Merasa Bersalah

*****

Aku menggeliat saat merasakan sebuah tangan melingkari pinggangku. Dengan sedikit tak rela aku membuka kedua mata, yang sebenarnya masih sangat mengantuk. Baru kemudian membalikkan badan, dan menemukan Kenzo dengan kedua mata terpejamnya.

Tanpa sadar, aku tersenyum. Tangan kananku terulur untuk menyentuh pipinya dan mengelusnya perlahan. Membuat Kenzo menggeliat karena merasa terusik.

"Kapan nyampe?" bisikku lalu memindahkan tangan kananku ke pundaknya.

"Baru aja. 20 menit yang lalu mungkin." Kenzo mengedikkan bahunya dan kedua matanya masih terpejam. Kemudian kembali bersuara tanpa perlu repot-repot membuka matanya. "Sholat dulu sana! Aku mau tidur bentar." Tangan kanannya yang tadi merangkul pinggangku kini ia selipkan di antara kedua lututnya.

Aku mengangguk, "Dingin ya?" tanyaku saat mendapati tubuh Kenzo yang semakin meringkuk, khas orang dingin. "Perlu aku matiin AC-nya?"

Kenzo menggeleng, "Jangan! Nanti gerah."

"Ya udah, pake selimutnya kalo gitu."

Kenzo hanya mengangguk dan menjawab dengan gumanan. Sementara aku memutuskan untuk turun dari kasur.

Kulirik jam weker yang ada di meja rias dan sukses membuat kedua mataku membulat dengan sempurna.

20:49 WIB.

"Astaghfirullah! Ini udah malem?" seruku panik.

Kenzo menyipitkan matanya, karena terlalu males untuk membuka mata, "Lebay! Aku kan tadi bilangnya mau ke sini kalau udah malam, sayang. Kenapa gitu banget deh?" gerutunya kesal. Kemudian membalikkan badannya untuk mencari posisi nyaman.

"Bukan gitu, Ken, maksud aku kalo ini udah malem, itu artinya aku udah ngelewatin sholat azhar dan juga maghrib."

Kenzo langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku, setelah mendengar jawabanku. Kedua matanya melotot sambil berdecak.

"Kamu sampai sini emang belum masuk waktu Azhar?"

Aku meringis sembari menggaruk tengkukku. Sementara Kenzo mendengkus sebelum membanting kepalanya kembali di atas bantal.

"Udah sana, mandi! Terus sholat isya', minta ampun sama Allah karena udah melalaikan kewajiban-Nya."

Aku mengangguk disela ringisanku. Mengambil handuk dan juga piyama, baru kemudian berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Butuh waktu sekitar 20 menit, aku akhirnya menyelesaikan mandi dan menunaikan ibadah sholat isya'. Setelah itu aku kembali ke kamar dan menemukan Kenzo masih tertidur pulas di kasur.

Aku tersenyum sembari menggeleng, melihat tubuhnya yang meringkuk tanpa selimut.

"Ken, aku lapar. Kamu mau sesuatu?" tanyaku sembari duduk di tepi kasur.

Kenzo mengangguk, masih enggan untuk membuka matanya. "Bentar, 5 menit lagi. Kamu jangan masak atau order delivery. Aku yang masak, tapi nanti. Bentar lagi," ucapnya kemudian.

"Tapi kamu keliatan capek gitu. Biar aku aja ya?" tawarku yang tidak disetujuinya.

Kenzo langsung menggeleng. "Sabar, sayang. 5 menit lagi kok. Kamu laper banget emang?"

"Bukan gitu. Tapi--"

Kalimatku terhenti karena Kenzo yang tiba-tiba terbangun. "Udah. Mau makan apa?" tawarnya sembari menatapku lembut.

Aku tersenyum penuh haru dengan perhatian ini.

Ugh!

Gimana aku nggak tambah cinta deh, kalau punya pacar seperhatian ini.

"Ditanya malah senyam-senyum. Jawab, yang!"

"Kamu pengen banget masak, ya?" tanyaku memilih mengabaikan kalimatnya.

"Kalo ditanya itu dijawab, sayang. Bukan malah balik tanya," gerutunya sambil turun dari kasur. Berjalan keluar kamar, menuju dapur. Sementara aku hanya mengekor di belakangnya.

