Jodoh Terakhir
Dua tahun kemudian ....
🎶
Tak kan lagi belai lembut tubuhmu
Tak kan lagi sentuhan bibir manismu
Tak kan lagi satu di dalam dirimu
Kumerindumu ...
Sebuah reff lagu yang membuat Aska tersenyum perih. Dia tengah menikmati suasana sore di sebuah kafe milik kakak iparnya, Radit. Dia senang duduk di pinggiran jendela dengan menatap ke arah luar kaca. Bisa melihat pemandangan langit sore yang sangat indah menurutnya.
Pemandangan sore hari ini membuat dadanya terasa nyeri. Perlahan awan itu berubah warna menjadi Jingga. Aska tersenyum dengan rasa sakit yang masih membekas di dada. Mengingatkan dia akan seseorang yang berada jauh di sana. Dia pun tidak tahu wanita itu sedang apa dan dengan siapa. Apa dia bahagia? Aska mencoba untuk tidak mencari tahu. Semakin dia mencari tahu, semakin hatinya bertambah pilu.
Setelah perpisahannya dengan wanita yang dia sayangi di Bandara Changi, Singapura. Ada seseorang yang sangat tidak ingin dia temui memanggil nama wanita itu. Seketika hatinya yang sudah mencair, kembali membeku. Hangatnya kecupan mesra wanita yang terlihat lebih chubby itu berubah menjadi duri yang menancap ke dalam daging. Aska hanya tersenyum tipis ke arah dua orang yang berada di depannya.
"Terima kasih, atas luka yang sudah kalian torehkan."
Hembusan napas kasar keluar dari mulut Aska jika dia teringat akan kejadian itu. Kejadian yang seperti sudah diatur sedemikian rupa dan bertujuan hanya untuk menyakitinya saja.
Semenjak hari itu, Aska memutuskan untuk tidak mengharapkannya lagi. Dia ingin memulai hidup baru dan melupakan apa yang sudah dua orang itu torehkan. Cinta yang Aska miliki untuk wanita tersebut perlahan akan Aska kubur. Dia tahu itu sangat sulit dan pasti membutuhkan proses yang lama.
"Pada nyatanya aku masih belum bisa melupakan kamu," gumamnya sangat perih.
Selama dua tahun ini Aska mencoba mati-matian untuk mengikhlaskan sekaligus melupakan sosok tersebut. Rela menyimpan rasa sakit, perih seorang diri tanpa berbicara kepada siapapun. Terus mencoba baik-baik saja walaupun hatinya menangis sangat keras. Dia juga tidak menyangka bahwa cintanya akan sebesar ini kepada wanita tersebut.
Sebenarnya, keluarga Aska sudah sering mempertemukan Aska dengan wanita-wanita cantik dan juga pintar. Namun, Aska selalu mengatakan bahwa dia bisa mencari calon istri juga calon ibu untuk anak-anaknya sendiri. Akhirnya, keluarganya pun menyerah karena Aska sungguh manusia keras kepala.
Malam pun menjemput, dia kembali ke rumah besar milik sang kakek. Sebelum masuk kamar miliknya, dia selalu membiasakan diri untuk melihat kamar kakek Genta. Dia diberi amanah untuk menjaga sang kakek karena ayahnya jarang ke Aussie. Harus mengurus perusahaan di Indonesia juga negara lain.
Bibirnya melengkung dengan sempurna ketika pintu kamar sudah bisa dia buka. Dia melihat sang kakek tengah bersandar di kepala ranjang dengan memegang sesuatu.
"Belum tidur, Kek."
Suara Aska membuat kakek Genta yang tengah memandangi sebuah figura menoleh. Wajah penuh dengan kerutan itupun tersenyum ke arah Aska. Kulit tangan yang sudah melinting menepuk pinggiran tempat tidur. Aska yang mengerti akan kode tersebut, segera menghampiri kakeknya.
"Ini!" Sebuah figura kakek Genta berikan kepada Aska yang sudah duduk di tepian tempat tidur. Hatinya mencelos ketika melihat foto siapa yang tengah kakeknya pandangi.
"Kakakmu sudah bahagia," ucapnya pelan. "Abang kamu juga sudah dipersatukan dengan Riana." Kakek Genta menjeda ucapannya dan kini menoleh ke arah Aska. "Kamu kapan bahagia?"
Aska pun terdiam, padahal sang kakek memandangi foto keluarga kecilnya yang terdiri dari kakek Genta, nenek Gina, daddy Gio dan juga tante Gia. Namun, arah pembicaraannya malah di luar foto tersebut dan sangat tidak Aska duga.
