Terpaksa Menikahi Putri Mafia
Hujan mengguyur lebat bumi Pertiwi. Awan hitam pekat dan tebal menyelimuti seluruh langit kota. Petir menyambar saling sahut-menyahut seakan tidak pernah mau berhenti. Seorang gadis tampak berdiri di sebuah pos satpam sambil bersedekap dada.
"Tumben Nona belum dijemput? Biasanya jam segini sopir Nona sudah standby di depan kampus." Pak satpam mengurai keheningan diantara keduanya. Sedari tadi hanya suara hujan, petir dan angin kencang yang mendominasi ruangan tersebut.
"Tidak tahu Pak, mungkin karena cuaca buruk sehingga pak sopir menunda penjemputan nya," ujar gadis bermanik cokelat dan berambut lurus sebahu itu. Chexil tampak cantik dengan setelan kemeja biru dan rok hitam bergaris biru selutut.
"Mengapa tidak dihubungi saja? Masa sih dia tidak khawatir dengan anak majikannya?"
"Sudah Pak tapi sepertinya cuaca buruk berdampak pada semua jaringan sehingga tidak ada satupun ponsel keluarga atau pak sopir yang bisa dihubungi."
"Oh begitu ya? Kalau begitu Nona harus sedikit bersabar, mungkin sebentar lagi sopir Nona datang dan saya berharap badai ini segera berakhir."
"Iya Pak semoga saja."
"Pak! Pak satpam!" Seorang lelaki muda dan tampan berjalan ke arah satpam dengan payung di tangannya.
"Ia Tan, ada apa?" Pak satpam memang suka memanggil Nathan dan Tristan Tan Tan apabila mereka berdua terlihat berjalan bersama. Namun sayang keduanya jarang bersama karena memiliki teman masing-masing. Apalagi jurusan yang mereka ambil di perkuliahan ini berbeda dan ruangan kelas mereka letaknya berlawanan.
Nathan lebih suka bergaul dengan teman-temannya yang suka menantang Adrenalin sedangkan Tristan lebih suka bergaul dengan teman-teman yang santai.
"Bapak dipanggil Pak Dekan!"
"Oke saya ke sana dulu tapi tolong jagain nih pos ya sebentar, takutnya ada tamu atau maling yang menyusup ke kampus." Pak satpam terkekeh.
"Mana mungkin ada tamu hujan-hujan begini sih Pak?Mending tidur aja deh daripada bertamu."
"Kali aja Tan ada kepentingan mendesak."
"Maling kayaknya juga takut mati deh Pak. Tidak akan mau menerjang badai seperti ini." Chexil menimpali sambil tersenyum.
"Bisa aja sih Non, kalau perut lapar apapun bisa dilakukan Non." Pak satpam tertawa kecil sambil meraih payung yang Nathan bawa tadi lalu melenggang pergi.
"Iya juga sih Pak," jawab Chexil sambil tersenyum membuat Nathan yang kebetulan menoleh melihat senyum manis yang tertoreh di bibir gadis tersebut.
Nathan pun ikut tersenyum dan mengangguk sopan pada gadis tersebut sebagai ganti sapaan. Chexil pun menjawab dengan anggukan.
Hujan semakin bertambah deras dan angin kencang merobohkan beberapa bangunan dan menumbangkan pohon-pohon. Akses jalan sulit dilewati karena ada sebagian pohon yang bahkan tumbang melintang di tengah jalan.
Sialnya, sopir yang ditugaskan untuk menjemput Chexil harus menghadapi itu. Dia berusaha menyingkirkan pohon-pohon di jalanan agar mobilnya bisa lewat. Sesama sopir yang melintas saling membantu, menggotong pohon yang tumbang ke pinggir jalan agar mobil mereka bisa melintasi jalanan.
Di dalam pos satpam tubuh Chexil sudah tampak menggigil. Kemeja pendek dan rok selutut yang dia pakai tidak mendukung dengan cuaca. Sesekali dia mengusap-usap lengannya untuk sedikit menghilangkan kedinginan. Dinginnya hujan plus angin kencang serasa membuat tubuhnya seperti membeku.
Nathan yang melihat tubuh gadis itu tampak bergetar menahan hawa dingin, segera melepaskan jaket yang dipakainya dan menghampiri gadis itu yang masih tetap saja berdiri sedari tadi.
Dia kemudian memasangkan jaket ke tubuh Chexil dari belakang. Chexil menoleh dan membenarkan letak jaketnya. "Terima kasih," ucapnya.
Nathan hanya mengangguk tanpa bicara satu patah kata pun.
Hening tidak ada yang bicara, hanya suara angin dan petir yang terus menggelegar.
"Duduklah!" Setelah sekian lama tidak ada yang bicara Nathan tiba-tiba menepuk kursi yang ada di sampingnya.
