BAB 10

Anindya meremat pegangan troley dengan begitu erat, ia memejamkan matanya sesaat lalu menarik nafas dan membuangnya. Jari telunjuknya terangkat guna menekan bel yang terdapat di sisi pintu, 

Suara pintu terbuka terdengar ditelinga Anin bagai tiupan terompet yang akan mencabut nyawanya, nyatanya itu hanya sebuah pintu yang tak akan mampu membuatnya tiada. Meski pintu itu hanya benda mati, tapi sosok yang berdiri ditengah-tengah nya lah yang harus diwaspadai.

Sosok pria tampan dengan balutan kaos putih polos dan celana hitam sebatas paha membuat kaki yang diselimuti beberapa bulu halus terlihat dengan jelas. Cetakan tubuh pria itu yang tampak seperti seorang binaragawan.

Anin menelan gumpalan salivanya lalu menunduk, ia berusaha mengatur detak jantung dan deru nafasnya.

"Selamat malam, Pak." Sapa Anin dengan sopan meski suaranya terdengar gemetar.

"Saya mengantarkan anda makan malam sekaligus datang seperti yang anda minta." Tambah Anidnya masih dengan kepala tertunduk.

"Apa kau bicara pada kaki saya?" tanya Arsen sontak membuat Anin membelalak. 

Anin segera mengangkat kepalanya dan menatap Arsen, namun baru sesaat ia menatap ia sudah kembali gugup.

"Maafkan saya, Pak." Ucap Anindya dengan lancar.

"Kita bicara di dalam, bawa masuk makanan ini dan jangan membuat kesalahan." Desis Arsen lalu segera masuk ke dalam kamarnya.

Anin menelan gumpalan salivanya dengan sulit, ia mendorong troley lalu membawanya masuk ke dalam kamar. Seketika hidungnya dapat mencium aroma harum yang menyeruak, aroma yang terkesan mahal itu tampak sopan masuk ke indera penciuman Anidnya.

"Duduklah." Perintah Arsen menunjuk sofa yang ada disana.

Anin dengan langkah perlahan duduk di tempat yang sudah diberitahukan oleh Arsen. Ia dududk di sofa panjang, sementara Arsen di single sofa yang berada disebelahnya.

"Namamu Anidnya?" Tanya Arsen basa-basi.

"Iya, Pak." Jawab Anin gugup.

"Kau tahu kenapa saya memanggilmu kemari?" tanya Arsen dengan datar.

"Tentu, Pak. Karena saya melakukan kesalahan saat bekerja," jawab Anin dengan mata terpejam dan kepala menunduk.

"Kenapa kau suka sekali menunduk, yang bicara denganmu itu saya bukan kakimu." Tukas Arsen dengan tegas.

Anin mengigit bibirnya, hal itu yang dilihat oleh Arsen membuat tubuh Arsen terasa panas sendiri. 

"Maafkan saya, Pak. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya," pinta Anindya memohon sambil menyatukan kedua tangannya.

"Saya tidak tahu apakah kamu dengar dari karyawan yang lain atau tidak, tetapi saya tidak pernah memberikan maaf kepada pegawai yang melakukan kesalahan didepan mata saya." Ucap Arsen seraya beranjak dari duduknya.

"Saya biasanya akan langsung mengambil keputusan pecat untuk menertibkan para karyawan yang ada disini." Lanjut Arsen dengan posisi berdiri membelakangi Anindya.

"Pak, saya mohon jangan pecat saya. Biarkan saya bekerja disini, Pak. Saya berjanji tidak akan membuat kesalahan lagi kedepannya." Pinta Anindya penuh permohonan.

Arsen yang mendengar itu lantas membalik badan nya, ia melihat gadis itu tengah bersimpuh dengan kedua tangan yang menyatu.

"Saya bisa memaafkan kamu." Ucap Arsen dengan seringai diwajahnya.

Wajah Anin tampak berbinar, hatinya mendadak tenang mendengar ucapan bos nya barusan.

"Tapi dengan satu syarat." Lanjut Arsen menghilangkan senyuman diwajah Anindya.

"Syaratnya apa, Pak?" tanya Anindya tampak gugup bercampur penasaran.

"Jadi teman ranjang saya malam ini." Jawab Arsen dengan begitu santai.

Mata Anindya tampak melotot mendengar penuturan sang bos, ia bahkan sampai bangun dari posisinya dan menatap Arsen dengan berani. Kegugupannya menghilang dan berganti dengan tatapan marah.

"Maaf, Pak. Saya tidak mau!" balas Anin dengan tegas.

"Kalau begitu silahkan pergi dari restoran saya, carilah pekerjaan baru di luar sana." Tutur Arsen berharap gadis ini akan menerimanya menjadi teman seranjang.

Anin menarik nafas, ia memang membutuhkan pekerjaan ini, namun jika harus menjadi teman seranjang bos nya, ia tak akan pernah mau sampai kapanpun. Lebih baik ia pergi dan mencari pekerjaan lain.

"Baik, Pak. Saya akan berhenti dari pekerjaan ini," timpal Anindya membuat Arsen menatapnya tak percaya.

LIKE, KOMEN DAN VOTE 🥰

To be continued

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

sippp anin. strong

2024-04-29

0

Juliana Ruata

Juliana Ruata

mantap anin

2024-04-27

0

Anis Indrian

Anis Indrian

good job Anin

2024-04-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!