NovelToon NovelToon

Suami Aroganku Cinta Pertamaku

1.Perkenalan

Shafa Adzania Ahmad adalah gadis biasa, dia berambut hitam panjang, matanya yg bulat, bulu mata yg lentik, bibir tipisnya berwarna pink dan alisnya tebal. Sebenarnya dia gadis yang cantik tapi dia memakai kacamata sehingga kecantikannya tidak begitu terlihat.

Ayahnya bernama Malik Ahmad, dia bekerja sebagai karyawan produksi di pabrik Furniture terbesar di kotanya, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga bernama Farida, Shafa memiliki adik lelaki bernama Zain Fariz Ahmad.

Kehidupan mereka seperti orang biasa pada umumnya, mereka hidup sederhana dan bahagia. Shafa duduk dibangku kelas 3 SMA dan Zain di bangku kelas 1 SMA, mereka bersekolah di sekolah favorit dan ternama. Kebanyakan anak-anak orang kaya dan cerdas yang bersekolah di sana, tapi karena kecerdasan Shafa dan adiknya mereka mendapat beasiswa dan bisa bersekolah di sana.

Barrack John Hansel putra dari pemilik sekolah favorit tersebut. Ayah Barrack juga pemilik dari Hansel Grup yang memiliki beberapa Perusahaan furniture, elektronik terbesar, hotel dan resort di beberapa kota. Wajahnya tampan, matanya abu dengan rambut sedikit kecoklatan. Hidungnya mancung, sorot matanya terlihat angkuh dan dingin.

Ayahnya bernama Jason Maverick Hansel berkebangsaan Inggris dan Ibunya bernama Almyra Hasyim, seorang wanita cantik dan sosialita tapi Myra seorang yang dermawan. Terlihat kejam dan angkuh seperti putranya tapi dia orang yang tidak tegaan, sedangkan Jason sosok ayah yang penyayang, tak banyak bicara, berwibawa dan sangat bijaksana.

Adik perempuan Barrack bernama Jessica Aira Hansel, kulitnya putih, matanya abu dan rambutnya kecoklatan, membuat siapapun mengaguminya. Dia gadis yang ceria dan tak pernah memilih dalam berteman.

Jessie berada di kelas 3 SMP tapi Barrack duduk di bangku kelas 3 SMA. Shafa dan Barrack satu sekolah tapi kelas mereka berbeda, karena Barrack hanya ingin sekelas dengan siswa yang cerdas dan kaya yang sepadan dengannya.

Pagi itu Shafa terlambat 1 menit ke sekolah karena semalaman dia belajar agar lulus ujian, dia sampai terlambat bangun dan ternyata dia berada di depan gerbang bersama Barrack.

Saat itu Barrack memandangnya dengan tatapan dingin dan sinis,

"Hei kau cupu.. Kenapa kau terlambat sekolah, aku bisa saja masuk dengan semauku tapi kau, haha.. Pasti penjaga gerbang tak membiarkanmu lolos begitu saja."

Shafa memandang Barrack dengan tatapan memelas,

"Barrack tolong biarkan aku masuk bersamamu, pasti penjaga gerbang mengijinkan jika aku masuk bersamamu dan sebagai gantinya aku mau menjadi pelayanmu di kantin nanti dan membawakan makanan yang kamu mau." ucap Shafa dengan menahan tangisnya.

Dia tau jika dia tidak bisa masuk sekolah hari ini, belajarnya semalaman akan sia-sia dan dia akan mendapatkan peringatan karena dia hanyalah siswi beasiswa.

Entah ada bisikan apa Barrack langsung menyetujuinya dan sedikit mengangkat sudut bibirnya, "Baiklah cupu.. Tapi jangan kau lupa dengan tawaranmu menjadi pelayanku nanti!"

Mendengar permintaan Barrack, Shafa pun mengangguk.

"Pak tolong bukakan pintu gerbangnya! Biarkan aku dan gadis ini masuk jangan bilang siapapun tentang masalah ini," ucap Barrack pada Penjaga Gerbang.

Penjaga Gerbang terlihat patuh dan sedikit membungkuk saat Barrack melewatinya.

Kemudian Shafa tersenyum dengan manis dan berterimakasih sembari mengoyangkan bahu Barrack.

