"Antel, tapan puyang?"
Suara cadel anak kecil yang baru saja menghubunginya selalu menjadi pelipur lara untuk Askara. Semenjak keponakannya bisa berbicara, dialah yang akan menjadi teman curhat seorang Ghattan Askara Wiguna.
"Daddy natal, antel. Daddy telalu lebut Mommy dali atu."
Laporan yang selalu sama setiap kali Gavin Agha Wiguna menghubunginya. Askara pasti tahu apa yang tengah terjadi di antara abangnya dengan keponakannya. Gavin paling tidak suka melihat ibunya memiliki tanda merah di leher juga ayahnya yang selalu mencium bibir ibunya di hadapannya.
"Gak tahu, Empin. Kalau Uncle pulang pasti Empin yang pertama kali Uncle hubungin."
"Benel ya."
"Iya, tapi Empin jangan nakal. Jangan rebutan Mommy terus. Kasihan Mommy-nya."
"Daddy-nya yan natal antel. Butan atu."
Aska pasti akan tertawa jika keponakannya ini mulai keras kepala. Balita tampan itu menjadi boneka penghibur baginya. Jika, mendengar suaranya atau melihat wajah Gavin rasa lelah dan sedih Aska menguap begitu saja.
"Dasar," gumam Aska seraya tersenyum bahagia, setelah sambungan telepon itu berakhir.
.
Tibanya di rumah, dahi Aska mengkerut ketika melihat sang kakek masih berada di ruang keluarga.
"Kakek belum tidur?" Hanya seulas senyum yang kakek Genta berikan.
"Apa Kakek boleh minta tolong sesuatu kepada kamu?" Aska menukikkan kedua alisnya. Rasanya aneh ketika mendengar ucapan tak biasa dari sang kakek.
"Kenapa kamu diam?" Kakek Genta menegur Aska yang tidak menjawab pertanyaannya.
Aska pun tersenyum tipis dan berucap, "mau minta bantuan apa, Kek? Kenapa Kakek seakan sungkan?"
Hembusan napas berat keluar dari mulut pria senja itu. "Sini! Duduk di samping Kakek." Tangannya menepuk sofa kosong di samping dia terduduk.
Aska mengikuti saja apa kemauan sang kakek karena sudah tugasnya berbakti kepada kakeknya. Orang yang menjadi ayah kedua untuknya. Pria yang mengajarkan banyak hal kepada dirinya.
"Besok malam, datanglah ke acara ini." Kakek Genta menunjukkan sebuah undangan. Aska meraih undangan tersebut dengan dahi yang mengkerut.
"JA Jewellery," sebutnya.
"Mereka mengadakan grand opening di sana, tapi Kakek tidak bisa hadir. Badan Kakek seolah tidak kuat berjalan jauh," keluh kakek Genta.
"Apa Kakek menanam saham di toko perhiasan ini?" Kakek Genta hanya tersenyum. Kemudian, dia menepuk pundak Aska. "Antar Kakek ke kamar." Tidak ada jawaban dari sang kakek membuat Aska menggelengkan kepala.
Direbahkannya tubuh Genta Wiguna. Ditariknya selimut untuk menutupi sebagian tubuh kakek Genta. "Jangan lupa datang ke acara itu. Mereka sangat membutuhkan kehadiran kita." Aska hanya mengangguk dan pamit untuk kembali ke kamarnya.
"Dress code-nya hitam." Ucapan tambahan dari kakek Genta Wiguna membuat langkah Aska terhenti. Menoleh ke arah belakang yang disambut senyuman hangat oleh sang kakek.
"Iya, Kek."
Sudah biasa Aska akan menggantikan Genta Wiguna jika ada acara seperti ini. Aska tidak akan pernah menolak karena dia ingin berbakti kepada kakeknya.
.
Setelah pulang dari kantor, biasanya Aska yang akan menikmati waktu sore di moeda cafe. Namun, kali ini dia harus segera pulang karena akan pergi ke sebuah acara.
"Hitam," gumamnya.
Aska mencari baju yang serba warna hitam dan segera mengenakannya. Kemeja hitam dibalut dengan jas hitam, celana bahan hitam juga sepatu pantofel yang sangat mengkilat. Aska terlihat gagah dan juga berkharisma.
"Makan dulu, Dek." Suara sang kakek menghentikan langkahnya. Dia menghampiri kakeknya dan duduk sebentar menemani kakeknya makan malam. Setelah kakeknya selesai, barulah Aska pergi.
Di sebuah tempat nan mewah grand opening itu diadakan. Aska hanya tersenyum kecil ketika tempat itu didominasi oleh wanita.
"Ini Kakek mau ngejebak atau apa?" gumamnya.
Aksa hanya menghela napas berat dan lebih baik dia mengambil minum yang ada di pojokan sana. Sebenarnya, Aksa tidak suka keramaian. Namun, sekarang dia sudah terbiasa akan hal ini.
Banyak para wanita cantik yang mendekat, tetapi Aska tetaplah Aska. Ramah kepada semua orang dan tidak ingin bersentuhan dengan sembarangan orang.
"Permisi, Pak." Seorang wanita yang memakai pakaian hitam selutut menyapanya dengan sopan. "Apa Bapak perwakilan dari Tuan Genta Wiguna?" Aska hanya menganggukkan kepalanya dengan sopan.
"Ikut saya, Pak." Perempuan itu membawa Aska ke tempat di mana tamu VVIP berada. Aska sudah menyangka bahwa kakeknya memiliki peranan penting di sini.
Aska duduk di meja yang masih kosong, dia membuka kancing jasnya sebelum duduk. Dia melihat ke arah kiri dan kanan, tak ada satu pun orang yang dia kenal. Aska memilih untuk duduk manis di sana mengikuti rangkaian acara yang ada.
.
Di balik acara tersebut, seseorang terus merapihkan penampilannya dan melihat wajahnya di cermin besar.
"Sudah cantik, Nak."
Wanita itu tersenyum ke arah pria paruh baya yang masih sangat tampan. Dia memeluk tubuh ayahnya dengan sangat erat.
"Kamu wanita hebat. Maafkan Ayah, dulu telah menelantarkan kamu."
Senyum perih wanita itu berikan kepada sang ayah. Dia sudah tidak ingin mengingat masa lalu. Semenjak pertemuan mereka di Bandara Changi, ayahnya terus meminta ampun kepada wanita tersebut hingga ada satu kejadian di mana hatinya luluh.
"Aku sudah melupakannya, Ayah. Aku ingin membuat Bunda bahagia di surga sana."
Kalimat yang sangat menyentuh. Bagaimanapun pria di hadapannya itu adalah ayah kandungnya. Tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka berdua dan juga tidak ada yang bisa menghapus status mereka berdua. Berdamai dengan rasa sakit itu amatlah sulit, tetapi wanita itu mampu berdamai dengan segala rasa sakit yang pernah ayahnya torehkan. Satu hal yang tidak bisa dia lupakan. Satu pria yang Sampai saat ini masih tinggal di hatinya. Pria yang entah sekarang berada di mana.
Dua tahun sudah mereka berpisah, tetapi tak membuat dia lupa akan pria tersebut. Pria yang menjadi cinta pertamanya dan berharap akan menjadi cinta terakhirnya.
"Nona, sekarang sudah waktunya Anda keluar dan memperkenalkan produk Anda kepada khalayak umum."
Wanita itu pun menarik napas terlebih dahulu karena sangat gugup. Tidak dia sangka, hidupnya yang dulu penuh derita kini sedikit demi sedikit menemukan bahagia. Wanita itupun menggandeng tangan ayahnya mengikuti langkah panitia acara.
Tepuk tangan yang gemuruh terdengar apalagi yang datang di acara grand opening ini bukanlah dari kalangan sembarangan. Semuanya adalah pengusaha besar.
"Welcome to Miss JA."
Suara pembawa acara menyambut sang pemilik sekaligus perancang JA jewellery. Seulas senyum pun dia berikan kepada semua tamu undangan. Namun, senyumnya memudar ketika melihat seorang pria berjas hitam membelakangi meja tak jauh dari tempatnya dengan gawai yang menempel di telinga.
Hatinya berdegup sangat cepat, dia merasa tak asing dengan tubuh pria itu. "Apa itu dia?" tutur batinnya.
Melihat putrinya terus menatap lurus ke depan, ayah dari Miss JA mengusap lembut punggung tangan putrinya hingga dia pun terlonjak dan menatap ke arah sang ayah dengan senyuman terpaksa.
"Jangan melamun. Sekarang saatnya perkenalkan diri kamu." Wanita itu pun mengangguk dan meraih microphone yang diberikan oleh pembawa acara tersebut.
"Good evening everybody."
Pria yang tengah sibuk berbicara via sambungan telepon dan membelakangi panggung pun terdiam mendengar suara lembut yang tak asing baginya. Hatinya berdetak tak karuhan.
"Suara itu ...."
...****************...
Komen dong ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
guntur 1609
JA
jingga ardhinata
2023-09-06
0
guntur 1609
berqti jingga sdh memaafkan eki. mudah2anbeki tulus. bukan jarna ada maksud lain
2023-09-06
0
mamah cantikk
si Bian naik ranjang ya thor jdnya sm kknya Jingga 🤭
2022-08-08
0