"Suara itu ...."
Aska masih fokus pada sambungan telepon. Tak menghiraukan suara itu. Ketika panggilan selesai, Aska memasukkan ponselnya dan menoleh ke arah belakang. Matanya bertemu dengan manik mata yang sangat dia rindukan. Tubuhnya tiba-tiba menegang. Sama halnya dengan wanita yang sedang menuruni anak tangga panggung. Langkahnya terhenti, dan mata cantiknya nanar.
Mereka sama-sama menuangkan rasa rindu yang menggebu. Walaupun tubuh mereka membeku.
"Pak Aska."
Suara seseorang membuat Aska tersadar. Dia segera menoleh karena dia sangat hafal dengan suara itu. Dadanya berdegup sangat cepat ketika melihat orang kepercayaan sang kakek datang dengan wajah sendu.
"Tuan besar." Dia tidak mampu meneruskan ucapannya. Namun, mata Aska memerintahka untuk berbicara lagi. "Tuan besar dilarikan ke rumah sakit dan sekarang masuk ruang ICU."
Mata Aska melebar dan dengan langkah panjang dia menjauhi acara itu tanpa menoleh sedikit pun. Wanita yang berada di undakan anak tangga terakhir harus menelan pil pahit dan tak terasa bulir bening menetes membasahi pipinya.
"Apa sebenci itu kamu kepadaku?" batinnya.
Wanita itu segera berlari meninggalkan acaranya tersebut. Dia memilih mengejar Askara untuk menjelaskan semuanya dan mengatakan bahwa dia masih menyayangi Aska sampai saat ini.
Dia terus berlari dan memilih untuk melepas heels yang dia kenakan. Namun, langkahnya terlambat. Pria yang masih dia cintai sudah masuk ke dalam mobil.
"Bang As!"
Mobil itu melaju cukup kencang sehingga orang yang berada di dalamnya tidak mendengar panggilan tersebut.
Aska terus menyandarkan punggungnya di jok mobil. Perasaannya sudah tak karuhan.
"Sudah hubungi Daddy dan Abang?" tanya Aska kepada orang kepercayaan kakeknya.
"Sudah, Pak. Tuan Gio, Pak Aksa dan Bu Echa akan segera terbang ke sini."
Ucapan sang kakek masih terngiang-ngiang di kepalanya. Di mana beliau mengatakan bahwa ingin istirahat dengan tenang bersama sang nenek dan juga sang Tante.
"Bertahanlah, Kek. Adek masih sangat membutuhkan Kakek."
Seketika Aska lupa akan apa yang dia lihat di acara tadi. Pikirannya hanya terfokus pada sang kakek. Ini bukan kali pertama kakeknya masuk ruang ICU. Namun, tetap saja mereka semua akan panik karena kakek Genta adalah orang yang sangat mereka sayangi.
Tibanya di rumah sakit, Aska segera ke ruang ICU. Dia memakai baju yang khusus untuk masuk ke ruang ICU. Ketika Aska membuka pintu hatinya sangat pilu ketika melihat tubuh kakeknya yang sudah tak berdaya. Semua alat medis terpasang di tubuh renta sang kakek.
"Kondisi Tuan Genta kini kritis."
Aska hanya dapat menggenggam tangan sang kakek. Meletakkannya di pipinya. "Kakek pasti bisa sembuh." Suara Aska terdengar sangat pilu. Orang kepercayaan sang kakek hanya dapat menunduk dalam mendengar ucapan dari Askara.
"Setelah Pak Aska pergi, Tuan meminta saya untuk ke kamarnya karena dia mengeluh dadanya sakit. Ketika saya ke kamar beliau ... beliau sudah tergeletak di lantai."
Sakit sekali Aska mendengarnya. Dia tengah membayangkan bagaimana jika tidak ada dia di negeri ini. Kakeknya akan lebih menderita karena tidak ada yang menjaga. Bukannya anak dan cucunya tidak ingin mengurus pria yang sudah renta tersebut. Kakek Genta sendiri yang meminta untuk tidak merepotkan putra juga cucu-cucunya. Dia ingin menghabiskan waktu tuanya dengan kesendirian dan ketenangan.
Keluarga Aska terus menghubunginya. Aska menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Dia tidak ingin berbohong. Bukan hanya dia yang merasa sedih. Keluarganya yang ada di Jakarta pun sangat terpukul mendengar keadaan kakek Genta.
"Sebentar lagi Daddy akan terbang ke sana."
Mereka rela meninggalkan pekerjaan mereka demi kakek Genta. Kerugian yang mereka terima tak mereka permasalahkan.
Dua jam sudah Aska tak beranjak di samping tubuh kakeknya yang terbaring. Tangannya pun masih menggenggam tangan kakek Genta.
"Bangun, Kek." Suara lirih Aska kembali keluar. "Kakek belum jadi saksi atas ijab kabul yang akan Adek ucapkan."
Aska benar-benar sangat takut. Dia merasa sangat sedih jikalau Tuhan mengambil kakeknya sebelum dia menikah. Dia ingin seperti kedua kakaknya yang ditemani oleh sang kakek ketika menikah.
"Pak, makan dulu." Aska menolaknya. Dia memilih untuk tetap berhdiam diri di samping sang kakek.
