Ustadz Impian
''Syifa, Liza kalian keruangan saya sekarang!'' Tegas Pak Rudi dengan nada sedikit marah, Syifa dan Liza yang berada di sisi ruangan membuat semua orang melihat mereka dengan penuh ledekan, hanya Fitri dan Hani yang selalu di sisi Syifa yang menguatkan dirinya.
Syifa pun melangkahkan kakinya mengikuti Pak Rudi bersama Liza yang membuat Syifa melakukan keributan kembali. Hari ini Syifa sangat jengah dengan semua yang terjadi ia ingin sekali marah tapi ia tahu ia pun salah di dalam hal yang membuat dirinya kembali terseret ke ruang BK.
Syifa hanya bisa diam dan mematuhi semua perintah gurunya. Ia begitu kacau pikirannya tidak beraturan semua yang ia lakukan hari ini memang salah. Ia sendiri pun mengakui kesalahannya.
''Kalian berdua duduk di sana!'' tanpa basa basi pak Rudi berkata dengan kata penuh penekanan. Syifa dan Liza hanya tertunduk, Syifa hanya terus menyesali kesalahan yang telah ia perbuat.
''Kalian tahu apa yang kalian lakukan ini benar-benar membuat saya dan guru-guru di sekolah ini lelah. Kali keduanya setelah kami memperingatkan kalian! apa yang membuat kalian terus begini? kalian tahu hal apa yang akan kalian dapat dari semua perbuatan kalian hah!'' dengan marahnya pak Rudi berkata.
Syifa dan Liza tidak mampu berkata apa-apa mereka tertunduk lesu dengan apa yang mereka perbuat.
''Saya sudah panggil kedua orang tua kalian, mungkin ini yang terbaik untuk kalian.''
Degh. Syifa terkejut dengan semua perkataan pak Rudi. Syifa saling beradu pandang dengan Liza, hal yang mungkin benar-benar akan terjadi ia akan di skors kah? atau malah ia akan di keluarkan.
Ia hanya takut jika ia tidak akan mendapatkan perhatian dari ayahnya kembali.
''Assalamualaikum?''
Terdengar salam dari luar ruangan. Syifa telah menduga kalau itu ayahnya bersama orang tua Liza.
''Waalaikumsalam, silahkan masuk pak, bu!''
Sorot mata ayah begitu tajam melihat Syifa yang hanya bisa diam, Syifa pun hanya bisa tertunduk lesu kembali melihat ayahnya begitu terlihat sangat kecewa pada dirinya.
''Sebelumnya saya minta maaf Pak Saya memanggil Bapak Ibu sekalian, perlu Bapak dan Ibu tahu kejadian tempo hari itu kini terulang kembali.'' kata pak Rudi yang berkata dengan sorot mata yang sedikit menakutkan.
''Dan Bapak tahu kalau kejadian ini terulang kembali maka, dengan sangat terpaksa kami dari pihak sekolah akan mengeluarkan putri Bapak dan Ibu sekalian.''
''Mohon maaf pak tapi kami akan kembali mendidik anak-anak kami,'' sahut ayah khawatir dengan apa yang pak Rudi katakan.
Pak Rudi diam sejenak ia mengambil nafasnya dengan kasar dan menatap kearah Syifa dan Liza.
''Tapi mohon maaf, anak bapa dan ibu sekalian akan kami beri hukuman berupa skorsing selama tiga hari ke depan.''
Ayah dan ibu Liza hanya bisa pasrah mereka menyadari jika anak mereka memang bersalah.
Syifa pun keluar bersama ayahnya, setelah bersalaman dengan Pak Rudi.
Ayah yang memang berjalan sedikit lebih cepat membuat Syifa sedikit berlari di lorong utama sekolah yang menghubungkan dengan tempat parkir.
Ayah membuka pintu mobil dan mendudukkan dirinya di kursi, dengan cepat ayah menyambungkan seat belt nya. Syifa tahu jika ayahnya memang sangat kecewa pada dirinya.
''Ayah aku minta maaf,'' tutur Syifa yang merasa bersalah, sementara ayahnya segera melajukan mobilnya ke jalanan dengan kecepatan yang tinggi.