"Kakek ini sudah tua, Dek. Kakek ingin istirahat dengan tenang. Kakek ingin berkumpul dengan nenek juga Tante kamu."
Aska menggeleng pelan dan segera memeluk tubuh renta kakeknya. Tidak pernah Aska sedekat ini, tetapi akhir-akhir ini ucapan kakeknya selalu membuat dirinya melow. Seolah dia akan kehilangan seorang panutan dalam hidupnya selain sang ayah.
"Tetap kumpul bersama kami di sini, Kek. Adek masih membutuhkan Kakek. Kakak, Abang juga Daddy pun masih sangat membutuhkan Kakek."
Kakek Genta tersenyum dan mengusap lembut pundak cucu bungsunya. Dia merasakan kehangatan yang luar biasa. Cucunya yang dulu tidak pernah dekat dengannya, kini malah sebaliknya. Semenjak dua tahun tinggal bersama Aska, dia merasa hidupnya penuh kebahagiaan dan keceriaan karena Aska yang menularkan itu kepadanya. Sekarang, Kakek Genta merasa hidupnya sudah sangat sempurna karena ketiga cucunya selalu memberikan kehangatan.
"Saksikan Adek ketika mengucapkan ijab kabul."
Kalimat spontan yang keluar dari mulut Aska membuat kakek Genta tersenyum bahagia. Dia pun merasa tugasnya belum selesai, yaitu tinggal menyaksikan sang cucu bungsu meminang wanita yang dia cinta.
.
Ghattan Askara Wiguna menjelma menjadi seorang pengusaha muda yang disegani para kolega. Kecerdasan juga ketrampilannya membuat semua orang bangga. Apalagi sikap Aska yang selalu ramah kepada semua orang membuat semua orang merasa nyaman bersamanya.
Aska hanya dapat tersenyum pahit ketika melihat pengusaha seusia dengannya sudah memamerkan istri juga anak yang lucu. Ada rasa iri yang dia alami, tetapi dia juga harus sadar diri. Dia belum dipertemukan dengan jodoh yang tepat.
Sepulang kerja, Aska selalu menghabiskan waktu di kafe bernama Moeda cafe milik sang Abang ipar. Dia senang menghabiskan waktu sorenya di sana. Menatap senja seolah flashback ke belakang. Di mana pertama kali dia mencium Jingga di bawah langit senja dengan diiringi suara deburan ombak. Bibirnya melengkung dengan sempurna jika mengingat hal itu. Seketika senyum itu pudar ketika satu kejadian mulai berputar di kepala.
"Bang As, jangan pergi"
Seruan wanita yang dia cintai terdengar jelas ketika langkahnya mulai menjauh. Namun, ketika dia menoleh, sahabat bang satnya sudah mencekal tangan wanita tersebut. Pemberontakan wanita yang dia cintai membuat sahabatnya segera memeluk tubuh wanita itu. Hanya sebuah senyuman yang menyakitkan yang dia berikan kepada dua makhluk di hadapannya.
"Kini, aku sudah tidak berharap lagi kamu adalah jodohku."
Aska memejamkan matanya sejenak dengan hembusan napas kasar yang keluar dari mulutnya. Perih dan sakitnya masih terasa sampai sekarang. Efeknya sangat luar biasa. Ketika Ken mengatakan bahwa Bian menyelenggarakan pesta resepsi besar-besaran pun Aska tidak peduli. Dia tidak ingin tahu perihal pria itu. Sahabat bang satnya itu sudah masuk ke dalam nama hitam dalam kehidupan Askara. Dulu sahabat, tetapi malah berubah menjadi pria bejat.
Aska mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dia menatap wallpaper yang masih sama seperti dua tahun lalu. Foto dirinya yang tengah mencium mesra bibir Jingga di bawah langit senja.
"Apa kamu masih secantik ini?" Tangannya mengusap lembut foto yang terpampang nyata tersebut. Namun, seketika dia tersenyum di mana seseorang menghubunginya.
"Antel, tapan Puyang?"
...****************...
Jangan lupa tekan ikon ❤️ biar masuk ke dalam rak buku favorit kalian. Terimakasih yang mau ikutin cerita haluan aku ini. Maaf, ya kalo kalian bosan.
Jangan lupa komen, biar aku ada energi buat lanjutin kisah Bang As.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Sugeng Yestiwi
pasti si mpin
2022-05-15
0
Wulan Dary
mampir
2022-05-02
0
Ilham Risa
mampir yuk kak ke novel aku yang berjudul "suamiku posesif berlebihan" makasih kak🙏
2022-03-10
0