Jodoh yang kedua

Jodoh yang kedua

Episode 01

Raisa selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk Bram suaminya.

Melayani apapun yang suaminya butuhkan, meskipun hanya dipandang sebelah mata.

"Kamu ngapain setiap hari ngurusin anak pungut itu terus.?"

Setiap hari ibu mertuanya selalu mengatakan hal yang sama, bahkan sampai saat ini mungkin sudah ribuan kali ia mendengar kata-kata itu dari mertuanya.

"Mendingan kamu cari kerja, dari pada dirumah gak ngapa-ngapain, sedangkan pengeluaran terus-terusan."

"Maaf ma, kan dulu mas Bram yang melarang Raisa untuk kerja. Lagian siapa yang mau jaga elena."

"Itu dulu, sekarang keadaanya berbeda. Ekonomi suamimu sedang sulit, anakmu biar dirumah sama mama."

Sejak Raisa tinggal dirumah mertuanya, hampir setiap hari ibu mertuanya selalu mempermasalahkan Raisa yang hanya pengangguran. Mertuanya menganggap keberadaanya dan anaknya hanya menjadi beban bagi suaminya.

Belum lagi suaminya yang selalu acuh tak acuh terhadap keberadaanya.

Setelah ayah Rima meninggal beberapa bulan lalu, rumahnya digadaikan ke salah satu bank. Sekarang rumah itu disita karena Bram tak mampu bayar angsuran tiap bulanya. Bram yang meminta Raisa untuk meminjam uang dibank dengan alasan uangnya akan digunakan untuk memperbesar usahanya.

Bukan jadi besar eh usaha yang digeluti mertuanya malah bangkrut tak bersisa, sedangkan Bram yang bekerja disebuah berusahan tersebar dikota ini diberhentikan secara tidak hormat.

Setelah ketahuan menggelapkan dana perusahaan yang gak sedikit, uang hasil pinjaman dari bank sudah habis untuk membiayai proses hukum yang menjeratnya.

"Raisa akan coba cari kerja ma."

Tak ingin terus berdebat dengan mertuanya, Raisa mengalah.

Pagi ini Raisa dengan membawa berkas yang ada ditanganya ingin mencoba keberuntungan dengan mendatangi perusahaan yang mau menerimanya bekerja.

Lelah seharian berjalan keliling belum ada perusahaan yang mau menerimanya, Raisa akan mampir kerumah sahabatnya yang ada disekitar sini.

"Mel aku ingin bekerja sepertimu bisa gak?"

" Pekerjaanku kasar Sya, gak cocok untuk lulusan sarjana sepertimu."

"Mel aku bisa buat lamaran dengan ijazah SMA atau SMP ku, aku butuh banget pekerjaan sekarang."

"Besok aku rekomendasikan ke kepala bagian ya."

Raisa pulang dengan berjalan kaki puluhan kilo, mau naik angkot gak ada uang sama sekali didompetnya

"Gimana apa udah dapet kerjaan kamu.."

"Belum ada yang mau nerima ma.."

"Harusnya kamu gak usah pulang dulu, harus Sampek dapet."

Raisa meninggalkan mertuanya yang duduk disofa ruang tamu, dirumah ini tidak ada yang diandalkan. Raisa harus pintar menghadapi situasi yang seperti ini, dilihatnya Elena sudah tertidur dikamar.

Ini sudah terlalu malam jam menunjukkan pukul 21:00, suaminya setiap hari menghabiskan waktu dengan bermain game online setiap harinya.

Seolah tidak pernah ada bosannya, siapa yang mau kasih kerjaan kalau gak nyari. Dikira uang akan datang sendiri kali, tanpa harus repot-repot kerja.

Setelah mempersiapkan diri Raisa berbaring disebelah anaknya, memang sejak menikah sampai sekarang ia gak pernah tidur satu kamar dengan suaminya.

Entah suaminya impoten atau gimana Raisa gak pernah tau, maka dari itu Raisa memilih mengambil anak disebuah panti asuhan untuk menghiburnya.

Kadang melihat anaknya tertidur timbul perasaan yang sangat bersalah, mengadopsinnya dari panti asuhan bukan membuatnya bahagia malah membuatnya menderita dengan keadaanya sekarang.

Subuh Raisa sudah bangun memasak sarapan untuk seisi rumah, kemudian memandikan anaknya dan menyuapi.

