Setelah mendarat akhirnya Nathan dan Lucas menuju mobil.
"Nath apa kamu punya baju ganti lebih?" tanya lukas saat melihat Nathan menenteng baju ganti dan berjalan menuju kamar mandi di pelabuhan.
"Ambil sendiri di jok belakang, dalam tas ranselku," sahut Nathan sambil terus melangkah menuju kamar mandi, tubuhnya menggigil karena hampir seharian ini terkena air hujan apalagi bajunya yang basah tidak segera diganti. Nathan terlalu perfect sehingga ketika ditawarkan baju ganti oleh salah satu anggota polisi dia menolaknya dengan halus. Bagi Nathan yang tidak terbiasa, memakai pakaian orang membuatnya risih.
"Kita mau ke mana ini? Mau ke kampus dulu, buat ambil mobilku atau langsung ke rumahmu?"
"Bagaimana kalau kita ke rumahmu saja Luk? Kan lebih dekat jaraknya dari sini. Nanti kamu bisa menyuruh sopir ayahmu untuk mengambil mobilmu di kampus sebab saat ini aku benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat," jawab Nathan dengan bibir bergetar.
"Kamu kenapa? Sepertinya keadaanmu tidak baik-baik saja."
"Aku tidak apa-apa Luk, mungkin aku hanya masuk angin saja karena kehujanan dari tadi."
"Tapi Nath, suhu tubuh kamu panas," ucap Lukas khawatir karena setelah meraba dahi Nathan ternyata pria itu demam.
"Aku tidak apa-apa Luk palingan habis minum obat penurun panas nanti sembuh sendiri," ujar Nathan menenangkan Lukas.
"Tapi ... aku takut mama Syasa khawatirin dan juga curiga kalau tahu keadaanku, makanya untuk malam ini aku mau nginep di rumahmu saja ya!" mohon Nathan pada Lukas.
"Baiklah," sahut Lukas sambil mengendarai mobil menuju kediamannya sendiri.
Sesampainya di kediamannya, Lukas langsung memarkirkan mobil Nathan di garasi.
"Ayo!" Lukas menggandeng tangan Nathan lalu berjalan menuju pintu rumah.
"Loh mobilmu mana Luk?" tanya Mama Janet ketika tidak melihat mobil putranya tapi yang ada di garasi malah mobil Nathan.
"Aku tinggal di kampus Ma dititipkan sama pak satpam. Mama suruh Pak sopir aja ya untuk menjemput mobil itu," Pinta Lukas pada mamanya.
"Ckk, kebiasaan nih anak kalau malas mau ngambil mending minta antar saja sama Pak sopir tidak usah bawa mobil segala ke kampus." Mama Janet geram melihat tingkah putranya yang suka meninggalkan mobilnya di mana saja.
"Bukan begitu Ma, tapi aku buru-buru karena ada misi dan mobil Nathan sepertinya cocok dibawa dalam kondisi hujan deras seperti ini. Jadi ya terpaksa aku tinggalin mobil Lukas aja di kampus."
"Misi apalagi Lukas? Kenapa kamu mesti ajak-ajak Nathan lagi sih?Bukankah mamanya Nathan tidak pernah mengizinkan Nathan untuk ikut dalam misi kalian yang berbahaya itu ya?"
"Ssst... diam lah Ma, makanya Tante Syasa tidak boleh diberitahu."
"Terserah kalian lah tapi kalau ada apa-apa Mama tidak mau ikut campur, kalian harus tanggung sendiri tidak usah bawa-bawa nama mama terutama di depan mamanya Nathan."
"Iya deh Ma," ucap Lukas pasrah.
"Bandel!" Mama Janet geram pada putranya tersebut. Berulang kali dinasehatin supaya tidak ikut terlibat dalam misi polisi masih terus saja ikut-ikutan.
"Eh Nathan kenapa?" tanya mama Janet kemudian, ketika melihat wajah Nathan yang tampak memerah. Pemuda itu tampak menggigil.
"Demam dia Ma," jawab Lukas.
"Ini semua pasti gara-gara kamu tahu," ucap mama Janet sambil menoyor kepala putranya.
"Auw sakit Ma."
"Biarin! Ayo nak Nathan masuk dulu biar tante buatkan teh hangat buat kamu," ujar mama Janet sambil masuk ke dalam rumah. Nathan pun mengangguk dan mengikuti langkah mama Janet.
"Luk bawa dia ke kamarmu!" perintah mama Janet pada Lukas.
"Oke Ma. Ayo Nath!"
Sampai di dalam kamar Lukas, Nathan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kepala terasa pusing dan hidungnya terasa bindeng akibat terlalu lama diguyur air hujan.
Beberapa saat kemudian mama Janet datang dengan segelas teh hangat dan sup ayam di tangannya.