20 menit berlalu akhirnya Syifa telah sampai di kediamannya, ia pun turun dengan perlahan dari mobil yang ia kendarai.
Syifa pun melangkahkan kakinya yang hendak masuk ke dalam rumah namun, langkahnya terhenti saat ia mendengar ayahnya yang marah pada seseorang yang sedang ia telepon.
''Kamu pikir ini semua salah aku?'' teriak Ayah dengan nada yang tinggi.
Entah dengan siapa Ayah berbicara Syifa merasa tidak peduli dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Ia pun berlari menaiki tangga dengan perasaan yang campur aduk, ia sangat benci dengan kehidupannya, ia yang selalu berulah karena ia ingin mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun sayang kenyataan pahit yang ia dapatkan ayahnya bahkan tidak peduli dengan perasaannya sekarang.
Brak! Suara pintu yang terdengar nyaring di pendengarnya membuat Syifa menghapus jejak air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
''Syifa!'' teriak ayah yang terdengar menghampiri kamarnya.
Syifa hanya diam, ia sudah tidak peduli dengan kemarahan ayahnya itu.
Plak. Ayah yang telah masuk ke kamar Syifa dengan cepat ia mendaratkan tamparannya di pipi mulus putri semata wayangnya.
''Anak yang tak berguna, apa yang kamu inginkan hah?'' tanya ayah dengan sorot mata yang begitu tajam.
Tatapan yang selalu ia dapatkan, setelah ayah dan ibunya berpisah.
Perih hatinya sangat perih mendapat perlakuan yang selama ini ia rasakan, Syifa merindukan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang telah lama ia tidak dapatkan.
''Pukul aku yah, pukul lagi.'' Syifa mengambil tangan ayahnya yang berusaha menempatkannya kembali.
Aris yang begitu terkejut dengan apa yang Syifa lakukan ia menarik nafas kasar dan hendak berlalu dari kamar putrinya.
''Ayah tahu aku hanya ingin kasih sayang ayah dan ibu.'' Lirih Syifa pelan namun terdengar oleh Aris.
Ia merasa sangat tertampar dengan apa yang putrinya katakan. Ia segera mempercepat langkahnya keluar meninggalkan putrinya menangis tersedu-sedu sendirian.
''Aaahhhhhhh.'' Syifa berteriak meluapkan segala emosi yang selama ini ia pendam, ia melempar semua barang yang berada di sisinya dan kembali menangis hatinya sangat hancur ketika kenyataannya sangat pahit baginya.
Beberapa menit berlalu Syifa yang sudah sedikit tenang ia berjalan menyusuri anak tangga, ia hendak mengambil air untuk menyegarkan tenggorokannya yang sejak tadi terasa sangat perih.
Namun sebelum ia benar-benar sampai terdengar suara ayahnya yang membuat Syifa terhenti.
''Harusnya kamu sebagai ibu dapat mendampinginya!'' teriak ayah dari lantai bawah.
Ia tahu jika kini ayahnya sedang menelpon ibunya.
Syifa pun mengurungkan niatnya dan berbalik kembali ke kamarnya, hatinya kembali merasa sangat perih ketika ia mendengar apa yang ayahnya katakan.
Di kediaman Mira.
Mira berulangkali membuka ponselnya, ia sangat bingung dengan keadaan putrinya sekarang.
Ia pun kembali memencet tombol panggilan dan kembali menelpon mantan suaminya.
''Halo mas?''
''Apa lagi mir?'' Jawab Aris dengan nada dinginnya, ia berusaha menahan emosinya agar tidak memarahi mantan istrinya itu.
''Aku mau kita ketemu sekarang.''
''Baiklah, aku tunggu kamu di tempat biasa.'' Aris pun menutup panggilannya dan bergegas pergi ke tempat biasa mereka bertemu.
30 menit berlalu.
Aris yang sudah sampai di tempat yang sudah mereka janjikan ia memasuki restoran itu dan mencari keberadaan mantan istrinya.
Aris yang telah melihat keberadaan Mira ia segera mempercepat langkahnya.
''Ada apa?'' Tanya Aris dengan sikap yang tetap dingin pada Mira.