Semua pekerjaan rumah Raisa yang kerjakan termasuk belanja kebutuhan sehari-hari, dulu saat suaminya masih bekerja gaji suami mertuanya yang nerima. Raisa hanya dikasih secukupnya kadang juga harus dicukup-cukupin.

Mertuanya hanya duduk manis dirumah, setiap hari anaknya hanya bermain games mertuaku hanya diam saja.

Mulai hari ini aku bertekad untuk membahagiakan diriku sendiri dan anakku, masalah yang lain-lain itu urusan nanti.

Hari ini ada kabar baik dari Amel, aku sudah bisa mulai bekerja besok. Aku bersykur yang tak terhingga, ada setitik cahaya terang

Setidaknya aku tidak selalu direndahkan sama mertuaku, aku selalu dibanding-bandingkan dengan menantu tetangga sebelah.

Cantik rapi dan wangi, juga memiliki pekerjaan bagus, menjadi sekretaris perusahaan ternama.

Bisa beli mobil sendiri, mandiri dan masih banyak pujian dari mertuanya.

Aku tidak pernah membalas semua perlakuan mertuaku, aku masih menghormati nya sebagai orang tuaku.

Dulu saat aku hampir wisuda mas Bram melamarku, dan ayahku langsung menyetujuinya. Aku hanya pasrah dengan pernikahan ini, ku anggap sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan mapan.

Aku tak pernah mencari tahu latar belakang keluarganya, yang aku tahu dia anak tunggal dan bekerja disalah satu perusahaan terbesar dikota ini. Ayahnya telah tiada ibunya menjalankan bisnis properti milik keluarganya, waktu awal-awal juga ibunya sangat ramah terhadapku.

Dua bulan pernikahan ayahku menyusul ibu ke surga, dan sekarang menginjak 7 bulan pernikahan.

Pernikahan diatas kertas, kenyataan jauh berbeda dari impian.

Aku bangun lebih pagi dari biasanya, aku gak pengen hari pertamaku bekerja memberi kesan buruk pada atasanku.

Elena sudah mandi dan wangi, aku sudah menyuapinya dan membuatkan susu untuknya.

"Sayang mama kerja cari uang dulu ya."

"Iya mama, ati ati dijayan.."

Elena mencium punggung tanganku dan aku mengecup keningnya.

Hanya denganku elena banyak bicara, dengan yang lainya hanya diam seperti ketakutan.

Aku gak masalah mungkin suami dan mertuaku tak pernah mengajaknya bermain makanya Elena jadi pendiam

"Kenalkan ini ada karyawan baru yang akan bergabung dengan kalian, saya harap kalian bisa menerimanya dengan baik."

Bisa dibilang dia adalah mandor pabrik tempatnya bekerja, bersyukur ada Amel yang telaten mengajarinya sebagai pemula.

Disini para pegawainya juga baik-baik, ada rasa kekeluargaan bekerja disini.

Pabrik pembuatan kain jeans, kerja dimulai pukul 7 pagi sampai 3 sore. Jika ada yang bekerja lebih dari jam 3 dianggap lembur, begitu penjelasan Amel.

Amel sering ambil lembur, karena uang lembur selalu cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan bayar kos-kosan. Sedangkan gajinya sebagian dikirim ke kampung ada adiknya yang masih sekolah, sebagian ditabung tentunya.

Untuk pemula tidak terlalu sulit mengikuti hanya butuh ketelatenan, dan kesabaran.

Untuk menghemat aku membawa bekal ke pabrik untuk makan siang, jika lembur bekalnya setengah untuk makan siang dan setengahnya lagi untuk makan malam.

Aku sudah sangat berterimakasih, masih ada yang menerimaku untuk bekerja. Saat ini kerja apa aja aku gak masalah, asal ada pendapatan dari pada menganggur.

Dirumah itu sebenarnya juga aku seperti gak betah, tapi gak ada pilihan lain. Aku harus bekerja lebih keras lagi, mengambil lembur setiap hari gak masalah. Jika ada uang mau ngapain aja bisa, tapi emang kenyataanya seperti itu.

Awal kerja pas jam makan siang aku nangis, ingat sama Elena dirumah. Apa mertua dan suamiku menjaganya dengan baik, tapi Amel terus menyemangatiku aku bekerja juga untuk membahagiakan Elena jadi aku harus kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!