"Terimakasih Barrack.. Aku tak akan lupa kebaikanmu."

Barrack terbenggong melihat yang Shafa lakukan padanya dan mengibaskan bahunya dengan tangannya.

"Hah.. Berani sekali Si Cupu itu memegang bahuku!" gumamnya lirih.

"Hei! Jangan lupa janjimu nanti!" teriak Barrack pada Shafa.

Dan Shafa mengangkat ibu Jarinya. Mereka masuk dikelas masing-masing dan mengikuti ujian pertama dengan lancar.

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, Shafa keluar kelas dengan tersenyum dan hati bahagia karena dia bisa menyelesaikan ujiannya dengan baik, tapi hatinya tiba-tiba mendung mengingat janjinya akan menjadi pelayan Barrack di kantin sebentar lagi.

Dia berjalan ke arah kantin, dilihatnya Barrack sedang memandangnya dengan tatapan angkuh dan melambaikan tangannya ke arah Shafa, lalu Shafa berjalan mendekatinya.

"Hei cupu.. Kenapa kau lama sekali, cepat ambilkan jus jeruk dan burger untukku!" suruhnya dengan nada angkuh.

"Baiklah Tuan Muda pesananmu akan segera siap." kata Shafa.

Kemudian Shafa berlalu dan menggerutu dalam hati,

"Dasar pria arogan, pria angkuh! Apakah dia selalu seperti itu?! Tak ada senyum sedikitpun dibibirnya, walaupun aku gadis biasa setidaknya sedikitlah ramah denganku, selalu saja orang kaya seperti itu!"

"Tapi kenapa aku mencintainya pada pandangan pertama?! Aku selalu gugup saat berada didekatnya, dia memang cinta pertamaku sejak aku duduk dikelas satu SMA, benar-benar tidak bisa dipercaya aku mencintai orang seperti itu, begitu tampan tapi sangat menyebalkan."

Kemudian ibu penjaga kantin itu mengagetkan Shafa yang termenung

"Neng!" teriaknya dengan kencang.

"Hah?! Duhh ibu.. Kenapa mengagetkanku?!" seru Shafa yang terkejut.

"Habis Neng ngelamun mulu, ini pesanan Tuan Muda sudah selesai."

sambil menepuk-nepuk kedua tangannya dan tersenyum ke arah Shafa.

"Eh iya.. Tumben tuan muda tidak menyuruh salah satu teman lelakinya malah nyuruh neng?" tanyanya dengan penasaran.

"Aaahh.. Ibu ini ingin tau saja, rahasia donk bu." jawab Shafa yang mengoda ibu penjaga kantin dan pergi meninggalkannya.

Shafa berjalan ke arah Barack dan memberikan pesanan Barack, saat Shafa akan pergi Barack tak memperbolehkan dia pergi.

"Hei.. Mau kemana kau cupu! Ambil kipas dan kipasin aku sekarang! Jangan kau kira tugasmu sudah selesai, setidaknya gara-gara aku, kamu bisa mengikuti ujian hari ini." suruhnya dengan nada dingin.

Kemudian satu jam berlalu Shafa tidak bisa memanfaatkan waktu istirahatnya dengan belajar karena mau tidak mau dia harus jadi pelayan dadakan untuk Tuan Muda Arogan itu, dia disuruh ini dan itu oleh Barack dengan seenak jidatnya.

Setelah bel masuk berbunyi, Shafa akhirnya bisa bernafas lega dan mereka kembali ke kelas mengikuti ujian kembali sampai selesai.

Sampai berhari-hari mereka mengikuti ujian, Barack yang berada di kantin merasa heran kenapa tidak melihat gadis cupu yg beberapa hari lalu menjadi pelayan dadakannya.

"Kenapa aku tidak melihat Gadis Cupu itu, apakah dia benar-benar miskin sampai ke kantin pun tak mampu, padahal aku ingin sekali melihat wajahnya yang selalu gugup itu dan mengerjainya."

Barrack berbicara dalam hati sambil melanjutkan makannya sembari bercanda bersama ketiga sahabatnya.

Sahabatnya juga dari kalangan keluarga kaya dan berpengaruh. Shafa memang jarang ke kantin dia selalu makan bekal pemberian ibunya. Belajar dan sesekali bercanda bersama teman-temannya di kelas.

Dia selalu menabung uang saku dari ayahnya, dia ingin masuk perguruan tinggi dengan tabungan dari uang sakunya, dia tidak ingin membebani ayahnya yang hanya karyawan pabrik biasa.

Beruntung anak-anaknya adalah anak yang cerdas jadi biaya sekolah tidak begitu berat untuk ayahnya.

Tak terasa waktu telah berlalu, hari kelulusan ada didepan mata. Shafa kini memakai kebaya cantik milik ibunya sewaktu muda dan dia merias tipis wajahnya tak lupa juga memakai kacamata sehingga kecantikannya masih tidak begitu terlihat.

Shafa berpapasan dengan Barack di Sekolah, saat mata mereka bertemu Barack menatapnya dengan tajam dan Shafa gugup lalu menunduk. Barack terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam dan dasi yg senada dengan kemejanya. Mereka akan merayakan kelulusan bersama guru dan berfoto bersama di kelas masing-masing sebagai kenang-kenangan.

Tania sahabat Shafa memeluknya,

"Shafa kita sudah lulus SMA juga ya! Setelah ini kita akan masuk Perguruan Tinggi, apakah kamu juga kuliah?" tanya Tania dengan mata berbinar.

Shafa menghela nafasnya,

"Tania.. Kamu tahu kan ayahku hanya karyawan biasa, dan seperti biasa aku akan coba jalur beasiswa lagi untuk masuk Perguruan Tinggi. Kalau memang aku bisa masuk aku akan bersyukur sekali karena kuliah dengan gratis, dan aku bisa memakai tabunganku untuk keperluan kuliahku tanpa membebani orang tuaku, tapi kalo memang tidak lolos ujian beasiswa mungkin aku akan bekerja dulu, nanti kalo uangku terkumpul aku bisa mendaftar kuliah lagi. " jawabnya dengan tatapan kosong.

Entah dia sedikit ragu apakah masih ada kesempatan dia untuk kuliah jalur beasiswa, sedangkan saingannya pasti akan lebih banyak dari luar kota.

Tania sangat kagum dengan semangat sahabatnya itu, Tania bersyukur menjadi anak orang berada, jadi dia bisa memilih perguruan tinggi sesukanya karena dia juga termasuk siswi pandai.

Kemudian Tania memeluk Shafa,

"Sudahlah Shafa pikirkan saja nanti, sekarang ini saatnya kita bersenang-senang merayakan kelulusan kita, nanti kita main ke mall sepulang sekolah." ucap Tania.

Shafa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

2.Mulai Masuk kuliah

Pagi itu Shafa benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, dia akan bersiap-siap mengikuti ujian masuk Perguruan tinggi jalur beasiswa. Semalaman dia belajar sungguh-sungguh, dia tidak ingin melewatkan kesempatan kali ini.

Kini Ayah Malik, Ibu Farida, Zain dan Shafa duduk dimeja makan, keluarga kecil mereka bahagia dan saling mendukung. Zain sangat menyayangi kakaknya, dia memberikan semangat untuk kakaknya.

"Kakak makanlah yang banyak, kakak harus semangat dan percaya diri, aku yakin kakak bisa mengerjakannya dengan baik dan lulus ujian masuk nanti,"

Shafa tersenyum mendengar perhatian adiknya. Dia mengacak-acak rambut Zain dengan gemas.

"Baiklah adikku sayang! Aku tak akan mengecewakanmu, kau tau kakakmu ini bisa diandalkan," jawab Shafa penuh semangat.

Zain cemberut dan membenarkan rambutnya.

"Kakak tunggu dua tahun lagi aku juga akan menyusul ke kampus favorit kakak," ucapnya dengan percaya diri.

Ayah dan ibu hanya tersenyum melihat kedua anaknya yang saling menyayangi itu. Setelah mereka selesai makan, mereka berpamitan kepada ayah dan ibu. Mereka juga menyemangati Shafa.

"Kakak hati-hati di jalan ya, ibu yakin kakak bisa mengerjakan dengan baik, semangat ya sayang!" ucap ibu dengan penuh sayang.