Dapurku bisa dibilang bercampur dengan ruang tamu. Sebenarnya aku tak begitu yakin untuk menyebutnya dapur. Karena di sana hanya ada meja untuk menaruh kompor dan juga rice cooker. Lemari gantung untuk menaruh piring, gelas dan peralatan dapurku yang tak seberapa. Wastafel untuk mencuci piring, dan kulkas untuk menaruh bahan makanan. Terdengar seperti dapur sungguhan sih memang, tapi entah kenapa di mataku tetap tak terlihat seperti dapur sungguhan. Karena kegunaannya yang tak banyak selain untuk mencuci piring dan memanaskan makanan. Ya, hanya itu. Bisa dibilang aku sangat jarang memasak. Pembatas ruang tamuku dan juga dapur hanya meja konter yang berjarak sekitar 4 meter. Sementara meja kerjaku tepat bersebelahan dengan kamar tidur.

"Kamu duduk aja di sana!" ucap Kenzo sembari menunjuk sofa.

Aku yang baru saja sampai di meja konter pun mengerutkan dahi bingung.

"Duduk di sana, sayang!" katanya sekali lagi.

Baiklah, kalau didengar dari nada bicaranya. Perintah Kenzo tak boleh dibantah. Maka dengan patuh, aku berbalik dan berjalan menuju sofa.

"Kalau butuh bantuan, bilang ya," kataku sembari menyalakan televisi, sedikit melongok ke arahnya yang sibuk mencari sesuatu di dalam lemari gantungku.

"Cari apaan?" tanyaku berniat menghampirinya.

"Panci. Dan udah ketemu," katanya sembari menunjukkan panci kecil yang aku sendiri tak menyadari pernah memilikinya.

Aku mengangguk paham, kembali mendudukkan pantatku di sofa saat Kenzo mengacungkan jempolnya. Pertanda jika ia tak membutuhkan bantuanku sama sekali.

Tak lama setelahnya, Kenzo memanggilku, mengintruksi jika masakannya sudah selesai. Dengan raut wajah bingung aku beranjak dari sofa menuju dapur.

"Kok cepet?" tanyaku heran.

Kupandangi wajah Kenzo yang kini sedang nyengir, menambah kerutan di dahiku.

"Tadi aku beli soto daging sama gorengan. Tinggal ngangetin doang," akunya dengan wajah cengengesannya.

Aku menahan nafas sejenak sebelum menggeleng tak habis pikir. Pantesan aja cepet.

"Astaga!" responku secara spontan.

Kenzo mendelik tak suka. "Astagfirullah!" koreksinya dengan wajah kesal.

"Hehe, iya, itu maksudnya," cengirku sebelum menyomot tempe mendoan dan langsung mengigitnya. "Astagfirullah."

"Cuci tangan dulu, sayang!"

Aku kembali nyengir saat mendapati pelototan tajam darinya. Dengan patuh, kuletakkan tempe mendoan itu kembali di atas piring, lalu bergerak menuju westafle dan mencuci tanganku di sana.

"Tanganku bersih tau, Ken. Kamu cerewet banget sih kayak Ibu," keluhku sembari mengelap tanganku menggunakan kain serbet bersih.

"Bersih apanya? Orang kamu abis pegang remote tv gitu," dumelnya seraya mengaduk-gaduk kuah sotonya. "Kurang pedes," lanjutnya setelah menyeruput kauh sotonya.

Aku melotot saat mendapati tangannya aktif menyendok sambal. Dengan gerakan gemas, kupukul lengannya.

"Udah. Itu kebanyakan. Kamu bisa sakit perut, Ken," omelku seraya merebut mangkuk kecil yang berisi sambal. Untuk dituangkan ke mangkukku. "Kamu beli sambal juga? Kok dapet banyak gini sambelnya?"

"Itu kamu juga kebanyakan!" protes Kenzo tak terima. Kembali merebut mangkuk berisi sambal. Mengabaikan pertanyaanku tadi.

Begini lah kegiatan kami saat lagi bersama. Lebih banyak dihabiskan dengan berebut. Mulai dari berebut sambal seperti sekarang ini, berebut makanan, berebut remote hingga berebut kamar mandi. Meski yang satu ini jarang ya, karena kami tidak tinggal bareng. Eh, belum maksudnya.

