''Syifa semoga kamu betah disini ya, dan panggil aja Ummi seperti santriwati lainnya.'' Ummi mengusap Syifa dan tersenyum lembut.
''Baik ummi.''
Ummi pun mengantar Syifa ke depan sebuah kamar dimana ia akan tinggal selama di pondok.
''Arin, Arumi sini nak!'' panggil ummi pada santriwati yang tak jauh dari ummi berdiri.
''Iya ummi,'' sahut salah seorang santriwati.
''Perkenalkan ini Syifa, Syifa akan tidur bersama kalian mulai hari ini.'' Tutur ummi menjelaskan.
''Baik ummi.''
''Baiklah kalau begitu kamu istirahat dulu ya, nanti ummi akan panggil kembali jika ayah dan ibumu akan pamit untuk pulang.'' Tutur ummi dan berlalu dari hadapan mereka.
''Iya ummi.'' Syifa pun mengangguk dan mengambil beberapa tas yang ia bawa.
Syifa pun hendak masuk dan berkenalan dengan Arin dan Arumi, ia cukup suka dengan kamar yang ia tempati karena tempatnya tidak terlalu sempit dan terbilang cukup nyaman meski tidak senyaman kamarnya di rumah. Ia pun harus terbiasa dengan berbagi kamar dengan orang lain, karena sekarang ia berada di pondok dan harus terbiasa dengan semua itu.
''Syifa, sini biar aku bantu.'' Tawar Arin yang langsung membawa tasnya kedalam kamar.
''Kenalkan aku Arin, aku dari Bandung.'' Arin mengulurkan tangannya, Syifa pun menyambut dengan baik uluran tangan Arin dan tersenyum manis padanya.
''Kenalkan aku Arumi.'' Sahut Arumi yang juga memperkenalkan dirinya.
''Kamu jangan sungkan sama kita jika kamu membutuhkan sesuatu bilang aja pasti kita akan bantu jika bisa, anggap aja kalau kita itu keluarga.'' Tutur Arin yang menyunggingkan senyumnya, ia pun kembali membantu membawa beberapa tas yang masih tertinggal di depan pintu.
''Terima kasih ya, kalian baik sama aku'' Syifa merasa tidak enak karena telah merepotkan teman barunya.
''Sama-sama Syifa, apa kamu mau keliling pesantren atau mau istirahat?'' Tanya arumi yang duduk di samping Syifa.
''Boleh, aku ingin tau sekitar pesantren ini''
Syifa yang memang baru pertama kali merasakan suasana pondok pesantren ia sangat senang sekali, apalagi pondok pesantrennya terlihat sangat begitu asri, banyak pepohonan dan taman bunga di sisi kanan dan kiri membuatnya begitu betah.
Ia menghirup udara yang begitu sejuk yang jarang ia rasakan di Jakarta, bangunan pesantren yang terbuat dari bilik bambu berpadu dengan kayu-kayu membuatnya terkesan sangat alami, apalagi di sisi kiri pesantren juga terdapat sungai yang terlihat begitu jernih.
Pemandangan yang sulit ia dapatkan membuatnya begitu nyaman.
''Syifa ayo sini!''
''Iya bentar rin,''
Syifa sedikit tergesa-gesa karena jalannya yang terbilang lamban.
''Ayo Syifa cepatan, untung aja ini bukan kesiangan ke masjid, kalo iya udah pasti kamu kena hukuman.'' Sahut Arini yang sedang duduk di bangku.
''Ya lagian, kalian itu jalan sudah kayak orang kesiangan saja, kalau jalan-jalan ya pelan aja.'' Sahut Syifa dengan santainya.
Sementara Arin dan Arumi mereka malah tertawa melihat Syifa yang sedikit cemberut.
''Aku juga sama, dulu jalannya memang sedikit lambat tapi semenjak aku mondok, aku sudah terbiasa jalan cepat-cepat bukan gitu kan Arumi.''
''Iya benar tuh Syifa, karena kalau kita kesiangan habis deh kita kena hukuman.''
''Iya benar apalagi, Kakak-kakak kelas kita itu, galak-galak.
Celetuk Arin yang membuat Syifa ketawa, ia tak menyangka bisa semudah itu mengenal mereka berdua, mereka memang baik dan juga mudah bergaul membuat Syifa tak susah untuk berteman.
''Iya kalo gitu ya jangan sampai kesiangan Arin.'' Syifa menoleh ke arah Arin dan tertawa.
''Tempat ini begitu indah sekali di antara tempat yang ada di sini, terlihat sangat terawat apalagi banyak pohon dan bunga-bunga, tapi kenapa ada kebun juga yah di sebelah sana?'' tanya Syifa yang menunjukkan tangan ke arah kebun sayur.
''Iya Syifa, jadi kalau kita libur sekolah dan mengaji biasanya hari Minggu pagi itu kita merawat kebun, kita juga yang belajar menanam di kebun.'' timpal Arumi menjelaskan.
''Benarkah?''
''Iya, nanti juga kamu bakal belajar, kalau aku lihat kamu, kayaknya sih kamu gak pernah ke kebun yah?'' Arumi sedikit menebak-nebak.
''Iya lagian aku gak punya kebun Arumi, aku tinggal di Jakarta padat rumah mana bisa ada kebun, memangnya disini, tapi aku suka disini masih sangat sejuk dan asri.
''Hai sini dong, kita duduk memangnya gak pegel berdiri aja di sana kayak patung.''
Kata Arin yang sudah duduk di bangku ia bersantai di bawah pohon yang begitu lebatnya.
Syifa dan Arumi pun akhirnya berjalan ke arah dimana Arin sedang bersantai, mereka pun mengobrol banyak hal tentang apa saja yang mereka rasakan di pesantren''
''Assalamualaikum.''
Terdengar seseorang mengucapkan salam.
''Waalaikumsalam, Ustadzah Nadia? Oh ada apa Ustadzah?'' Arin menanyakan kedatangan Ustadzah Nadia.
''Kamu Syifa anak baru itu kan?''
''Oh iya kak, ada apa kak?''
''Kamu di panggil katanya orang tua kamu akan pamit untuk pulang,''
''Oh baiklah, makasih Ustadzah.''
''Aku ke rumah ummi dulu ya, kalian kalau mau disini gak apa-apa aku pergi dulu.''
''Oke Syifa.''
Syifa segera bergegas untuk ke rumah ummi karena ia tidak mau jika ayah dan ibunya menunggu terlalu lama, tanpa sengaja syifa yang terburu-buru ia bertabrakan dengan seseorang dan membuat semua buku-buku yang di pegang nya berhamburan.
''Maaf, maaf kak aku gak sengaja aku benar-benar minta maaf, aku sedang buru-buru.''
Syifa segera memunguti buku-buku yang berserakan, ia melihat sebuah tasbih yang terjatuh ke tanah karena ulahnya, ia pun segera menggambil nya namun tanpa sadar orang itu pun sedang mengambilnya dan tanpa sengaja ia pun bersentuhan dengan tangan sang pemilik tasbih.
''Astagfirullah.''
Syifa yang terkejut ia pun menengadahkan pandangannya ia begitu terkejut ternyata orang yang ia tabrak adalah seorang laki-laki. Syifa yang tak memperhatikan jalan karena kebetulan jalanan yang berbelok sehingga ia tidak tahu siapa di balik jalan itu.
''Maaf kak aku gak sengaja'' sahut Syifa yang merasa tidak enak hati.
''Gak apa-apa, aku tahu kamu tidak sengaja, lain kali kamu harus lebih hati-hati.'' Sahut lelaki di hadapannya, ia pun segera membereskan barang-barang miliknya dan pergi tanpa menoleh kembali.
Syifa yang merasa sedikit kaget ia hanya terdiam mematung ''kenapa baru kali ini aku melihat seorang laki-laki berjalan di antara lingkungan perempuan yah?'' gumam Syifa yang menoleh ke arah lelaki yang telah berlalu meninggalkannya.
Ia pun tak begitu memperhatikan siapa orang itu, yang jelas dia itu rapih, usianya pun tak terlalu terpaut jauh dengannya mungkin empat tahun di atas usianya atau mungkin lebih. ''Apa mungkin?'' Syifa bergumam sampai ia tersadar akan ibu dan ayahnya yang akan pulang kembali.
''Aduh kenapa aku malah memikirkan laki-laki itu sih.'' Syifa menyalahkan kebodohannya sendiri dan segera bergegas untuk ke rumah ummi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
MommyAtha
kalau 4 thn d atas syifa berarti masih muda dong...
2022-05-16
0
Tri Dewi
itu pasti pak ustadz
2022-04-24
2
Aris Pujiono
baik2 syifa
2022-04-17
1