Chexil membalas dengan senyuman sesaat kemudian beranjak ke arah Nathan dan duduk di dekatnya dengan canggung. Selama ini dia tidak pernah berteman terlalu akrab dengan para lelaki apalagi sampai duduk berdua seperti ini tanpa ada orang lain lagi yang menemani.
Dia melirik wajah Nathan. Ekspresi pria itu terlalu sulit untuk ditebak, terlihat cuek dan dingin tidak seperti yang ia lihat tadi yang senyumnya seolah membuat kehangatan ditengah hawa dingin yang menerpa.
Tapi entah mengapa Chexil menyukai sikap dinginnya itu. Seolah dia melihat Nathan begitu sempurna. Sosok pria muda tampan yang tidak terlalu banyak bicara maupun tingkah.
Sesaat kemudian salah seorang teman Nathan memanggil.
"Hei, pantesan kau ku cari-cari sedari tadi tidak ada, rupanya ada di sini." Lucas menyapa Nathan sambil melambaikan tangan.
"Ada apa?"
"Ada yang gawat," kata Lucas.
"Dimana?" Nathan bertanya dengan serius.
Lucas melirik ke arah Chexil. "Siapa?" bisiknya pada Nathan.
Nathan hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
"Gimana si Bro, berduaan sedari tadi masih belum kenalan?" Nathan hanya menggeleng.
"Payah Lo," ujar Lucas sedang Nathan hanya cuek-cuek saja.
Lucas lalu beranjak ke samping Chexil dan mengulurkan tangan. "Lukas," ucapnya memperkenalkan diri.
Chexil menerima uluran tangan Lukas "Chexil." Ia melirik Nathan berharap pria itu juga memperkenalkan diri karena ia amat penasaran dengan nama pria tersebut. Namun nyatanya Nathan sama sekali tidak tertarik untuk memperkenalkan dirinya.
"Ayo pergi!" ajak Lukas sambil menarik tangan Nathan.
"Tunggu dulu, tunggu pak satpam balik setelah itu baru kita pergi."
"Kenapa, kamu mengkhawatirkan dia?" bisik Lukas sambil melirik ke arah Chexil.
"Bukan begitu tapi aku tadi dititipi tempat ini oleh pak satpam tadi."
"Tapi kita ada misi yang lebih penting dari sekedar menjaga tempat ini," ujar Lukas.
"Kalau begitu kamu pergi sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan sesuatu yang sudah diamanatkan kepada saya."
Mendengar jawaban Nathan Chexil semakin menyukai pria itu sedang Lukas tampak jengkel karena temannya yang satu itu tidak bisa dipaksa kalau sudah tidak memutuskan sesuatu.
Pak satpam muncul berjalan pelan ke arah mereka bertiga. Bersamaan dengan itu sopir yang menjemput Chexil datang.
"Nah itu pak satpam sudah kembali," ujar Lukas pada Nathan.
"Nah itu dia Non sopirnya sudah datang," ujar pak satpam.
"Iya Pak," sahut Chexil.
Sopir turun dari mobil kemudian mengembangkan payung dan berjalan ke arah pos satpam.
"Ayo Non," ucap sang sopir sambil memayungi Chexil.
"Terima kasih Pak." Sopir keluarga Chexil berterima kasih kepada pak satpam karena selama ini selalu menitipkan Chexil pada satpam agar dijagakan sebelum ia datang menjemputnya.
"Sama-sama pak," jawab pak satpam.
"Terima kasih, jaketnya nanti aku kembalikan setelah selesai dicuci," ucap Chexil pada Nathan dan seperti biasa Nathan selalu merespon dengan anggukan.
"Ayo Pak," ajaknya pada pak sopir lalu ia melangkah ke arah mobil. Sampai di dalam mobil Chexil memandang ke arah Nathan lewat kaca mobil sambil senyum-senyum sendiri.
Sopir yang melihat anak majikannya senyum-senyum lewat kaca spion mengikuti kemana arah mata sang Nona memandang. Ternyata mata Nona nya mengarah ke pria muda yang sedang duduk bersama pak satpam.
"Nona menyukainya ya," ucap sang sopir.
"Ah nggak kok Pak," kilah Chexil.
"Tapi mata Nona mengatakan seperti itu," gumam pak sopir.
Bersambung....
Ini Novel kedua yang insyaallah akan saya up sampai tamat. Jangan lupa dukungannya ya Reades, baik berupa like, vote, rate bintang 5, hadiah, maupun komentarnya. Terima kasih.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Femmy Femmy
Nathan orangnya betul betul memegang teguh dan menjalankan Amanat yang diberikan
2024-05-14
0
Femmy Femmy
anaknya Lisfi sama Maximus kayaknya
2024-05-10
0
maulana ya_manna
mampir thor
2023-10-09
1