjalan menuju parkiran dengan kepala sedikit menunduk melihat ponselnya sembari melihat-lihat isi sosmednya dan tiba-tiba...
"Braaaaakkkk..."
Seseorang menabraknya dari arah depan, orang itu sudah jelas salah karena dia berjalan mundur sambil bercanda.
Shafa jatuh terduduk dilantai dan si penabrak tidak tahu malunya malah memarahi Shafa, siapa lagi kalau bukan Barrack John Hansel, Pria Arogan yang menyebalkan itu menatapnya tajam.
"Hei Cupu.. Kemana matamu itu! Apa kamu tak punya mata!" teriak Barrack dengan tatapan tajam.
"Eh kenapa kamu ada disini cupu? Jangan bilang kalau kamu juga kuliah disini?" tanyanya dengan nada penasaran dan dingin.
Shafa mulai berdiri dan mengibaskan bajunya yang terkena debu dilantai, dan tidak disangka dia membalas tatapan Barrack dengan tajam.
"Iya benar aku memang kuliah disini, semua orang berhak kuliah disini kalau mereka ingin dan mampu! Memangnya hanya kamu saja TUAN MUDA SOMBONG yang bisa kuliah disini!" jawabnya sambil berlalu meninggalkan Barrack.
Barrack kaget dengan sikap Shafa yang sudah berani menatap tajam padanya dan mengatainya, dia kesal dan meneriaki Shafa.
"Hei Cupu! Beraninya kau sekarang mengataiku! Kau kira kau siapa! Hah! Awas saja akan aku balas kau!" teriak Barrack yang kesal dan meninju kepalan tangannya ke sembarang arah.
Ketiga sahabatnya James, Ken dan Gery hanya tertawa melihat kelakuan Barrack. Mereka tahu Barrack selalu mengganggu Shafa dengan kata-kata pedasnya sejak SMA.
Dulu Shafa hanya diam dan menunduk saat Barrack mengatainya, tak disangka sekarang dia begitu terlihat berani kepada temannya yg arogan itu.
"Sudahlah Barra.. Kau ini selalu mengganggu gadis lugu itu, lihat sekarang dia sangat pemberani! Kenapa kau selalu ingin mengatainya atau jangan-jangan kamu mulai menyukainya," ucap James menggoda Barrack.
Sontak Barrack langsung memukul bahu James dengan kencang.
" Plaakkkk!!!"
"Hei kau kira mataku ini juling! Tidak mungkin aku suka gadis cupu seperti dia! Gadis cupu yang menyebalkan, kalian tahukan di hatiku cuma ada Jenny seorang," ucapnya sambil membayangkan kisah cintanya bersama Jenny.
Jennifer Amelia adalah kekasih Barrack dari kelas 2 SMA, tapi sekolah dan kampus mereka selalu berbeda.
Jenny adalah seorang model, dia menjadi model dari kelas 3 SMA. Wajahnya cantik, kulitnya putih, badannya tinggi s*xy dan dia selalu bermake-up tebal.
Sebelum dengan Barrack Jenny sering berganti-ganti pacar, pacar-pacarnya dulu adalah anak pejabat dan konglomerat. Setelah Jenny bosan pasti dia hempaskan begitu saja.
Tapi seorang Barrack yang tampan, dingin dan angkuh itu membuat Jenny penasaran dan jatuh cinta. Mereka tak sengaja bertemu saat mereka menemani mama-mama mereka ke Mall.
Mama Jenny dan Mama Barrack ternyata berteman, mereka mengenalkan anak mereka masing-masing. Barrack awalnya tidak tertarik dengan Jenny, melihatnya saja tidak. Itu yang membuat Jenny penasaran dan akhirnya jatuh cinta, berbagai cara dia lakukan untuk mendapatkan cinta Barrack.
Setelah perkenalan itu Jenny lebih sering datang ke rumah Barrack untuk mengambil hati mama dan papa Barrack. Dia membawakan makanan kesukaan Barrack, mama dan papa Barrack juga. Dia Selalu bersikap manis dan perhatian kepada Barrack dan orangtuanya sehingga membuat Barrack akhirnya jatuh cinta kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments