"Aline ... Aline ... tunggu!" panggil Lala. Lala mengejar Aline yang lari menaiki tangga darurat menuju rooftop gedung tersebut. Tapi Ia tertinggal jauh oleh Aline.
Ini rooftop di siang hari ya. Bayangin aja kalau malam hari. 😊😊
Lala terkejut saat lampu di dalam ruangan di nyalakan. Ia melihat Aline yang langsung menjadi bahan cemoohan di dalam acara reuni, tetapi ia tak berani muncul untuk membela temannya itu.
Aline terus berlari menaiki tangga tanpa memperdulikan panggilan Lala, sampai di lantai tujuh. Kakinya langsung lemas saat ia sampai di rooftop gedung tersebut.
Nafasnya masih terengah-engah." Huh ... huh ... Cape. kaki gue gemetaran!" gumamnya.
Dengan langkah pelan sambil tertunduk sesekali ia menghentikan langkahnya menstabilkan nafas. Aline terus berjalan menuju pinggiran rooftop. Ia menopang tangan di atas besi pembatas yang mengelilingi pinggiran rooftop. Menatap lurus ke arah pemandangan di depan matanya.
Suasana yang begitu sunyi mengingatkannya pada kejadian beberapa menit yang lalu di lantai dua gedung ini.
Suara ejekan dan hinaan masih terngiang di telinganya. Selama satu bulan ini, ia berusaha meredakan sakit hatinya terhadap pengkhianatan Derald.
Aline menggelengkan kepalanya." Kenapa lu bodoh banget sih," cemooh nya pada diri sendiri.
Malam ini Aline kembali merasakan sakit hati yang lebih besar lagi. Sebelumnya ia tak begitu mempermasalahkan hinaan Derald dan Chyntia karena hanya mereka bertiga di koridor tanpa ada orang lain yang mengetahui. Tapi malam ini Derald sudah sangat keterlaluan. Di depan banyak orang bahkan di depan beberapa wartawan yang berada di sana mereka menghinanya.
Aline tak bisa membayangkan teman sekantornya tau akan hal ini. Pasti berita ini akan sampai kepada mereka. Karena pekerjaan Aline yang bernaung di dunia pertelevisian, semua berita pasti cepat menyebar. Meski ia bekerja di bagian Administrasi tapi bagian itu saling berkaitan dengan berita yang baru terjadi apalagi kejadian tadi ada sosok aktor terkenal yang saat ini sedang menjadi berita utama di media sosial.
Aline memejamkan mata sejenak, lalu menghirup udara malam itu. Merasakan dinginnya udara di rooftop yang masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Mendinginkan suasana hatinya yang memanas.
"Aline ... " panggil Lala pelan. Ia berjalan mendekat ke arah Aline.
Aline membuka mata kemudian menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Lala" lirih Aline.
Aline berbalik dan menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas. Ia duduk lesehan di lantai semen rooftop itu. Dipeluknya kedua kaki yang di tekuk.
"Ko, cepet banget sampe sini nya, La?" tanya Aline heran sambil memandang kosong kedepan.
"Otak gue masih berfungsi, Lin! ngapain cape cape naik tangga kalau ada lift." Lala ikut duduk bersama Aline.
Aline mendelik ke arah Lala seraya berpikir lalu membenarkan ucapan temannya itu.
"Bener juga, La. Kenapa tadi gue enggak naik lift aja? Kaki gue sampe pegel lari ke sini. naik tangga lagi!" sesal Aline, tanpa mengalihkan perhatiannya kepada Lala.
Lala mengangkat bahu. "Entahlah. Emang kalau orang emosi apalagi patah hati itu bisa bikin orang 'oon ya!" ejek Lala. Ia sedikit tertawa untuk menghibur Aline.
Aline kembali mendelik ke arahnya sambil cemberut.
"Gue enggak baca info tadi pagi La! saking sibuknya di kantor. Pesan dari grup, enggak di perhatikan sama sekali cuman menggeser pesan ke bawah tanpa di baca." sesal Aline. kini ia membenamkan wajahnya di atas lututnya.
"Dan lu juga enggak baca pesan dari gue, Lin! gue udah kabarin lu tadi sore. tapi cuma di read doang no replay" sambung Lala.
"Sorry. Gue emang bodoh, makanya gue pantas dapet ejekan dan hinaan lagi." Aline kembali bersedih.
"Sabar ya, udah jangan sedih lagi, pulang yuk! udah malem biar gue anter?" ajak Lala.
Langkah kaki seseorang terdengar mendekat ke arah mereka.
"Yang ..."
Aline dan Lala menoleh ke sumber suara.
"Ko ..." Lala terkejut Riko menyusulnya ke rooftop
"Riko." Aline mengernyitkan dahi heran dengan panggilan Riko pada Lala.
Aline mengalihkan tatapannya ke arah Lala. "Lu, jadian sama Riko?" tanya Aline penuh selidik.
Lala mengangguk pelan.
"Pantes aja, lu tadi enggak berani nyamperin gue, La. Di sana 'kan ada Riko! dia juga ada di sana sama Rendi. Orang yang ikut mengolok-olok gue." Aline tersenyum getir. Tak menyangka Lala ternyata mempunyai hubungan dengan Riko.
"Tapi Riko enggak ikut mencela lu, Lin!" sanggah Lala.
"Sorry, Lin. Gue emang pernah berbuat salah sama lu, dulu. Tapi sekarang gue lebih menghargai pertemanan kalian jadi gue enggak akan buat hal yang bikin Lala kecewa sama gue!" ucap Riko kemudian melirik Lala.
"Syukur deh, kalau lu udah berubah. Kalau lu mau ajak Lala pulang, silahkan! biar gue di sini dulu!" ucap Aline.
"Lin ..."
"Gue enggak pa-pa, La! lu pulang aja. Gue pasti pulang ko." Aline menyakinkan Lala.
"Beneran lu enggak pa-pa? ya udah, hati-hati ya, Lin! sorry, gue harus pulang duluan."
Aline mengangguk. "Lu juga hati-hati di jalan. Thanks banget udah care sama gue!"
"Sama-sama. Gue pamit ya?" ucap Lala.
"Ya."
Lala berdiri dari duduk lesehannya. Dibantu Riko yang mengulurkan tangannya kepadanya.
Lala dan Riko berbalik. Berjalan meninggalkan Aline sendiri di rooftop gedung itu. Mereka tak mau memaksa Aline untuk ikut bersamanya. Lala tau Aline butuh waktu untuk sendiri.
Aline kembali memeluk kaki yang di tekuk dan menenggelamkan kepala di atasnya, tangis nya kembali pecah saat ia sendiri.
Tanpa Aline sadari kehadiran seorang pria sudah menemaninya sejak kepergian Lala dan Riko. Ia berdiri tak jauh dari posisi Aline saat ini.
Satu jam sudah Aline berada di posisi nyamannya. seakan ingin menghabiskan air mata sakit hatinya, agar ketika ia membuka mata semua akan berganti kebahagiaan. Waktu sudah menunjukan jam sebelas malam. Tapi Aline tak kunjung mengangkat wajahnya.
"Mau sampai kapan, lu kaya gini! gue udah pegel nungguin lu dari tadi?" ucap Galen.
Suaranya membuat Aline kaget sontak Ia mendongak lalu berdiri karena terkejut.
"Astaghfirullahaladzim," Aline terkejut karena kehadiran Galen yang berdiri di dekatnya menggunakan *hoo*die putih, di tambah kepalanya yang tertutup oleh hoodie tersebut.
"Ngagetin aja sih. Mana pake baju putih lagi, gue kira lu hantu gentayangan?" Aline mengelus-elus dadanya karena terkejut.
"Mana ada hantu, ganteng kaya gue?"
Aline memutar bola mata malas.
"Gue mau pulang, ayo bareng sama gue! lama banget merenungnya," ajak Galen.
"E-eh gue engga nyuruh lu buat nungguin gue, ya?" balas Aline.
"Ya udah! kalau lu masih mau di sini. gue pulang sendiri. Nanti juga banyak yang nemenin lu, noh bentar lagi keluar deh, arwah gentayangan yang bunuh diri karena sakit hati." Galen menakuti Aline. Ia berbalik lalu meninggalkan Aline dengan langkah cepatnya.
Aline bergidik ngeri. Ia langsung merasakan bulu halus di kulitnya berdiri mendengar ucapan Galen.
"Tungguin, gue!" Aline lekas berlari menyusul Galen yang sudah jauh meninggalkannya.
Galen tersenyum. Dengan menakuti Aline ia berhasil membujuk Aline ikut pulang bersamanya.
Galen dan Aline memasuki lift untuk turun ke lantai dasar gedung ini. Penampilan Aline yang terlihat berantakan dengan make up yang sudah meluntur karena air mata.
Galen melepaskan Hoodie yang di pakainya.
"E-eh, lu mau ngapain?"Aline merasa takut Galen melakukan sesuatu kepadanya.
Galen melemparkan Hoodie miliknya ke arah Aline lalu mengenai wajahnya.
"Kepedean, lu! pakai tuh, penampilan lu bakalan jadi perhatian di bawah nanti." Galen kembali dengan tampang menyebalkannya.
Aline cemberut. Ia menyadari penampilannya yang berantakan. Dengan cepat Ia memakai hoodie milik Galen ke tubuhnya. terlihat kebesaran jika dipakai Aline kemudian disangkutkan cupuk hoodie itu untuk menutupi kepalanya.
Sesampainya di lantai dasar, ternyata benar masih banyak orang di sana. Bahkan ada beberapa wartawan karena acara masih berlangsung. Dan wartawan sedang memburu berita tentang Derald dan Chyntia.
Beruntung Galen memakai motor gedenya ia mengajak Aline segera naik ke atas motornya.
"Pegangan," perintah Galen kepada Aline saat gadis itu sudah berada di atas motor.
Aline memegang pundak Galen, tapi dengan cepat kedua tangan Galen menarik tangan Aline agar memeluknya.
Wussshhhh ... grungggg ...
Motor gede milik Galen pun melaju kencang meninggalkan gedung itu. Menghindari orang-orang pencari berita.
Aline semakin memeluk Galen saat motor itu melaju dengan kencangnya. ia hanya menjawab saat Galen bertanya kemana arah rumahnya.
Tak lama motor itu sampai tak jauh dari rumah Aline. Galen membuka helm yang di pakainya sedangkan Aline terdiam seperti patung karena terkejut sudah di ajak ngebut membelah jalanan Jakarta oleh Galen.
"Woy, udah sampe. Turun ...!" Galen menyadarkan Aline.
"Udah sampe ya, cepet banget!" Aline menepuk-nepuk dadanya karena berdebar. Jantungnya harus bekerja ekstra menahan rasa takut saat di atas motor.
"Gue langsung pulang! sana ... Masuk!" usir Galen.
"Terima kasih. Lu udah bantu gue!" ucap Aline tulus. Aline turun dari motor ia terus berjalan sambil menunduk.
Galen hanya memperhatikan Aline sampai ia masuk ke dalam rumahnya.
Ketika Aline membuka pintu. Ia tak sadar ayah dan ibunya menunggu di ruang tamu.
"Aline ...," panggil ayah pelan.
Deg
Aline terdiam sesaat lalu menoleh ke samping di mana ayah dan ibunya sedang menunggunya.
"Ada yang mau ayah tanyakan kepadamu, duduklah!"
Aline menuruti perintah ayahnya. Ia lekas duduk di hadapan ayahnya. Ibu Winda duduk menemani Aline di sampingnya.
"Ada apa, Yah?" tanya Aline ragu. Ia merasa takut jika ayah sudah mengajaknya berbicara serius seperti sekarang ini.
"Kamu bisa jelaskan semua ini." Ayah menunjuk berita di halaman media sosial Tumpeh Lumbreh.
"Jangan ada yang kamu tutupi, Nak. Ceritakan semuanya kepada kami! jangan menanggung beban mu sendiri." Ibu Winda akhirnya angkat bicara.
Berita viral tentang Derald sudah menjadi hotnews malam ini. Meski di berita wajah Aline sama sekali tak terlihat karena make up nya. Tapi ayah tau, jika itu adalah putrinya.
Derald pun tak menyebut namanya dalam klarifikasi nya malam itu. Karena Galen sudah memperingatinya lebih dulu sebelum menemani Aline di rooftop.
Akhirnya Aline menceritakan semua penderitaan yang di alami kepada ayah dan ibunya. Cerita dari bulan lalu yang ia alami hingga saat ini. Pengkhianatan dan pengorbanan Aline yang tak di hargai oleh Derald. Serta kebaikan yang di manfaatkan olehnya hingga penghinaan yang Aline dapatkan. Diceritakannya semua kejadian dan rasa sakit hati kepada orang tuanya. Tangis pilu pun kembali pecah malam itu.
"Ayah tidak menyangka Derald tega melakukan ini padamu, Nak! Ayah juga sakit hati putri ayah di perlakukan seperti ini." Ayah terlihat sedih mendengar Aline bercerita sambil terisak.
"Sudahlah! bersyukurlah kamu mengetahui yang sebenarnya sekarang ini. Ibu juga bersyukur kamu gagal menikah dengan Derald. Sekarang, istirahatlah! sudah malam.
Biarlah Yang Maha Kuasa yang akan membalas sakit hatimu. Kita cukup berpasrah kepadanya!" ucap Ibu Winda menenangkan Aline.
Malam ini Aline merasa lega sudah berkata jujur kepada orang tuanya. Ia tak perlu menutupinya lagi.
Aline berjanji dalam diri akan merubah semua sifat bodohnya. Ia akan lebih berhati-hati dalam memilih pasangan. Ia bertekad akan merubah diri menjadi orang yang pantas untuk di banggakan bukan untuk di hina dan di cemooh.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Mutia Kim🍑
Sumpah kasian banget jadi Aline, yuk bisa yuk balas kan dendam mu line😌
2022-10-01
1
Asni J Kasim
Kakak, aku baca sampai sini dulu. nanti aku mampir lagi 😁
2022-08-30
1
LENY
AYO BANGKIT ALINE PERMAK DIRI AGAR LBH CANTIK
2022-08-13
1