"Ini tehnya diminum dulu Nak Nathan setelah itu baru sup ayamnya. Tante mau ambilkan kamu obat dulu ya!"
"Terima kasih Tante," ujar Nathan lalu meneguk teh hangat.
"Lanjut ke sup nya," ujar Lukas.
Nathan mengangguk dan meraih mangkok berisi sup ayam tersebut lalu melahapnya.
"Kamu nggak makan Luk?"
"Kalau aku mah tenang bisa ambil sendiri di dapur."
"Ini Nak Nathan obatnya," ujar mama Janet sambil menyodorkan obat dan segelas air setelah melihat Nathan sudah menghabiskan sup ayamnya. Nathan pun menurut dan meneguk obat tersebut. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya kembali ke ranjang. Sedangkan mama Kanner dan Lukas pamit keluar kamar.
Malam menjelang, tapi Nathan belum pulih juga bahkan suhu panas di tubuhnya meningkat dua kali lipat. Nathan terlihat seperti orang kejang-kejang membuat Lukas menjadi panik dan memanggil mamanya ke luar.
"Ma! Ma!" panggil Lukas dengan nafas tersengal-sengal.
"Ada apa sih Luk? Kayak dikejar setan aja, ngos-ngosan kayak gitu."
"Bukan begitu Ma tapi Nathan... Nathan Ma."
"Ada apa dengan Nathan?" Mama Janet ikut panik.
"Dia kenang-kejang Ma."
"Apa?"
"Iya Ma."
"Kamu gendong dia keluar, biar mama suruh pak sopir buat menyiapkan mobil. Kita harus lekas membawanya ke rumah sakit.
"Baik Ma." Lukas berlari ke dalam kamar dan menggotong tubuh Nathan ke luar kamar dan segera membawanya ke garasi rumah. Mobil sudah disiapkan oleh pak sopir, Lukas langsung memasukkan tubuh Nathan ke dalam mobil dan dirinya pun ikut masuk diikuti mama Janet kemudian.
"Jalan Pak!"
"Mama, mama." Nathan mengigau menyebut mamanya.
"Bagaimana ini Ma, tubuhnya semakin panas." Lukas semakin panik.
"Tenangkan dirimu Luk! Pak yang lebih cepat dong nyetirnya!"
"Iya Nya." Pak sopir menambah kecepatan laju mobilnya. Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit dan Nathan langsung ditangani oleh dokter.
🌷🌷🌷🌷🌷
"Tris mana Abang kamu, sudah malam begini kok belum balik-balik juga?"
"Tristan nggak tahu Ma, tadi siang Tristan pulang duluan sedangkan Abang katanya masih ada kuliah tambahan."
"Tapi sampai saat ini masih belum kelar juga?" Isyana merasa aneh.
"Aduh Nathan kemana sih kamu?" Isyana panik, sebab sejak tadi siang teleponnya tidak diangkat oleh putranya tersebut.
"Mungkin Abang tidak bisa pulang Ma kan kondisi jalanan licin kayak gini." Tristan mencoba menenangkan mamanya.
"Mana mungkin Tris Abangmu itu kan tidak suka mengulur-ulur waktu pulang. Kalau pun dia mau tinggal di kampus dulu biasanya dia kasih kabar sama mama. Lagian dia kan pakai mobil. Kamu aja yang pakai motor bisa sampai rumah masa abang kamu tidak? Mama khawatir takut terjadi sesuatu sama dia."
"Tenang dulu lah Ma mungkin mobil Abang nggak bisa lewat. Mama tahu sendiri kan angin kenceng telah merobohkan pohon-pohon. Mungkin saja Abang nggak bisa lewat karena ada pohon yang tumbang yang menghalangi jalanan yang Abang tempuh. Sedangkan Tristan pulangnya tadi kan sebelum hujan turun."
"Tapi mama tetap khawatir."
"Biar aku telepon Devan atau Lukas siapa tahu Abang bersama mereka."
Isyana hanya mengangguk.
Nathan lalu menelpon Devan.
"Bagaimana Tris?"
"Tadi Abang bersama Devan tapi katanya Abang sudah pulang."
Semakin panik saja Isyana.
"Aku telepon Lukas saja dulu Ma, barangkali Abang nginap di sana."
"Cepetan Tris!"
"Ia Ma bentar."
Tristan memencet nomor telepon Lukas.
📱"Halo Luk, Abang ada di sana?"
📱"Tris Abangmu masuk rumah sakit.
📱"Apa? Kirimkan alamat rumah sakit secepatnya!"
"Siapa yang sakit?" tanya Isyana.
"Ma, Abang masuk rumah sakit."
"Apa?"
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Femmy Femmy
perasaan Seorang ibu g bisa dibohongi..merasa khawatir jika anak anaknya dalam masalah
2024-05-14
0
Yuni Verro
bandel nih
2022-05-05
1
Teh pucuk harum
💪💪💪
2022-04-25
1