BAB 20

Anindya tampak lega karena Arsen tadi mengatakan akan pergi karena ada urusan. Entahlah ia merasa tenang saja jika pria itu tak ada di dekatnya, setiap kali mereka berdekatan maka tubuh Anin akan langsung gemetar ketakutan dan selalu was-was Arsen akan kembali menyentuh dirinya.

Anindya sudah berbaring di ranjang king size itu dengan tenang, ia menarik selimut sampai batas dada dan bersiap untuk tidur, namun sejak tadi matanya enggan dipejamkan.

Anin beranjak dari posisinya, ia duduk seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing dan berat. Anin turun dari ranjang kemudian berjalan mendekati balkon kamar. Menatap langit yang begitu indah dengan bintang bertaburan disana.

"Ayah sama Bunda, kalian pasti bisa lihat Anin disini bukan. Anin hanya ingin minta maaf karena gagal, gagal untuk menjaga diri dan mengejar cita-cita Anin." Lirih Anindya menunduk, membiarkan setetes demi setetes air mata jatuh membasahi wajahnya.

Tubuh Anindya perlahan merosot, ia tak tahu harus mencari tempat untuk mengeluarkan keluh kesah nya dimana, mungkin ke depannya ia hanya akan bicara pada langit malam bertabur bintang, menganggap bahwa kemerlip bintang diatas sana sebagai temannya curhat.

Anin terduduk dengan kepala bersandar di tralis besi yang menjadi penjagaan untuk Balkon kamar, jika saja ia berpikiran buruk, mungkin ia akan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas sana.

Seketika Anindya teringat, ia bangkit dari duduknya lalu melongok ke bawah dengan maksud mengukur ketinggian, apakah bisa ia melarikan diri dengan melompat dari sana atau malah sebaliknya ia akan mati sia-sia.

"Baiklah, ayo kita coba." Gumam Anindya seraya berusaha naik ke besi-besi yang bisa ia gunakan untuk berpijak.

Saat Anin baru saja berdiri, tiba-tiba ada yang merengkuh pinggang nya dan langsung membawanya masuk ke dalam kamar. Anin merasa sangat terkejut saat tubuhnya di lempar begitu saja ke ranjang.

"P-pak Arsen." Gumam Anindya terkejut.

"Kau ingin mati hah?! Kau berniat bunuh diri?!!!" cecar Arsen dengan nada begitu tinggi.

"T-tidak, Pak. Anda salah paham," jawab Anin terbata karena takut.

Arsen ikut naik ke atas ranjang, ia mencengkram rahang Anin dengan keras lalu ikut mengetatkan rahangnya karena kesal dengan sikap Anindya.

"Jangan pernah coba-coba untuk mengakhiri hidupmu, atau aku sendiri yang akan benar-benar memenggal kepalamu dan memberikannya untuk makanan peliharaan ku!" ancam Arsen lalu menghempaskan wajah Anin begitu saja.

Anindya melototkan matanya melihat Arsen melonggarkan dasi kemudian beralih membuka kemejanya, ia sudah merasakan hal tidak baik akan terjadi.

"Niatnya aku hanya ingin mengambil berkas dan memeriksamu apakah sudah tidur atau belum, namun nyatanya aku malah melihatmu sedang ingin mengakhiri hidupmu." Celetuk Arsen semakin mendekati Anin.

"Pak, apa yang akan anda lakukan?" tanya Anindya gemetaran.

"Karena kau sudah membuatku marah, mari kita main sebentar." Ajak Arsen dengan seringai diwajahnya yang tampan.

"Tidak, jangan Pak!!!" teriak Anindya menolak.

"Kau tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk menolakku, Assa." Bisik Arsen sensual.

Arsen melucuti pakaian Anindya kemudian membuangnya asal, bibirnya mulai mencari-cari bibir Anin untuk ia berikan kecupan, hisapan serta gigitan yang membuat erangan tertahan terdengar seksi ditelinga Arsen.

"Let's play the game, baby." Bisik Arsen seraya menciumi leher jenjang Anindya dan mencetak tanda yang cukup banyak.

"Ahhhh … jangan, Pak." Lenguh Anindya seraya meremat rambut belakang Arsen.

Akhirnya malam itu Arsenio benar-benar menghukum Anin yang sudah berani untuk bunuh diri. Sebenarnya memang salah paham, hanya saja Anin tak cukup mampu untuk menjelaskan pada Arsen karena perlakuan pria itu yang semakin jadi terhadap tubuhnya.

"Ahhhh … shhhh …. Cukup, Pak!!!" teriak Anindya saat Arsen tak hentinya memopa tubuh.

"Permainan ini akan berhenti setelah aku puas, dan kau tidak memiliki hak untuk meminta berhenti." Sahut Arsen menatap Anindya yang justru tak berani menatap nya.

Anindya hanya mampu melenguh dan meringis, tangannya meremat sprei dibawanya hingga kusut demi menyalurkan rasa nikmat sekaligus sakit yang dirasakannya.

Setelah beberapakali pelepasan, akhirnya Arsen menyudahi permainan itu. Ia merebahkan tubuhnya di samping Anin lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Jika kau masih berani berpikir untuk bunuh diri, maka hukumanmu akan lebih menyakitkan dari penggalan kepalamu." Bisik Arsen tak main-main.

VISUAL NIH AKAK🌹

Anindya Alyssa

Visual kurang cocok? komen guys plus nama yang cocok untuk visual mereka!!!

To be continued

Terpopuler

Comments

Takdir Hidupku

Takdir Hidupku

pantes arsen ter Assa Assa Cantik g ada obat,, penasaran ma visual Arsen

2025-01-15

0

Nur Azlina

Nur Azlina

selama ini aku memikirkan Laura moane yang jadi pemeran anin Thor😁

2024-12-29

0

Laurensia Listianawati

Laurensia Listianawati

betul itu Arsen takut kehilangan Anin ada aja teori hukumannya

2024-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!