"Perut kamu kan nggak tahan pedes," gerutunya sembari menuangkan sambal ke dalam mangkuknya lagi.

Aku memang suka pedas sih, kayak Kenzo. Tapi untuk masalah perut, benar kata Kenzo kalau perutku tidak tahan pedas. Meski mulutku masih sanggup makan yang pedas-pedas, tapi perutku lebih sering memprotes jika aku makan terlalu pedas. Ya seperti orang Jawa bilang kapok lombok, kapok yang bikin ketagihan gitu.

"Malah ngelamun, abisin! Nanti keburu dingin. Aku susah-susah manasin loh."

"Astagfirullah!"

"Nah, gitu kan cantik," ujarnya sembari mengacungkan jempolnya. Kemudian mengalungkan lengannya di leherku dan memberikan kecupan di pelipisku.

"Bibir kamu berminyak, Ken!" amukku yang justru tak diabaikannya. Bahkan tanpa berdosa dia malah tertawa terbahak-bahak.

Ugh!

Menyebalkan.

****

Setelah perut kami kekenyangan, kami memutuskan untuk bersantai sembari menonton acara tv yang sebenarnya tidak benar-benar kami tonton. Karena sedari tadi kita malah sibuk ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas.

"Besok sibuk?"

Aku mengangkat kepalaku, "Kenapa?" tanyaku heran.

Tak biasanya Kenzo bertanya tentang kesibukanku. Karena biasanya ia selalu paham kalau aku memang sibuk. Masih dengan kerutan di dahi, aku menanti jawaban Kenzo.

"Mama ngundang kamu besok. Tapi kalo kamu sibuk datengnya malam aja, nggak masalah."

"Ada acara apaan emang? Pengajian rutinan?"

Kenzo menggeleng, "Bukan. Acara lamaran Kesha. Mama minta kamu bantu-bantu di sana, cuma kalo kamu-nya nggak sibuk. Kalau sibuk, ya nggak usah. Di sini aja, kerja. Biar cepet kekumpul duit buat resepsinya." Dengan tanpa dosanya, ia malah memainkan kedua alisnya naik turun.

Sementara aku memilih diam, karena tak tahu harus merespon bagaimana. Perasaan bersalah tiba-tiba menghampiriku. Kesha yang umurnya 5 tahun dari Kenzo saja sudah lamaran. Sedangkan Kenzo masih harus menunggu aku yang entah kapan siapnya untuk dilamar.

"Melamun?"

Aku tersentak dari lamunanku, kemudian menggeleng pelan, "Maaf," kataku kemudian.

Kenzo menaikkan kedua alisnya hingga membuat kerutan di dahinya. "For what?"

"Everything."

"Semuanya?" ulang Kenzo setengah menyindir.

Aku tersenyum kecut sembari mengangguk sebagai tanda jawaban.

"Kamu udah nggak cinta sama aku?"

"Eh, kok ngomongnya gitu?" protesku nggak terima. Enak banget dia main ngambil kesimpulan sendiri gitu.

"Iya, itu. Kamu pake minta maaf segala, bukannya dalam cinta itu nggak ada kata terima kasih dan maaf, ya? Kamu lho yang ngomong gitu. Udah lupa?"

Aku tersenyum kala mendapati wajah cemberut Kenzo yang diiringi dengkusan kecil. Kami memang sepakat tidak akan menggunakan kata maaf dan juga terima kasih selagi kami masih bersama. Yang kata Monik apa yang kita sepakati kami ini aneh dan tidak manusiawi.

"Oh, jadi bener udah nggak cinta?"

Aku makin terbahak melihat ekspresinya saat ini. Astaga, eh, astaghfirullah maksudnya. Kok gemes ya, jadi pengen nyium.

"Ck. Malah ketawa." Kenzo kembali berdecak.

"Sayang kamu," bisikku tepat di telinga kirinya. "Aku minta maaf karena belum bisa nerima lamaran kamu," lanjutku, merasa bersalah.

Kenzo langsung mencibir, "Minta maaf lagi. Lagian siapa juga yang mau lamar kamu."

"Astaghfirullah! Jahatnya," rajukku pura-pura ngambek.

Kini giliran Kenzo yang tertawa. Dengan gerakan gemas, ia mencubit kedua pipiku. Mengabaikan pekikanku karena cubitannya.

"Sayang kamu juga," bisiknya setelah mengecup bibirku sekilas. "Dengar baik-baik! Aku nggak masalah meski harus dilangkahi Kesha. Asal kamu tetap menjadi mempelai wanita untukku kelak. Aku juga nggak masalah meski kamu belum berkeinginkan menikah sekarang atau dalam waktu dekat. Asal kelak, kamu yang akan menjadi istri dan juga ibu dari anak-anakku. Selama kamu masih mau bareng aku sampai menua, aku nggak masalah gini-gini aja. Aku cinta kamu."

Aku merasakan bibirku basah saat bibir Kenzo menempel di bibirku. Dengan spontan, aku menutup kedua mataku saat bibir Kenzo mulai bergerak perlahan. Ciuman kami berlangsung tidak lama karena kami sama-sama mulai kehabisan nafas.

"Maaf," bisik Kenzo disela kekehannya.

Dengan gerakan sigap ia mengelap bibirku yang sedikit membengkak karena ulahnya.

"Nakal," geramku sembari mencubit pinggangnya. Kenzo mengaduh sebentar sebelum akhirnya kembali terkekeh.

"Hehe, khilaf, yang. Tapi untung nggak sampai keblabasan ya?"

"Ya, mana aku tahu orang kamu masih di sini. Bisa aja abis ini kamu gelap mata abis ini."

"Oh, kode 919. Diusir halus. Oke, aku pulang ya?"

Tanpa menunggu jawaban dariku, Kenzo langsung beranjak dari sofa. Membuatku ikut berdiri.

"Mau nganter?" tanyanya saat Kenzo menemukan aku berdiri di belakangnya.

Aku mengangguk.

"Ohya, jadi besok kamu bisa datang sebelum acara atau pas acara aja?"

"Sebelum aja, aku masih agak lowong kok. Kan masih dalam masa liburan, ceritanya."

"Oke. Besok aku jemput ya?"

Aku tersenyum sembari mengangguk mengiyakan.

"Pulang dulu, ya. Jangan kangen," kedip Kenzo genit sebelum mencium keningku dan masuk ke dalam mobilnya.

Aku mengangguk, "Udah sana pulang!" usirku setengah bercanda.

"Siap. Sana masuk, di luar dingin."

"Iya. Hati-hati!"

Tbc,

Terpopuler

Comments

Alea

Alea

baca novel ini karna liat di...di profil mom Shanti.
Di profil ya namanya?
atau apalah namanya🤔pokoknya intinya tau novel ini karena liat mom Shanti yg promosiin.
maciw mom Shanti

2023-11-05

1

Besse Angki

Besse Angki

thor klo mau mnggambarkan cerita pacaran seperti gaya pcran pada umumnya,,si cowok gk usah trllu di prlihatkn sisi religiusnya,,krn ini jg bkn novel bergenre religi .

2023-10-06

1

Siti Komariah

Siti Komariah

masyaAlloh...ini kenzo bikin aku saluuuuuttttt..semoga aqila ceept kebuka hatinya ya

2023-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 Gagal Liburan
2 Perasaan Lega
3 Merasa Bersalah
4 Bertemu Pria Menyebalkan
5 Adegan Memalukan
6 Kondangan
7 Kesal
8 Perasaan Aneh?
9 Kenapa Jadi Begini?
10 Pria Nyebelin Yang Sok Ganteng
11 Ada Apa Denganku?
12 Tragedi Memalukan
13 Hoho, Matilah Aku
14 Kejadian Tak Terduga
15 Ada Apa Dengannya?
16 Bimbang
17 Kehilangan Kewarasan
18 Resmi
19 Spesial Part (pov Kenzo)
20 Menikmati Status
21 Pulang Kampung
22 Diintrogasi Part 1
23 Diintrogasi Part 2
24 Nikahan Airin
25 Kembali ke Jogja
26 Kecewa
27 Mencari Kepastian
28 Pendekatan Ceritanya
29 Oo, Kami Ketahuan
30 Mantan Mau Nikah?
31 Reynand & Sikap Rewelnya
32 Bukan Pacar, Tapi Sejenis Pacar
33 Sebel Tapi Juga Cinta
34 Kondangan Ke Nikahan Mantan
35 Gara-gara Martabak
36 Happy Aqilla Day(Spesial Pov Reynand)
37 Lamaran(Masih Pov Reynand)
38 Reynand Rese Kalau Laper?
39 Pulang Ke Semarang
40 Jemput Ponakan
41 Gara-gara Es Krim
42 Terhalang Restu?
43 Quality Time With Bapak
44 Harap Bersabar! Ini Ujian
45 Lamaran Resmi
46 Kembali Ke Rutinitas
47 Drama Menuju Hari H
48 Drama Lanjutan
49 Cemburu??
50 Alhamdulillah, Sah!
51 Spesial Pov Reynand (again)
52 Arisha Hamil?
53 Tersinggung
54 Mencoba Menikmati Hidup
55 Merasa Dikhianati
56 Diskusi Itu Penting
57 Belum Terlalu Rela
58 Hah, Hamil?
59 Belum Tentu
60 Positif?????
61 Reynand & Sikap Berlebihannya
62 Semoga Kamu Baik-baik Saja, Sayang!
63 Berita Yang Tidak Ingin Kudenger
64 Pov Reynand
65 Mencoba Menerima Kenyataan
66 (Masih) Mencoba Belajar Menerima Kenyataan
67 (Spesial Pov Author)
68 promo cerita baru
69 cerita baru lagi
70 lagi lagi cerita baru
71 promo
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Gagal Liburan
2
Perasaan Lega
3
Merasa Bersalah
4
Bertemu Pria Menyebalkan
5
Adegan Memalukan
6
Kondangan
7
Kesal
8
Perasaan Aneh?
9
Kenapa Jadi Begini?
10
Pria Nyebelin Yang Sok Ganteng
11
Ada Apa Denganku?
12
Tragedi Memalukan
13
Hoho, Matilah Aku
14
Kejadian Tak Terduga
15
Ada Apa Dengannya?
16
Bimbang
17
Kehilangan Kewarasan
18
Resmi
19
Spesial Part (pov Kenzo)
20
Menikmati Status
21
Pulang Kampung
22
Diintrogasi Part 1
23
Diintrogasi Part 2
24
Nikahan Airin
25
Kembali ke Jogja
26
Kecewa
27
Mencari Kepastian
28
Pendekatan Ceritanya
29
Oo, Kami Ketahuan
30
Mantan Mau Nikah?
31
Reynand & Sikap Rewelnya
32
Bukan Pacar, Tapi Sejenis Pacar
33
Sebel Tapi Juga Cinta
34
Kondangan Ke Nikahan Mantan
35
Gara-gara Martabak
36
Happy Aqilla Day(Spesial Pov Reynand)
37
Lamaran(Masih Pov Reynand)
38
Reynand Rese Kalau Laper?
39
Pulang Ke Semarang
40
Jemput Ponakan
41
Gara-gara Es Krim
42
Terhalang Restu?
43
Quality Time With Bapak
44
Harap Bersabar! Ini Ujian
45
Lamaran Resmi
46
Kembali Ke Rutinitas
47
Drama Menuju Hari H
48
Drama Lanjutan
49
Cemburu??
50
Alhamdulillah, Sah!
51
Spesial Pov Reynand (again)
52
Arisha Hamil?
53
Tersinggung
54
Mencoba Menikmati Hidup
55
Merasa Dikhianati
56
Diskusi Itu Penting
57
Belum Terlalu Rela
58
Hah, Hamil?
59
Belum Tentu
60
Positif?????
61
Reynand & Sikap Berlebihannya
62
Semoga Kamu Baik-baik Saja, Sayang!
63
Berita Yang Tidak Ingin Kudenger
64
Pov Reynand
65
Mencoba Menerima Kenyataan
66
(Masih) Mencoba Belajar Menerima Kenyataan
67
(Spesial Pov Author)
68
promo cerita baru
69
cerita baru lagi
70
lagi lagi cerita baru
71
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!