Kemudian ayah mengusap pucuk kepala Zain dan Shafa lalu menerima uluran tangan mereka untuk bersalaman. Shafa dan Zain memakai motor matic pemberian ayah mereka dan Pak Malik memakai motor butut pemberian mendiang ayahnya.

Shafa mengantarkan adiknya ke sekolah terlebih dahulu lalu berangkat mengikuti ujian ke Perguruan tinggi. Akhirnya mereka berangkat dengan tujuan mereka masing-masing.

Beberapa jam telah berlalu Shafa keluar ruangan dengan perasaan bahagia dan puas, dia bisa mengerjakan ujian itu dengan baik.

Besok pengumuman lulus ujian bisa diakses melalui internet pada pukul 12.00 siang, Shafa tak sabar melihat hasil pengumuman itu, dia berharap bisa masuk perguruan tinggi favorit di kotanya.

Keesokan paginya hari seperti biasa, Shafa mengantarkan adiknya untuk berangkat ke sekolah dan kembali ke rumah untuk menunggu pengumuman tiba.

Pada pukul 12.00 siang, Shafa mulai membuka link untuk melihat pengumuman ujiannya, seketika mata Shafa berbinar bahagia saat namanya berada di deretan list siswa yang lulus ujian itu. Dia berlari bahagia menghampiri dan memeluk ibunya.

"Ibu lihat! Shafa lulus masuk Perguruan tinggi itu bu, ini berkat doa ibu, ayah dan Zain! Shafa sangat bahagia sekali," ucapnya dengan antusias.

Ibu tersenyum melihat putrinya lulus ujian itu, ibu berucap syukur dan mencium pucuk kepala Shafa.

"Alhamdulillah sayang.. Ibu yakin kakak bisa melewatinya, sekarang Ibu sangat bersyukur apa yang kakak harapkan telah terwujud. Jangan sia-siakan kesempatan ini kak, tak semua keluarga pas-pas an seperti kita mampu masuk perguruan tinggi itu," ucap Ibu penuh haru menatap wajah putrinya.

Shafa membalas tatapan ibu dan menjawab, "Tidak ibu.. Shafa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Shafa akan belajar sungguh-sungguh dan membahagiakan ayah dan Ibu."

Ibu mengangguk dan tersenyum melihat Shafa bersemangat dan berlarian kesana kemari.

Kemudian sorenya, dia menjemput adiknya di sekolah. Zain adalah anak yang aktif dalam kegiatan sekolah, berbagai ekstrakurikuler dia ikuti seperti karate, basket dan futsal. Dia sangat bersemangat untuk mengikuti kegiatan itu karena sekolahnya memiliki fasilitas yang lengkap didalamnya.

Shafa juga sempat mengikuti karate tapi hanya setahun saja. Dia mengikuti karate hanya untuk bekal menjaga dirinya, dia lebih suka ikut ekstrakurikuler olah vocal.

Suaranya sangatlah merdu, guru vocalnya selalu menganjurkan Shafa untuk ikut kompetisi di luar sekolah, tapi Shafa tidak percaya diri dengan wajah dan penampilannya.

Tidak banyak siswa yang tahu Shafa berbakat dalam seni tarik suara, tapi teman-teman dan

guru vocal di ekstrakurikuler itu sangat kagum dengan suara Shafa.

***

Dua minggu telah berlalu, Shafa telah mengikuti ospek dan rentetan kegiatan di kampus dengan baik. Aktivitas belajarnya sudah mulai berjalan.

Saat jam kuliah telah selesai, dia berjalan menuju parkiran dengan kepala sedikit menunduk melihat ponselnya sembari melihat-lihat isi sosmednya dan tiba-tiba...

"Braaaaakkkk..."

Seseorang menabraknya dari arah depan, orang itu sudah jelas salah karena dia berjalan mundur sambil bercanda.

Shafa jatuh terduduk dilantai dan si penabrak tidak tahu malunya malah memarahi Shafa, siapa lagi kalau bukan Barrack John Hansel, Pria Arogan yang menyebalkan itu menatapnya tajam.

"Hei Cupu.. Kemana matamu itu! Apa kamu tak punya mata!" teriak Barrack dengan tatapan tajam.

"Eh kenapa kamu ada disini cupu? Jangan bilang kalau kamu juga kuliah disini?" tanyanya dengan nada penasaran dan dingin.

Shafa mulai berdiri dan mengibaskan bajunya yang terkena debu dilantai, dan tidak disangka dia membalas tatapan Barrack dengan tajam.

"Iya benar aku memang kuliah disini, semua orang berhak kuliah disini kalau mereka ingin dan mampu! Memangnya hanya kamu saja TUAN MUDA SOMBONG yang bisa kuliah disini!" jawabnya sambil berlalu meninggalkan Barrack.

Barrack kaget dengan sikap Shafa yang sudah berani menatap tajam padanya dan mengatainya, dia kesal dan meneriaki Shafa.

"Hei Cupu! Beraninya kau sekarang mengataiku! Kau kira kau siapa! Hah! Awas saja akan aku balas kau!" teriak Barrack yang kesal dan meninju kepalan tangannya ke sembarang arah.

Ketiga sahabatnya James, Ken dan Gery hanya tertawa melihat kelakuan Barrack. Mereka tahu Barrack selalu mengganggu Shafa dengan kata-kata pedasnya sejak SMA.

Dulu Shafa hanya diam dan menunduk saat Barrack mengatainya, tak disangka sekarang dia begitu terlihat berani kepada temannya yg arogan itu.

"Sudahlah Barra.. Kau ini selalu mengganggu gadis lugu itu, lihat sekarang dia sangat pemberani! Kenapa kau selalu ingin mengatainya atau jangan-jangan kamu mulai menyukainya," ucap James menggoda Barrack.

Sontak Barrack langsung memukul bahu James dengan kencang.

" Plaakkkk!!!"

"Hei kau kira mataku ini juling! Tidak mungkin aku suka gadis cupu seperti dia! Gadis cupu yang menyebalkan, kalian tahukan di hatiku cuma ada Jenny seorang," ucapnya sambil membayangkan kisah cintanya bersama Jenny.

Jennifer Amelia adalah kekasih Barrack dari kelas 2 SMA, tapi sekolah dan kampus mereka selalu berbeda.

Jenny adalah seorang model, dia menjadi model dari kelas 3 SMA. Wajahnya cantik, kulitnya putih, badannya tinggi s*xy dan dia selalu bermake-up tebal.

Sebelum dengan Barrack Jenny sering berganti-ganti pacar, pacar-pacarnya dulu adalah anak pejabat dan konglomerat. Setelah Jenny bosan pasti dia hempaskan begitu saja.

Tapi seorang Barrack yang tampan, dingin dan angkuh itu membuat Jenny penasaran dan jatuh cinta. Mereka tak sengaja bertemu saat mereka menemani mama-mama mereka ke Mall.

Mama Jenny dan Mama Barrack ternyata berteman, mereka mengenalkan anak mereka masing-masing. Barrack awalnya tidak tertarik dengan Jenny, melihatnya saja tidak. Itu yang membuat Jenny penasaran dan akhirnya jatuh cinta, berbagai cara dia lakukan untuk mendapatkan cinta Barrack.

Setelah perkenalan itu Jenny lebih sering datang ke rumah Barrack untuk mengambil hati mama dan papa Barrack. Dia membawakan makanan kesukaan Barrack, mama dan papa Barrack juga. Dia Selalu bersikap manis dan perhatian kepada Barrack dan orangtuanya sehingga membuat Barrack akhirnya jatuh cinta kepadanya.

3.Bekerja paruh waktu

Enam bulan pun berlalu, kini Shafa telah melewati satu semester kuliahnya. Kesehatan ayahnya mulai menurun dan tak jarang ayah sering keluar masuk rumah sakit, sehingga gaji ayah terpotong karena sering tidak masuk kerja.

Shafa begitu menyayangi kedua orangtuanya, dia ingin bekerja untuk membantu keuangan keluarga, memberikan sedikit uang untuk ibunya.

"Ibu! Shafa akan bekerja paruh waktu selepas pulang kuliah, Shafa tidak tega kalau Ayah dan Ibu harus kesana kemari mencari pinjaman untuk biaya makan dan membeli obat untuk ayah," ucap Shafa dengan raut sedih.

"Tapi kak! Pasti kakak tidak akan fokus untuk kuliah, nanti belajar kakak akan terganggu, ibu tidak mau nilai kakak turun gara-gara kakak bekerja, itu akan berpengaruh dengan beasiswa kakak," ucap Ibu dengan cemas.

"Ayah juga berharap kamu fokus untuk kuliah saja nak, beruntung kamu bisa mendapatkan beasiswa prestasi, ayah akan bekerja sekuat tenaga untuk kalian, maafkan ayah blm bisa membahagiakan kalian," kata Ayah terlihat sedih

"Tidak Ayah.. Ibu.. Shafa yakin mampu mengatasi smuanya, Shafa yakin kalau Shafa tidak akan menyepelekan kuliah dan waktu belajar Shafa saat bekerja nanti, ibu dan ayah harus percaya pada Shafa," kata Shafa meyakinkan kedua orangtuanya.

"Baiklah nak.. Asal kamu bisa membagi waktumu dengan baik dan kamu tidak lelah, tidak keberatan, ayah dan ibu merestui yang kamu lakukan untuk keluarga ini, semoga Allah memberikan kelancaran rizki untuk keluarga kita," doa Ayah sambil memeluk putri pertamanya.

"Baiklah Ayah.. Ibu.. Terimakasih."

Shafa mulai melihat-lihat lowongan pekerjaan di koran dan di internet, tapi belum ada yang sesuai dengan kriterianya. Setelah lama melihat-lihat dia mengantuk dan tertidur.

***

Hari ini adalah hari libur kuliahnya, Shafa berangkat keluar rumah lebih pagi. Dia ingin mengelilingi jalanan dan mencari pekerjaan paruh waktu yg dia inginkan.

Dia mulai menyusuri jalan dan melihat apakah ada pengumuman lowongan yang ditempel di toko-toko atau cafe yang dia lewati. Setelah lama motornya melaju, akhirnya dia menemukan satu cafe yang membutuhkan karyawan.

"Selamat pagi Kak.. Apakah benar cafe ini sedang membutuhkan karyawan?" tanya Shafa dengan sopan kepada petugas kasir disana.

"Selamat pagi juga kak! Ohh ya disini sedang membutuhkan karyawan kak. Sebentar biar saya hubungi pemilik cafe dulu, kakak tunggu di kursi itu ya!" katanya dengan mempersilahkan Shafa duduk.

"Baik, terimakasih kak!" ucap Shafa sembari tersenyum kemudian dia duduk di kursi yang ditunjukkan petugas kasir tadi.

Shafa melihat-lihat cafe itu dari tempat duduknya, cafe itu berlantai dua. Terlihat bersih dan nyaman dengan nuansa warna putih gading dengan dihiasi banyak lampu dan bunga-bunga plastik berwarna putih. Kursi mejanya tertata rapi dan ada panggung kecil di depan kursi-kursi itu, dilantai atas juga terlihat menyenangkan.

Lantai atas itu seolah mengelilingi lantai bawahnya jadi bisa melihat apapun yang berada dibawah.

Pemandangan kota dan suasana di jalan raya juga terlihat saat berada di lantai atas, angin semilir dan kursi meja juga terlihat rapi disana.

Shafa melihat detail cafe itu, cafenya sangat nyaman sehingga banyak pengujung yang datang untuk ngopi atau sarapan sambil melihat pemandangan kota di pagi hari.

Beberapa saat kemudian petugas kasir itu berjalan ke arah Shafa dan memanggilnya.

"Kak.. Boss saya sudah datang, dia menyuruhmu langsung ke ruangannya untuk interview, mari saya antar!"

"Terimakasih Kak.." jawab Shafa dengan senyum manisnya.

Shafa berjalan memasuki ruangan pemilik cafe, dengan sopan dia memberi salam kepada pemilik cafe.

"Selamat siang Bu! Perkenalkan nama saya Shafa, saya yang mau melamar di cafe anda,"

"Selamat siang juga Shafa! Silahkan duduk dulu, saya ingin tahu lebih jelas biodata kamu, saya mau melihat CV lamaran kamu dulu, " kata Bu Anggie si pemilik cafe.

Kemudian Shafa menyodorkan CV lamaran kerjanya kepada Bu Anggie, Bu Anggie mulai membacanya dengan serius.

