Keesokkan harinya, waktu menunjukkan pukul 05.50 pagi. Matahari masih terlihat bersembunyi di balik awan, embun pagi masih terlihat menetap di dedaunan di dekat rumah Jasmine. Di saat itu, Jasmine di bangunkan oleh salah satu pembantunya untuk menggosok giginya dan pergi sarapan karena orang tuannya tidak bisa menemani sarapan nanti siang.
"Non, bangun Non. Sama Bapak dan Ibu sudah di tunggu untuk sarapan," ujar pembantu itu sambil sedikit menggoyang goyangkan tubuh Jasmine.
"Aduh Bibi, kenapa pagi sekali bangunin aku?
Kalau Ayah sama Ibu ingin sarapan dulu, duluan aja nanti biar aku sarapan sendiri!" jawab Jasmine dengan malas lalu ia menarik selimutnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut itu. Tak berselang lama terlihat samar samar suara Ayah Jasmine berpamitan kepada Jasmine begitu pula Ibunya. Mendengar hal itu Jasmine pun langsung membuka selimutnya dan bergegas menggosok gigi dan keluar dari kamarnya untuk sarapan. Tapi semua terlambat, orang tua Jasmine sudah pergi meninggalkan dirinya. Di situ Jasmine terlihat sangat sedih.
"Bibi kan sudah katakan sama Non tadi, kalau Bapak sama Ibu tidak bisa menemani Non makan kalau Non tidak keluar sekarang!" ucap pembantu Jasmine.
"Ya sudah lah," jawab Jasmine.
Mendengar hal itu Jasmine pun meminta pembantu nya menelepon seseorang.
"Bibi, boleh minta tolong," ucap Jasmine.
"Iya non."
"Bibi bisa telepon teman Jasmine, yang bernama Ria lagian hari kan hari Minggu mungkin teman ku masih di rumah. Aku mau ajak mereka buat makan sama aku," ucap Jasmine dengan baik namun saat si pembantu baru memegangi telepon ternyata Ria sudah menelepon dahulu. Ia ingin memberi tahu Jasmine sesuatu yang sangat penting.
"Non, ada Non Ria telepon Non. Dia ingin bilang sesuatu yang penting, katanya!" ucap pembantu itu lalu Jasmine pergi menghampiri si pembantu dan menerima telepon itu.
"Ada apa Ria?" tanya Jasmine.
"Jasmine aku punya kabar buruk buat kamu, ini tentang Ijaz," jawab Ria dengan tergesa gesa.
"Ada apa dengan Ijaz?" jawab Jasmine masih santai.
"Aku tahu kenapa kemarin Ijaz itu berubah sangat drastis Jasmine?" jawab Ria.
"Kenapa Ria?" mendengar ucapan Ria Jasmine berubah sikap ia terlihat serius dan mulai menaruh perasaan penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya dengan Ijaz.
"Ijaz akan pergi ke Pakistan dan dia akan tinggal di sana selamanya," jawab Ria.
Mendengar jawaban itu Jasmine terlihat sangat terkejut, ia hanya bisa diam mematung mendengar penjelasan Ria tentang kepergian Ijaz ke Pakistan. Saat Ria sudah selesai menceritakan apa yang terjadi dengan Ijaz, Jasmine meminta salah satu supirnya untuk mengantar ke rumah Ijaz. Saat Jasmine sampai di rumah Ijaz, Jasmine langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Saat itu Ijaz dan keluarganya sedang sarapan pagi di ruang makan. Mereka terkejut saat melihat kedatangan Jasmine dengan berlari dan nafas yang terengah engah, naik turun tak teratur.
"Ijaz, " panggil Jasmine saat melihat Ijaz tengah duduk menikmati sarapannya.
Melihat kedatangan Jasmine, Ijaz pun turun dari kursinya dan menghampiri Jasmine. Saat Ijaz berada di depan Jasmine tiba tiba mata Jasmine berkaca kaca. Dan tak berselang lama Jasmine meneteskan air matanya. Dengan sedih Jasmine memeluk Ijaz dan ia mengatakan hal hal sedih ke Ijaz.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak memberi tau aku kalau kamu akan pergi ke Pakistan? Apakah aku bukan teman kamu?" ucap Jasmine dengan sedih lalu ia melepaskan pelukannya.
"Aku tidak bisa memberi tau kamu Jasmine, aku tidak ingin kamu sedih, " jawab Ijaz dengan nada rendah dan menunduk.
"Tapi aku akan lebih bahagia kalau mendengar kabar ini dari mulut kamu bukan orang lain," jawab Jasmine dengan air mata yang terus mengalir.
Melihat hal itu Ibu Ijaz pun menghampiri Jasmine dan berusaha menenangkan Jasmine.
"Nak Jasmine, jangan sedih. Ijaz tidak akan tinggal selamanya kok di Pakistan, dia pasti akan kembali. Kembali dengan Ijaz yang baru, kamu tidak perlu sedih atas semua ini!" ucap Ibu Ijaz dengan nada rendah sambil memegangi kedua lengan Jasmine.
"Tapi Tante... "
"Nak Jasmine, Ijaz pergi ke Pakistan agar di bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Agar dia tidak nakal, nakal dan terus nakal!" jawab Ibu Ijaz dengan baik lalu ia mengajak Jasmine sarapan bersama sama untuk pertama dan terakhir kali sebelum Ijaz pergi ke Pakistan.
Beberapa saat kemudian, sarapan pun terlihat sudah berakhir. Orang tua Ijaz mulai memasukkan satu persatu koper yang akan di bawah oleh Ijaz dan keluarganya. Melihat hal itu Ijaz hanya terlihat sedih meninggalkan Jasmine, begitu pula Jasmine ia terlihat juga sedih kehilangan Ijaz. Saat semua koper sudah di masukkan ke dalam mobil, Ijaz terlihat menghampiri Jasmine dan berdiri di depan Jasmine.
"Jasmine, aku pamit ya. Tapi aku janji sama kamu, aku akan kembali dan bertemu dengan kamu setelah tumbuh dewasa nanti!" ucap Ijaz dengan baik lalu ia menundukkan kepalnya ia kemudian melanjutkan "sama, aku minta tolong sama kamu. Tolong, kamu jaga buku yang aku kasih buat kamu. Aku minta kamu tulis semua harapan kamu di buku itu hingga buku itu menjadi sebuah berkas yang nanti aku akan ambil setelah dewasa!."
Mendengar ucapan Ijaz, Jasmine hanya menjawab anggukan kepala dengan raut muka sedih.
"Ijaz, ayo Nak," panggil Ibu Ijaz di dalam mobil.
"Ibu sudah memanggil aku, aku pamit ya," ucap Ijaz dengan sedih.
"Kamu janjikan akan kembali ke aku," jawab Jasmine dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Iya," jawab Ijaz lalu ia menganggukkan kepalanya dan memberikan senyuman di bibirnya.
Ijaz pun pergi meninggalkan Jasmine dan menuju ke mobilnya. Saat ia sudah berada di dalam mobil Ijaz terlihat terus memandangi Jasmine. Jasmine yang melihat hal itu hanya dapat menangis, lalu dengan perlahan dan mata yang penuh dengan air mata Jasmine mengangkat tangan kanannya. Ia kemudian melambaikan tangannya dengan sedih dan berurai air mata. Melihat hal itu Ijaz kemudian membalasnya dengan sebuah lambaian tangan juga.
"Selamat tinggal," ucap Ijaz dengan lirih dan melambaikan tangannya ke arah Jasmine.
Tak berselang lama kaca mobil yang di tumpangi Ijaz perlahan naik untuk menutup jendela mobil. Beberapa saat kemudian keseluruhan jendela mobil tertutup. Mobil pun hidup dan mobil itu melaju perlahan menjauhi Jasmine. Melihat hal itu Jasmine berusaha mengejar mobil itu namun salah satu pembantu yang berada di dekatnya menghalangi Jasmine mengejar mobil itu agar nanti tidak terjadi sesuatu.
Jasmine pun tidak bisa apa apa, ia hanya menangis dan menangis melihat mobil Ijaz yang perlahan menjauh dari dirinya dan rumah yang di tinggali Ijaz.
"Non Jasmine, jangan menangis lagi. Den Ijaz pergi ke Pakistan hanya beberapa tahun kok tidak akan lama. Inikan juga demi kebaikan Den Ijaz supaya Den Ijaz di izinkan lagi berteman dengan Non," ujar pembantu itu dengan duduk di tanah di samping Jasmine sambil memegangi kedua lengan Jasmine.
Mendengar hal itu Jasmine pun perlahan mulai berhenti menangis, ia kemudian menghapus air matanya dan ia tersenyum sambil melihat ke arah pembantu itu.
"Nah, gini kan cantik!" goda pembantu itu kepada Jasmine. "Ya sudah, sekarangkan hari Minggu. Emmmm, gimana kalau Non saya ajak buat bersih bersih kamarnya Den Ijaz?"
"Tapi.. Kalau aku pergi dari tempat ini, aku tidak bisa melihat Ijaz pergi ke Pakistan!."
"Non, Den Ijaz akan pergi 30 menit lagi. Jadi Non jangan khawatir kalau ketinggalan pesawat Den Ijaz," jawab pembantu itu.
Mendengar ucapan dari pembantu itu, Jasmine terlihat sempat berpikir beberapa saat dan ia juga terdiam beberapa saat. Setelah itu Jasmine pun mau membantu pembantu itu membersihkan kamar Ijaz. 30 menit kemudian, terdengar secara remang remang suara pesawat terbang akan segera melintas di atas rumah Ijaz. Jasmine yang mendengar hal itu langsung bergegas keluar dari rumah dan melihat ke langit. Tak berselang lama pesawat pun terbang melintasi area atas rumah Ijaz, melihat hal itu Jasmine hanya memandangi pesawat sambil melambaikan tangannya ke arah pesawat.
Melihat pesawat sudah melewati dirinya, Jasmine kembali menaruh tangannya dan dengan nada lirih dan penuh kasih ia berkata "aku akan selalu menanti kamu Ijaz!."
Di dalam pesawat, terlihat Ijaz duduk di samping Ibunya dengan mata memandangi ke arah rumah rumah yang ada di bumi yang seakan terlihat seperti segerombolan semut namun tidak bergerak. Ia terlihat sedih dan terus memandangi rumah rumah itu seakan berat hati meninggalkan Jasmine sendiri.
"Jasmine, aku akan kembali!" ucap Ijaz dalam hatinya lalu tangan Ibunya memegangi bahu Ijaz. Ia kemudian mengajak Ijaz berpelukan dengan dirinya.
"Ayah dan Ibu melakukan ini demi kamu Sayang," ucap Ibu Ijaz sambil memeluk Ijaz dengan sangat erat.
"Iya Ma, tidak papa. Ijaz tidak masalah," jawab Ijaz lalu ia melepaskan pelukan Ibunya dengan perlahan dan kemudian tersenyum kepada Ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments