Setelah Chexil hilang dari pandangan barulah Nathan bangkit dari duduknya dan mengajak Lukas untuk pergi.
"Ayo katanya ada yang gawat!"
"Kita pergi dengan mobilku atau mobilmu saja?" tanya Lukas.
"Terserah tapi kalau bawa mobilku kamu saja yang nyetir, soalnya aku lagi males."
"Tumben kamu males biasanya paling bersemangat diantara kita-kita."
"Sebenarnya aku paling malas bepergian ditengah-tengah cuaca seperti ini. Terlalu ekstrim."
"Misi kita lebih ekstrim Bro." Lukas menepuk pundak Nathan dan Nathan hanya mengangguk malas. Kemudian Lukas memakai jas hujan yang sempat ia lepas tadi dan berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobil Nathan.
Setelah sampai di depan pos satpam Lukas menghentikan mobilnya. "Ayo Nat cepetan!" Nathan pun mengangguk dan ikut masuk ke dalam mobil.
"Sorry gue pake' mobil elo, sebab kayaknya mobil ini yang lebih cocok dipakai saat cuaca seperti ini."
"Tidak apa-apa, pakai saja."
"Lo aneh sedari tadi, kayak nggak semangat gitu, emang ada apaan sih?"
"Kan aku sudah bilang, hari ini aku lagi malas."
"Apa karena cewek tadi?"
"Nggak ada hubungannya," tukas Nathan.
"Kali aja elo terus memikirkan dia jadi nggak semangat buat melakukan ataupun memikirkan hal yang lain."
Plak!
Nathan memukul lengan Lukas "Jangan bercanda Bro, aku bukan elo yang lihat cewek cantik dikit langsung melotot. Bisa-bisa bola mata Lo lompat keluar dengan sendirinya." Sedari tadi Nathan melihat mata Lukas memandang Chexil tak berkedip.
"Mataku tuh Nat emang pintar kalau lihat cewek cantik otomatis tak berkedip tapi kalau lihat yang bopeng-bopeng dikit langsung merem."
"Bukan pinter tapi itu yang namanya mata keranjang."
"Aish mata keranjang," ujar Lukas terkekeh.
"Kita mau kemana ini?"
"Mau membantu kepolisian kabarnya sindikat mafia yang selama ini bergerak di Eropa kini mulai masuk ke negara kita dengan menyelundupkan obat-obatan terlarang."
"Memang kita mau ngapain?"
"Ya ampun kok masih nanyak sih?Kayaknya otak Lo oleng ya hari ini kena angin kencang. Tadi Devan telepon kita di suruh bantu kakaknya yang polisi itu untuk menangkap orang-orang itu."
"Elo pikir gampang ya menangkap mereka."
"Ayolah Nathan selama ini kan kita sering membantu mereka untuk menangkap buronan masa sekarang kita menolak sih kalau dibutuhkan lagi."
"Ini berbeda akan sangat susah, terlalu berbahaya. Kita tidak tahu jaringan mereka ada di mana saja. Jangan-jangan bukannya kita yang menangkap tapi malah kita yang tertangkap."
"Ayolah Bro jangan pesimis begitu, kalau tidak dicoba mana tahu kita bisa atau tidak lagipula aku tadi sudah menyanggupi untuk ikut membantu mereka."
"Ya sudahlah terserah kamu. Terus kita akan kemana ini?"
"Ke pelabuhan karena kita harus melakukan pelayaran. Kabarnya mereka akan sampai dalam setengah jam di tengah laut perairan kita."
"Elo yakin dalam kondisi seperti ini akan melakukan pelayaran? Oh God, bisa mati aku sebelum menikah," ujar Nathan sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Cih lebay Lo kayak adek Lo si Tristan."
"Jangan bawa-bawa adik gue."
"Iya-iya sorry, tapi kita harus bergegas soalnya menurut kabar mereka akan melakukan transaksi di tengah laut dan mereka memang sengaja mengambil waktu saat cuaca seperti ini agar gerakannya tidak tercium oleh publik dan polisi bisa saja kesusahan untuk menangkap mereka dalam kondisi seperti ini."
"Iya gue paham."
"Ya sudah ayo turun kita sudah sampai. Tuh mereka sudah menunggu kita."
Setelah memarkirkan mobilnya mereka bergegas ke tempat para polisi yang kini sudah siap dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan. Mereka semua kemudian langsung menaiki spead board dan langsung menuju lautan.
Sampai di tengah laut seorang polisi dengan mengendari jetski menghampiri kapal mereka dan mengabarkan bahwa kapal musuh sudah memasuki wilayah.
Mereka pun bersiap-siap untuk melakukan penangkapan. Saat ada kapal besar yang bergerak ke arah mereka, mereka langsung bergerak mendekat. Namun ternyata setelah diperiksa kapal tersebut hanya membawa barang-barang biasa tak seperti kabar yang terdengar bahwa mereka membawa narkoba.
"Ya sudah lanjutkan perjalanannya!" ujar salah satu polisi kepada nakhoda kapal pengiriman barang tersebut.
"Itu ada kapal lain." Lukas berkata sambil menunjuk ke arah depan kapal.
"Ayo kejar!"
Mereka pun mengejar kapal tersebut. Melihat kapal tersebut semakin menjauh membuat mereka semua curiga bahwa kapal itulah yang mereka incar.
"Pinjam jetski nya," ujar Nathan kepada beberapa polisi yang terlihat mengendarai jetski. Salah satu dari mereka memberikan jetskinya kepada Nathan kemudian dirinya naik ke spead bord bergabung dengan anggota polisi yang lain.
Saat ditengah laut arah Nathan berbalik, dia yang biasanya mengambil arah ke kiri sekarang malah berbalik ke arah kanan. Dia hanya memberikan kode pada polisi dengan lambaian tangan supaya polisi yang lain ada yang mengikuti arah gerakannya. Namun sayangnya pemandangan laut yang berkabut dan angin kencang membuat pemandangan menjadi kabur.
Sedangkan polisi yang lainnya terus saja bergerak ke kiri mengikuti kapal tadi. Namun sayangnya kapal yang mereka kejar tidak membawa barang-barang yang mereka cari.
"Dimana Nathan?" Lukas yang menyadari sahabatnya sedang tidak ada di sekitar menjadi khawatir.
"Ada apa Lukas?"
"Nathan Pak kok tidak ada ya?"
"Saya lihat dia berbalik arah tadi," sahut salah satu polisi.
"Kalau begitu kita berbalik arah saja Pak. Kita harus menyusul dia barangkali dia melihat sesuatu. Bukankah barang yang kita cari tidak ada di sini?"
"Baiklah, walaupun kapal ini terlihat mencurigakan tapi kita tidak menemukan bukti di sini."
Sedangkan di bagian tengah laut yang lain jetski yang Nathan kendarai mengeram karena kehabisan bahan bakar. Dia yang mencurigai perahu nelayan tadi bekerja sama dengan kapal tadi segera mengejarnya namun ternyata nasib baik tidak berpihak padanya. Jet ski nya macet di tengah laut.
"**** mengapa macet di sini sih?" Nathan memukul bagian body jet ski, "Apa yang harus aku lakukan?" Nathan menggaruk kepalanya, khawatir tidak ada yang melihat gerakannya tadi. Bagaimana kalau tidak ada yang menolongnya.
Sedang ia dalam keadaan panik angin kencang dan hujan deras terus melanda. Ombak besar datang bergulung ke arahnya. Nathan mencoba menyeimbangkan diri dan jet ski nya. "Mama maafkan Nathan tidak mendengarkan perkataan mama." Ia berucap dalam hati, pasrah dengan keadaan walaupun usianya harus sampai di sini, paling tidak dia berakhir dengan keadaan memperjuangkan keselamatan rakyatnya dari ancaman narkoba yang bisa merusak mental warga negara.
Beberapa saat kemudian spread board polisi sampai dan menolong dirinya.
"Ya Tuhan terima kasih kau masih memberikan kesempatan untukku hidup." Nathan mengucapkan syukur kepada Tuhan di dalam hati.
"Pak saya curiga kapal tadi telah memindahkan barang ke dalam perahu yang saya ikuti tadi dan kapal tersebut telah berhasil memancing kita untuk terus mengikutinya."
"Kamu benar kita sudah terkecoh. Kemana arah perahu itu bergerak?"
"Ke arah sana Pak," tunjuk Tristan.
"Oke kita akan terus mengikuti. Pak percepat laju kapalnya!" perintahnya pada sang nakhoda.
Polisi lain tampak menghubungi polisi daratan agar segera mencegat di pinggir-pinggir pantai.
"****!" Dia mengumpat sendiri karena tidak bisa terhubung karena sinyal.
"Sepertinya kita akan gagal lagi sekarang," ujar salah satu polisi setelah beberapa jam mengitari laut tidak jua menemukan perahu tersebut.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Arman
mulai mantap
2022-05-06
0
Yuni Verro
yah gak ketemu
2022-05-05
0
Teh pucuk harum
nyimak!!
2022-04-25
0