Aska berpikir jika bukan dia yang menemani sang kakek siapa lagi. Menunggu keluarganya yang akan terbang ke Melbourne membutuhkan waktu lebih dari sepuluh jam.
Setiap jam dokter khusus datang untuk memeriksa kondisi kakek Genta. Namun, mereka hanya menghembuskan napas kasar setelah memeriksa tubuh kakek Genta.
"Tidak ada kemajuan." Pernyataan itu yang membuat hati Aska tidak baik-baik saja. Apalagi, dia harus memberikan laporan kepada keluarganya setiap satu jam sekali. Apa yang dikatakan dokter harus dia sampaikan kepada keluarganya.
.
Di sebuah kamar hotel seorang wanita tengah membenamkan wajahnya di atas lutut. Air matanya tak henti menetes. Dia sangat merindukan pria tadi. Namun, pria itu seakan terus menghindar darinya.
"Apa sebenci itu kamu sama aku, Bang As."
Cincin yang Aska berikan kepadanya pun masih dia simpan dengan baik. Selalu dia gunakan sebagai liontin kalung yang terus menempel di lehernya.
Tangannya meraih cincin yang menggantung di lehernya. Dia tersenyum perih dan penyesalan kini memutari kepalanya.
"Kenapa penyesalan selalu datang belakangan?"
Dia pun membenamkan wajahnya lagi. Dia masih teringat akan kontak mata yang dia dan Aska lakukan. Sorot mata mereka berdua menandakan mereka memang sama-sama terluka.
"Aku belum bahagia, Bunda."
.
Ketika siang menjelang keluarga Aska datang dan segera masuk ke ruang ICU secara bergantian. Aksa menepuk pundak sang adik agar dia beristirahat.
"Anak gua di luar. Jagain gih." Aksa tahu adiknya ini tengah sedih. Gavin akan menjadi pelipur lara bagi adiknya itu. Benar saja, anggukan cepat Aska berikan.
"Antel!"
Bocah berusia dua tahun itu berlari ke arah sang paman yang wajahnya mirip dengan sang ayah. Aska segera memeluk tubuh Gavin dan menggendongnya.
"Lu masuk aja gih, Ri," ujar Aska. "Biar bocah tampan ini gua yang jagain." Riana pun tersenyum. Sebelum dia masuk, dia berpamitan dulu kepada putranya yang sangat posesif itu.
"Danan melta-meltaan tama Daddy."
(Jangan mesra-mesraan sama Daddy)
Riana hanya tertawa dan mengusap lembut rambut hitam putranya. "Iya. Mommy masuk dulu, ya." Gavin yang berada digendongan Aska pun mengangguk.
"Antel, lapal."
Aska pun tertawa dan dia membawa Gavin ke kantin rumah sakit. Dia membiarkan Gavin memilih apa yang dia mau.
"Kakak kembar tiga di mana?" tanya Aska kepada sang keponakan.
"Lumah tate Enta." Bocah itu berbicara sambil menyedot susu kotak. Keponakan Aska yang tiga itu sudah besar. Mereka jarang mau ikut jika kedua orang tuanya pergi.
Aska menatap keponakannya yang tengah makan roti juga susu. Bibirnya melengkung dengan sempurna memperhatikan ketampanan sang keponakan.
"Napa tenum-tenum?" tanya Gavin sambil menyedot susu kotak yang hampir habis.
"Empin ganteng." Wajah bocah dua tahun itu pun bersemu merah membuat Aska semakin tergelak.
Namun, senyumnya seketika hilang ketika dia teringat akan apa yang telah dia lihat semalam.
"Empin," panggil Aska.
"Em."
Aska mengeluarkan ponselnya. Menunjukkan sebuah foto kepada bocah dua tahun itu. Gavin memeprhatikan foto itu dengan mulut yang terus mengunyah.
"Anteu Dinda."
"Jingga, Empin," ralat Aska seraya mengejek keponakannya.
"Atu matih tadel, Antel." Bocah dua tahun itu sudah berkacak pinggang membuat Aska tertawa.
"Iya, maaf."
"Da atu maapin."
Lagi-lagi Aska tertawa. Dia mengusap lembut rambut sang keponakan. Bocah itu benar-benar menjadi pelipur lara untuknya.
"Tenapa Tama anteu itu?" tanya Gavin sambil meminta susu kotak lagi. Aska membolehkannya dan membuat anak dari abangnya itu gembira.
"Uncle bertemu dia semalam."
Gavin menatap wajah pamannya dengan sedotan susu yang sudah berada di mulutnya.
"Uncle rindu dia. Uncle belum bisa lupakan dia." Benar saja, bocah dua tahun ini menjadi tempat curhat seorang Askara.
"Telus?"
Aska menjawab dengan helaan napas kasar. Dia malah menyandarkan tubuhnya di kepala kursi.Gavin menyedot susu di tangannya itu. Kemudian, dia berbicara.
"Danan ambil milit olang lain. Antel tama ada taya pentuli."
(Jangan ambil milik orang lain. Uncle sama aja kayak pencuri)
...****************...
Komen dong ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Yus Nita
yah.. klu di depan nama ny pendaftaran atuh neng 😁😁😁
2024-10-22
0
Wiendhiet
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ
2022-02-19
0
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-02-18
0