"Jadi saat ini kami masih kuliah?" tanya Bu Anggie.

"Iya bu.. Saya masih kuliah jadi saya membutuhkan pekerjaan selepas saya pulang kuliah," kata Shafa sedikit gugup.

" Baiklah kamu diterima di cafe ini, besok kamu bisa mulai bekerja, karena memang kami sedang membutuhkan waiters dishift siang sampai malam. Selamat bergabung ya Shafa! Semoga kamu betah bekerja di cafe saya." ucap Bu Anggie dengan mengulurkan tangannya.

Shafa menerima uluran tangan Bu Anggie mengucapkan terimakasih dan tersenyum bahagia karena telah diterima bekerja.

"Terimakasih bu, telah memberi kesempatan saya bekerja di cafe anda."

Shafa pergi meninggalkan cafe itu dan pulang ke rumah, dia menceritakan kepada ayah, ibu dan adiknya tentang kegiatannya tadi siang dan berakhir mendapat pekerjaan.

Semuanya terlihat ikut bahagia melihat Shafa akan bekerja, walaupun didalam hati ayah masih merasa sedih, karena tidak seharusnya anak gadisnya bekerja untuk mereka. Tapi Shafa selalu bisa meyakinkan mereka kalau dia bisa menjalani semuanya dengan baik.

Paginya Shafa mulai aktivitasnya lagi dia berangkat kuliah dan sepulang kuliah dia bekerja di cafe. Zain tau kakaknya sekarang akan sibuk dan tak mungkin menjemput nya lagi jadi Zain naik angkutan umum saat pulang sekolah atau terkadang bareng dengan temannya.

Cafe nampak terlihat ramai di jam makan siang, Shafa dengan cekatan mengantarkan pesanan dengan baik dan mencatat pesanan ke meja yang lain.

Saat Shafa membawa pesanan jus jeruk, terlihat dari depan dia ditabrak seorang wanita bersama teman-temannya, tapi wanita itu malah marah-marah kepada Shafa.

"Hei kau pelayan! S*alan kau! Dimana matamu itu?! Apa kamu tidak bisa melihat?! Kamu menumpahkan jus jerukmu di bajuku yang mahal ini, bahkan gajimu setahun saja tidak bisa membeli baju mahal ini," sungut wanita itu.

"Mana bossmu! Aku akan bicara dengannya agar memecat karyawan tidak becus seperti mu," ucap Wanita itu dengan nada sombong.

Wanita itu adalah Jenny Amelia kekasih Barrack, seorang model cantik, judes dan angkuh.

"Nona yang menabrak saya, kenapa nona jadi yang marah sama saya, harusnya nona yang meminta maaf kepada saya," ucap Shafa dengan tegas.

Mungkin dulu dia tidak pernah mau meladeni Barrack saat dia menganggunya karena dia mencintai barrack dalam diam, tapi disaat berhadapan dengan orang lain Shafa tidak takut selagi dia benar.

Dan beberapa pengunjung disana tau kalau Jenny memang salah, mereka menatap sinis pada Jenny.

"Mbaknya yang menabrak tadi, harusnya mbak minta maaf, kok jadi mbaknya marah, gimana sih mbak!" ucap salah satu pengunjung menyalahkan Jenny dan beberapa orang juga ikut menyalahkannya.

Jenny benar-benar kesal dan malu dia melihat tajam ke arah Shafa.

"Apa minta maaf?! Cihhh! Mana mau aku minta maaf sama pelayan rendahan sepertimu!" ucap Jenny dengan nada mengejek.

Dia mengajak teman-temannya pergi dari situ. Hesti si petugas kasir itu menghampiri Shafa.

"Sudahlah jangan diambil hati, orang kaya selalu sombong, menghina seenak jidat mereka, ayo kita bekerja lagi! Perkerjaan kita masih banyak sayang." kata Hesti lalu melingkarkan tangannya dilengan Shafa.

Hari itu begitu melelahkan bagi Shafa, dia merasakan kalau bekerja itu benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Dia pulang pukul sepuluh malam, sampai rumah dia mandi dan merebahkan badannya di kasur kesayangannya dan menuju ke alam mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!