Hari ini tepatnya hari Minggu dimana Syifa akan berangkat untuk mondok, semua barang-barang telah ia kemas sejak kemarin,
bahkan berkas- berkas untuk perpindahan sekolah pun telah selesai tak ada satu pun yang tertinggal namun hati kecilnya sedikit ragu. ''Apakah aku benar siap? aku gak mau membuat ayah kecewa lagi.'' Tutur Syifa dalam hatinya.
''Syifa?''
''Apa kamu sudah siap sayang?'' Ibu memanggil Syifa dari lantai bawah membuatnya kaget.
Syifa masih diam di kamar, ia melihat sekeliling kamarnya, ''aku pasti sangat rindu kamar ini terutama ayah dan ibu.'' Syifa tersenyum dan segera bergegas turun.
''Aku udah siap bu'' Syifa menuruni tangga dengan perlahan.
Terlihat ayah dan ibu sedang menunggu dirinya.
Ayah tersenyum dengan penuh bangga ''akhirnya.''
''Kenapa yah?'' tanya Syifa yang tidak mengerti.
''Akhirnya anak ayah sudah siap tapi hanya satu yang belum siap,'' ayah tersenyum melihat Syifa.
Ayah dan ibu saling pandang dan tersenyum.
''Ibu lupa yah sungguh, tapi semua perbekalan ibu yang siapin ko gak mungkin salah.'' ibu tertawa kecil.
''Kenapa, apa ada yang salah?'' tanya Syifa yang memperhatikan penampilannya kembali.
''Bukan salah sayang, tapi kurang tepat.'' Ayah melirik penampilan Syifa.
''Oh, aku kira ini tak apa, lagian perjalanan dari Jakarta menuju Bandung cukup lumayan jauh. Aku kira nanti kita istirahat dan ganti pakaian dulu.'' Syifa tertawa kecil dan kembali ke kamarnya.
''Lebih baik kamu ganti pakaian yang lebih sopan.''
''Iya.'' Syifa mengacungkan jempol tangannya. Ia memang memakai baju pendek dan celana jeans dan membawa tas kecil dengan sepatu flatshoes yang ia suka ''ternyata ini salah ya,'' gumam Syifa yang telah memasuki kamarnya.
Ibu yang mengikuti langkah kaki Syifa ke kamar, ia berniat mencari pakaian yang akan Syifa kenakan.
''Nih kayaknya ini lebih baik, kamu mau pakai gamis? atau rok sayang?''
''Aku mau pakai rok aja bu.''
''Baiklah kamu ganti baju dulu, oh iya jangan lupa kerudungnya pakai, biar kita benar-benar siap, anggap saja kamu latihan.'' Ibu mengusap puncak kepalanya.
ibu tersenyum melihat Syifa yang sedikit cemberut karena pasti di dalam mobil itu panas, apalagi di tambah pakai kerudung.
''baiklah'' Syifa hanya bisa pasrah, dan menuruti semua perintah ibunya.
Syifa lupa tak memikirkan lebih jauh tentang hal itu, ia memang tak selalu menggunakan kerudung kalaupun itu keluar rumah, tapi kini ia akan ke pondok ia lupa kalau lingkungan pondok itu harus berpakaian tertutup.
Setelah sekian lama berganti pakaian Syifa pun kembali turun dengan menggunakan rok plisket dan baju kemeja yang di masukan ke dalam dan tak lupa kerudung yang ia pakai, dengan santai Syifa pun kembali turun dari kamarnya.
''Aku udah siap bu yah'' teriak Syifa yang berada di tangga.
Namun ia tak mendapati kedua orang tuanya, Syifa pun berjalan ke arah pintu untuk mencari keberadaan mereka.
''Oh baiklah, saya belum berangkat mungkin tiga jam kami akan sampai ok terima kasih.'' Ayah pun menutup panggilannya setelah mengucap salam.
''Kamu sudah siap sayang?'' tanya ayah ia pun memperhatikan Syifa dan tersenyum. ''Kamu cantik sekali sayang, kamu udah siap?''
''Iya, siapa yah? apa pekerjaan ayah menunggu?'' tanya Syifa menatap ayahnya.
Syifa khawatir jika ayahnya tidak fokus saat di jalan nanti.
''Bukan Sayang, itu dari Pak Rahman kenalan ayah itu ia saudara dari Kyai Agus, dimana nanti kamu akan mondok, ayah memberi kabar kalau kita pergi hari ini ayah harap kalau mereka ada di sana agar ayah bisa titipkan kamu biar ayah lebih tenang kamu mondok di sana.''
Syifa hanya mengangguk dan berjalan keluar untuk segera pergi.
''Ibu aku kira ibu masih di dalam,'' tutur Syifa yang duduk di belakang kursi kemudi.
''Enggak, ayo naik kita sedikit kesiangan, kalau hari Minggu itu semua orang pada jalan biar kita gak kena macet di jalan biar gak capek kita harus lebih awal apa semua udah siap?''
Syifa hanya menganggukkan kepalanya tanpa berniat menjawab.
Ia memandangi halaman rumah tempat dimana ia di besarkan. ''Aku pasti akan rindu rumah ini,'' lirih Syifa yang tak terdengar.
''Kita berangkat sekarang ya sahut ayah yang memandanginya, dan menjalankan mobilnya.
Perjalanan pun cukup ramai memang benar apa kata ibunya jika hari Minggu itu semua orang pada jalan tapi beruntung mereka tidak kena macet.
Pukul 09:30 mereka pun sudah berada di kota Bandung, kota yang cukup ramai namun tak seramai Jakarta.
Suasana yang cukup terbilang asri jalanan yang tidak terlalu banyak kendaraan membuat Syifa menyukainya.
Setelah beberapa menit kemudian jalanan masuk ke daerah perkampungan Syifa terus memandangi pemandangan yang berbeda, terlihat rumah-rumah yang sederhana dan tumbuhan yang terlihat dimana-mana sepertinya ia akan betah disini.
Syifa membuka jendela mobil dan menghirup udara segar kota Bandung ia begitu suka dan tersenyum melihat pemandangan sekitar yang cukup membuatnya betah.
''Kamu suka sayang?''
Ibu menoleh ke arah Syifa dan menyunggingkan senyum padanya.
''Iya aku suka pemandangannya sangat indah udaranya yang sejuk aku suka.''
Syifa membalas tatapan ibu yang tak berhenti tersenyum padanya.
''Sepertinya kamu bakalan betah tinggal disini.'' Ledek ayah yang tak hentinya melihat putrinya tersenyum.
''Aku betah karena ada ayah dan ibu disini tapi aku akan berusaha betah disini buat kalian.''
Syifa tersenyum dan menatap kembali keluar, ia takut akan menangis mengingat ia belum cukup kuat untuk berpisah dengan ayah dan ibunya.
''Itu harus, ayah dan ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.''
Ayah berkata dan menampilkan senyum pada pada putri ke sayangannya.
15 menit berlalu akhirnya mereka sampai tujuan, ayah memarkirkan mobilnya di sebuah halaman yang cukup luas dan terlihat bahwa di sampingnya ada sebuah pondok yang bertuliskan Pondok Pesantren Nurul Huda, dan tak jauh dari sana ada sebuah masjid yang besar yang terdapat taman di sisi kiri dan kanan yang membuat nyaman.
Syifa dan kedua orang tuanya pun turun dan menyalami beberapa orang yang menanti mereka di depan rumah besar itu, ia yakin kalau itu adalah Pak Rahman yang tadi ayah bicarakan di telepon tadi pagi dan mungkin ini adalah rumah Pak Kyai Agus itu.
''Assalamualaikum.'' Ucap ayah dan ibu dan saling berjabat tangan.
''Waalaikumsalam mari ayo masuk.''
''Gimana perjalanannya? Cukup melelahkan bukan?'' ucap salah seorang dari mereka dengan ramah.
''Lumayan cukup lelah soalnya jalanan cukup ramai hari ini.'' Sahut ayah menjawab pertanyaan bapak-bapak itu yang terlihat sudah saling mengenal.
Tak berselang waktu datang seorang bapak-bapak yang terbilang cukup berusia berkopiah hitam datang.
Mereka pun saling berjabat tangan kembali, ''apa kabar Aris?'' tanya pak Kyai yang duduk bersama mereka.
''Alhamdulillah pak Kyai baik, bagaimana kabar pak Kyai semoga sehat selalu,'' sahut ayah penuh penghormatan.
''Aamiin aamiin, ini toh anak mu yang mau pesantren disini?''
''Iya kyai.''
Syifa tersenyum pada pak Kyai itu dan menunduk kembali.
''Siapa namamu nak?''
Tanya pak Kyai itu padanya.
''Syifa Nadira, pak.''
Pak Kyai itu hanya mengangguk dan berkata.
''Semoga kamu betah disini ya.''
''Ummi,'' ia memanggil seseorang.
''Iya sebentar bah.''
Datanglah seorang wanita paruh baya membawa nampan berisi minuman yang segera di hidangkan.
''Ini Syifa Nadira yang mau pesantren disini. Ummi tolong bawa Syifa keliling pondok dan biar dia istirahat di kamar.'' Tutur pak Kyai menjelaskan.
Wanita paruh baya itu pun mengajak Syifa pergi dari ruangan mereka berada.
Syifa pun mengikuti langkah kaki ummi yang mengajaknya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
MommyAtha
semoga betah di pondok ya syifa
2022-05-16
1
Tri Dewi
mangkat mondok
2022-04-24
2
Aris Pujiono
semangat mondok syifa
2022-04-17
1