BAB 16

Anindya berusaha memberontak dari dua orang pria yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah rumah. Mulut Anin tampak ditutup oleh sesuatu sehingga teriakan gadis itu tak dapat didengar dengan baik.

Kedua pria berbadan besar itu membawa Anin ke sebuah kamar, tanpa belas kasihan tubuh Anin dihempaskan begitu saja hingga terjerembab ke lantai.

Tangan Anin yang tidak terikat lantas membuat gadis itu buru-buru melepaskan penutup di mulutnya, ia bangkit dari posisinya lalu menatap kedua pria berbadan besar itu dengan tajam.

"Siapa kalian, biarkan aku pergi!!!" teriak Anindya mencoba untuk keluar namun tubuhnya kembali terdorong.

Anin memegangi pinggangnya yang terasa sakit karena terkena ujung kaki ranjang, ia melenguh seraya mengusap-usap pelan bagian belakangnya.

"Kalian siapa hah?! Biarkan aku pergi, jika kalian tidak membiarkanku pergi, maka aku akan teriak!" Ancam Anindya dengan jari telunjuk mengacung tepat diwajah dua pria tersebut.

Tak lama terdengar suara tepuk tangan dan juga tawa yang begitu lepas dari arah belakang dua pria yang menyeret Anindya tadi. Kedua pria berbadan besar itu menyingkir, membiarkan sosok pria tampan masuk ke dalam dengan senyuman evil di wajahnya.

"P-pak Arsen." Gumam Anindya semakin gugup.

"Kita bertemu lagi Sayang." Sapa Arsen semakin mendekati Anindya.

"Apa yang anda inginkan?" tanya Anindya semakin mundur hingga akhirnya mentok ke jendela.

Arsen tersenyum tipis, ia melirik kedua bodyguard yang ia tugaskan tadi untuk pergi meninggalkan mereka berdua, Arsen tak mau aktivitasnya terganggu.

"Kalian pergilah!" usir Arsen membuat kedua pria itu segera pergi.

Arsen kembali menatap wajah manis Anindya yang tampak ketakutan padanya. Ia raih tangan wanita itu dan menariknya hingga posisi mereka semakin dekat.

"L-lepaskan saya, Pak." Pinta Anin berusaha melepaskan cekalan tangan Arsen seraya menelan gumpalan salivanya dengan sedikit sulit.

"Kau di pecat, lalu mau kemana setelah ini?" tanya Arsen seraya mengusap wajah Anindya lembut.

"Pak Arsen saya mohon jangan sakiti saya, biarkan saya pergi." Pinta Anindya menyatukan kedua tangannya memohon.

"Tidak akan sebelum saya bosan dengan tubuhmu." Balas Arsen menggelengkan kepalanya pelan.

Anindya yang mendengar itu lantas terdiam, ia menatap Arsen dengan mata yang masih mengeluarkan air mata kemudian kembali mundur dan hendak berlari, namun sayang Arsen dengan sigap merengkuh tubuhnya.

"Pak hiks … maafkan saya jika saya ada salah, tapi saya mohon jangan sakiti saya lagi …" pinta Anindya menangis tergugu.

Arsen tak menjawab, ia membawa tubuh gadis itu untuk duduk di pinggiran ranjang, terpaksa harus mengeluarkan tenaga dalam karena Anindya masih berusaha untuk memberontak dan menjauh darinya.

"Kau ingin menjadi seorang sekretaris bukan?" tanya Arsen seraya membelai bibir merah jambu Anin dengan sensual.

Anin terdiam, bagaimana bisa mantan bos nya itu bisa mengetahui cita-cita dan keinginannya.

"Bahkan kau ingin merubah kehidupanmu dan menjauh dari paman bibimu yang kejam itu, benar?" lanjut Arsen semakin membuat Anin terdiam.

"Namamu Anindya Alyssa, dan aku akan memanggilmu dengan Assa, dan hanya aku yang boleh memanggil nya seperti itu." Celetuk Arsen kemudian mengecup bibir Anindya singkat.

Anindya melototkan matanya, ia terkejut dengan apa yang baru saja diterimanya. Secara reflek Anindya mendorong Arsen menjauh darinya.

"Pak!" tegur Anindya dengan tegas.

"Kenapa?" sahut Arsen santai.

"Bagaimana anda bisa tahu tentang keinginan saya bahkan kehidupan saya?" tanya Anindya menatap Arsen dengan tatapan curiga.

Arsen terkekeh, ia raih segelas minuman yang baru saja dituangnya kemudian menghabiskan nya dalam sekali tenggak.

"Tentu saja saya tahu, saya bisa dengan mudah mencaritahu tentang wanita yang akan saya jadikan untuk bekerjasama." Jawab Arsen ambigu.

"Kerjasama apa maksud anda?" tanya Anindya was-was.

"Saya bisa mewujudkan keinginanmu menjadi seorang sekretaris asal kau juga mau memenuhi keinginan saya." Jawab Arsen kembali mendekati Anin hingga membuat Anindya reflek mundur.

"Apa keinginan anda?" tanya Anindya tampak ragu.

"Kau menjadi teman seranjang saya selama beberapa bulan ke depan, bukan hanya dirumah ini, jika saya ingin melakukannya di kantor saat jam kerja maka kau juga harus siap. Deal?" jelas Arsen menaikkan kedua alisnya.

"Anda gila, Pak!" umpat Anindya hendak menampar Arsen namun tangannya sudah dicekal oleh Arsen.

"Menurut atau kau lebih memilih tiada ditangan saya?" tanya Arsen dengan serius.

"Biarkan saya pergi, Pak." Jawab Anindya berusaha mencari belas kasihan pada Arsen yang hampir mustahil.

"Itu tidak ada di opsi yang saya ucapkan tadi, saya anggap kamu memilih opsi satu dan tidak ada lagi pembatalan!" ujar Arsen memaksa.

"Tapi Pak sa-hmmmppph …" ucapan Anindya yang hendak protes terpotong begitu saja saat Arsen menciumnya dengan brutal dan kasar.

Makin penasaran nggak???

To be continued

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

kejam

2024-04-29

0

epifania rendo

epifania rendo

arsen pemaksaan

2024-03-17

2

Siti Sahara

Siti Sahara

itulah jahatnya org kaya kepada yg miskin...

2024-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!