''Duduklah mas.''
Aris pun menuruti perintah Mira dan segera duduk di depannya.
''Aku hanya ingin membicarakan ini, kamu bilang aku seharusnya yang mendampingi Syifa. Sepertinya memang saatnya Syifa bersama aku aja mas.'' Tutur Mira mengutarakan maksudnya.
Aris membuka lebar matanya, ia merasa kaget dengan apa yang ia dengar.
''Maksud kamu, kamu mau ambil alih hak asuh Syifa?''
''Syifa udah besar mas, sekarang giliran aku yang merawat Syifa.''
''Gak bisa mir.''
''Kamu egois mas, Syifa juga butuh kasih sayang dari seorang ibu secara utuh, aku gak bisa hanya menemaninya sebentar hanya di saat Syifa libur saja mas.'' Kekeh Mira dengan nada sedikit kesal.
''Mir, udah berapa kali aku bilang sama kamu, Syifa butuh kasih sayang kita. Bukan hanya aku atau kamu tapi kita mir, aku hanya ingin kita balik lagi seperti dulu buat Syifa.'' Aris memegang tangan Mira, ia mencoba memberi pengertian pada mantan istrinya, sungguh hatinya masih mencintai sosok wanita yang selama ini Ia rindukan.
''Aku gak bisa mas, kamu tahu bagaimana ibuku mas.'' Mira menepis tangan Aris dan pergi meninggalkan Aris yang masih terduduk si kursinya.
Mira berlari meninggalkan Aris dan segera masuk ke dalam mobilnya, hatinya perih ketika Aris mengatakan jika Syifa membutuhkan kasih sayang dari mereka berdua, ia tidak bisa menepis jika memang seperti itu kenyataannya.
Mira tahu ia salah, namun ia takut jika ibunya akan memperlakukan Aris dengan sangat tidak baik, hatinya sangat sakit ketika laki-laki yang selama ini menjadi suaminya selalu mendapat perlakuan yang tidak baik dari ibunya sendiri.
''Aku mencintai kamu mas.'' Lirih Mira yang tidak bisa menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Ia pun menjalankan mobilnya untuk segera pulang.
Aris yang tidak menyangka jika usahanya selama ini untuk mendapatkan kembali Mira itu sia-sia bahkan di saat anaknya sendiri membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu dan ayahnya ia masih bisa menolak.
Hari berganti hari Syifa yang masih sering mengurung dirinya di kamar membuat Aris kebingungan, ia takut jika anaknya sakit.
Ketukan pintu membangunkan Syifa yang terlelap di kasurnya.
Ia menggeliat dan memperhatikan siapa yang hendak mendekatinya.
''Ayah....'' kata syifa dengan suara khas bangun tidur.
''Kamu baik-baik saja kan? udah dua hari kamu diam di kamar terus, ayah khawatir jika kamu sakit.'' Tutur Aris yang memandangi putrinya dan mengusap puncak kepalanya.
''Aku baik-baik saja,'' Syifa masih bersikap dingin kepada ayahnya, hatinya masih sangat sakit setelah apa yang ia alami di hari kemarin.
''Ayah minta maaf....'' Lirih Aris yang menatap putrinya dengan lembut.
Syifa tidak menjawab perkataan ayahnya, jujur di dalam lubuk hatinya ia sangat ingin menangis dan memeluk ayahnya, namun ia tidak ingin melakukannya karena ia merasa jika dirinya seperti beban bagi ayahnya sendiri.
''Ayah janji, ayah gak akan kasar lagi, ayah akan lakukan apa mau kamu.'' Tutur Aris yang setia menanti jawaban dari putrinya.
''Aku hanya ingin ayah dan ibu kembali bersama,'' kata-kata itu lolos dari mulut Syifa. Ia sangat ingin jika ayah dan ibunya kembali bersama.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
bontot poenya
p
2024-08-28
0
Yunita aristya
nyimak
2022-09-24
0
Oh Dewi
mampir ah mana tau seru.
Btw, aku pernah baca novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, itu keren banget. Kalo search jangan lupa tanda kurungnya
2022-08-18
1