Hari ini seperti biasa Raisa dan Elena bersiap akan berangkat ke pabrik, Raisa segera menggendong Elena yang masih mengantuk.
Elena tertidur di gendongan Raisa, dengan langkah yang sedikit terburu-buru Raisa berjalan memasuki pabrik tempatnya bekerja.
Raisa menidurkan Elena ditempat biasa, dari gendongannya Elena berpindah ke lantai yang beralaskan kain jarik.
Raisa segera menyelimuti dan mencium kening putrinya, tak lupa ia menyiapkan makan disebelah Elena tertidur.
Raisa melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempat putrinya tertidur, ia melangkah gontai ke tempat kerjanya.
Ketika bangun Elena tidak mendapati ibunya disana, dan tempatnya tidur juga bukan kamarnya.
Ya pabrik tempat mamanya bekerja, Elena segera membuka kotak makan disebelahnya. Dengan lahap ia menghabiskan makanan dalam kotak itu, setelah dirasa kenyang ia mengeluarkan boneka Barbie dari dalam tasnya.
Elena mulai berbicara dengan boneka kesayangannya, mengajak bermain dan mengajaknya tidur.
Elena mulai bosan hanya didalam ruangan, rasa ingin tahunya membuat ia berjalan berlahan keluar ruangan.
Dari ruangan itu ke pintu belakang tidaklah jauh, ia mulai melangkah keluar menuju halaman belakang. Diseberang selokan ia melihat seekor anak kucing, Elena mulai berjalan mendekati.
Elena merasa sangat senang dengan adanya kucing yang sangat lucu, ia akan melompat tapi kakinya masih terlalu kecil untuk melangkah melewati selokan.
Ia mulai mengedarkan pandanganya mencari sesuatu untuk menyelamatkan kucing, tak jauh dari tempatnya berdiri ada tumpukan kayu yang sudah tidak terpakai. Mungkin bekas dari pabrik, tangan kecilnya memegang sebuah kayu dan mencoba membawanya.
Tapi sayang tenaga nya belum kuat untuk mengangkat berat kayu yang dipegangnya, ia mencoba mencari-cari kayu yang bisa diangkatnya.
Kini Elena mendapatkan sebuah triplek, diseretnya sisi bagian triplek tersebut mendekati dimana anak kucing itu berada.
Elena mulai meletakkan triplek itu diatas selokan, dipasangnya sebagai jembatan untuk menyebrang.
Dengan diiming-imingi Snack yang ada ditanganya akhirnya anak kucing itupun mendekatinya.
"Ming.. Katihan tekali kamu..!"
"Mulai tekalang kita tahabatan ya, amatu Ena. Kamu Ena panggil Ming ya.."
Elena terus mengajak kucing itu bicara, bukanya menjawab kucing itu malah asik bermain dengan tangan Elena.
Setelah Snack yang dibawanya habis Elena memutuskan untuk kembali ke ruangan dan mengambilnya lagi, saat Elena berjalan anak kucing itu mengikuti nya.
Elena mulai berlari-lari kecil dan kucing itu terus mengikutinya, Elena lari dengan tertawa.
Sesekali ia menoleh kebelakang untuk memastikan kucing itu mengikutinya, tanpa Elena sadari dari arah depan berjalan seorang laki-laki yang dewasa semakin mendekat ke arahnya.
Brakk..
Tubuh Elena mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh, bersyukur sepasang tangan kekar segera menangkapnya dan membawa dalam pelukan.
"Cantik siapa namamu..?" Kini Raffi berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Elena, keduanya saling berhadapan.
"Atau Ena Om.."
"Kenapa main disini Ena, kamu kesini sama siapa..?"
"Ena Om.."
"Erna kamu kesini sama siapa..?"
"Mamatu agi kelja didalam Om, atu kejal kuting.."
"Kamu gak apa-apa,? ada yang sakit?"
Elena menggelengkan kepalanya, saat menatap gadis kecil yang ada dihadapannya ada perasaan bahagia dihatinya. Gadis kecil yang sangat cantik, imut dan menggemaskan.
"Sayang ikut Om mau ya..?"
Elena masih berdiri tanpa menjawab, Raffi yang melihatnya dengan tatapan bingung.
"Sayang gak apa-apa ikut Om ya..?"
"Apa Om olang jahat.."
Seketika gelak tawa Raffi pecah, bagaimana ada anak kecil yang menganggapnya orang jahat.
"Om gak jahat sayang, om orang baik."
Seketika wajah takut Elena berganti dengan ceria, Raffi tersenyum dan segera menggangkat tubuh elena, membawanya dalam gendongan menuju ruangannya.
Elena duduk disofa dengan melihat televisi, dan ditanganya memegang sebuah toples yang berisi camilan. Sesekali tangan mungilnya menyuapkan camilan ke dalam mulutnya.
Rafi mengangkat telepon yang ada dimeja kerjanya dan menghubungi seseorang.
Tut...Tut....Tut... Panggilan terhubung
"Hallo Den Raffi.." Suara diseberang sana terdengar sedikit serak.
"Pak Andik silahkan ke ruangan ku sebentar."
"Baik Den.."
Tak menunggu lama pintu ruangan Raffi diketuk seseorang dari luar.
Tok.. tok... tok...
"Masuk.."
"Maaf Den Raffi... " Pak Andik menghentikan ucapannya saat melihat gadis kecil yang duduk disofa. Tak ingin banyak bertanya pak Andik menunggu apa yang ingin dikatan bosnya padanya.
"Pak Andik, siapa karyawan pabrik yang bekerja dengan membawa anak..?" Raffi bertanya dengan tegas dan berwibawa.
"Maaf Den saya rasa tidak ada.."
"Gadis yang duduk disofa itu adalah anak dari salah satu karyawan dipabrik ini."
"Maaf Den ini kesalahan saya, saya benar-benar tidak mengetahui ada karyawan yang bekerja dengan membawa anak." Suara pak Andik bergetar.
"Cari ibunya dan bawa kesini sekarang.."
"Baik Den.."
Dengan langkah yang lebar dan sedikit terburu-buru pak Andik kembali ke ruangannya, dari ruangan pak Andik menggunakan pengeras suara memberitahukan pada seluruh karyawan, bahwa yang memiliki anak dipabrik ini segera ke ruangannya.
Raisa yang mendengarnya bergegas ke ruangan sang kepala pabrik, dengan perasaan yang tidak enak ia melangkahkan kakinya dan berhenti tepat didepan sebuah pintu.
Tok.. tok .. tok...
"Masuk.." Suara dari dalam terdengar begitu menyeramkan ditelinga Raisa.
Setelah ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan pak Andik, Raisa segera berjalan mendekat ke meja kerjanya.
"Maaf pak Andik, mungkin yang anda maksud tadi adalah anak saya." Raisa terus menundukkan kepalanya, ia tidak terlalu berani melihat mata kepala pabrik tersebut.
"Raisa apa kamu mengerti konsekuensi dari kesalahan yang kamu lakukan.."
"Saya menerima konsekuensi dari kesalahan saya pak, sekalipun saya harus meninggalkan pabrik ini." Raisa berkata dengan yakin.
"Kamu tau sekarang anakmu ada dimana..?" Mendengar ucapan pak Andik, Raisa melihat sekeliling ruangan pak Andik tidak mendapatkan putrinya disana.
"Maaf pak, kalau boleh tahu dimana putri saya berada."
"Aku tidak menemukan putrimu, tapi putrimu ada disuatu tempat. Kamu tahu siapa yang menemukan putrimu..?"
"Maaf pak saya tidak tahu.." Raisa menggelengkan kepalanya
"Anakmu tadi ditemukan direktur utama dihalaman belakang pabrik.."
Raisa menatap pak Andik terkejut, bagaimana bisa putrinya keluar dari ruangan itu.
Raisa mulai cemas, apa yang akan dilakukan sang direktur padanya dan putrinya.
"Raisa kamu berdo'a lah agar pak direktur masih berbesar hati melepaskanmu."
"Maksud bapak apa ya...?" Suara Raisa terdengar bergetar ketakutan.
Bukan takut atas dirinya melainkan pada putrinya, takut jika sang direktur tersinggung atas ucapan dan tingkah laku putrinya.
"Raisa ikut aku ke ruangan pak direktur sekarang.."
"Baik pak.."
Raisa mengikuti langkah kemana pak Andik akan membawanya, tubuhnya terasa ringan. Berjalan seperti melayang, fikiranya terus menerawang kemana-mana.
Apa yang akan terjadi padanya, bagaimana kalau dirinya dipecat, apa yang akan ia berikan pada putrinya.
Sementara Raisa menjadi tulang punggung keluarganya saat ini, gak bisa ia bayangkan bagaimana susahnya mencari pekerjaan saat ini. Suaminya Bram juga belum mendapatkan pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments