Bukan Cinta Biasa
"Saya ingin menikahi putri Anda, Aura. Itu, sebagai jaminan investasi yang akan saya berikan pada Anda." Sebuah pernyataan yang keluar begitu saja dari mulut seorang pria tampan.
Pria paruh baya dihadapannya itu, jelas terkejut dengan pernyataan mendadak itu. Sebagai seorang ayah, ia tidak akan pernah menjerumuskan putrinya pada pria bertangan dingin dan kejam seperti pria ini.
Ia akan mencari cara lain untuk mendapatkan investasi. Mungkin, ia bisa mencari investor lainnya. Atau, ia bisa menjual beberapa aset yang masih tersisa.
Pria itu terus menatap pada pria paruh baya di depannya. Tidak tersirat emosi apapun dari tatapannya. Ia terlihat tenang dan tidak terburu-buru.
"Bagaimana pak Leo?" tanya pria itu lagi.
"Maaf, tuan Dimitri. Saya tidak menjual putri saya demi mendapatkan dana investasi itu. Jika Anda tidak jadi menanamkan modal di perusahaan saya, itu tidak masalah. Kalau begitu, saya permisi dulu."
Pria paruh baya bernama Leo itupun bangkit berdiri. Menundukkan sedikit kepalanya dan berlalu dari sana.
"Bagaimana, tuan?" Seorang pria muda lainnya, menghampiri pria yang ia panggil 'tuan'.
"Tidak usah terburu-buru, Frans. Kita biarkan saja dulu. Awasi Aura terus. Ingat! Jangan biarkan seorang pria pun mendekatinya! Dia milikku!" Ucapan pria itu terdengar tenang. Namun, ada penekanan dari setiap kata yang diucapkannya. Ada nada kekejaman dalam suara bariton pria itu.
Dimitri, bangkit berdiri dan keluar dari tempat pertemuan itu. Ia melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan ruangan.
*****
Darren Brahmana, seorang pria tampan yang menjadi idola kaum hawa di rumah sakit tempatnya bekerja. Sebagai dokter residen, ia memiliki jadwal yang cukup padat.
Banyak para co-*** dan dokter muda yang menyukai dirinya. Termasuk Chelsea. Gadis ini adalah seorang dokter muda yang masuk ke rumah sakit yang sama dengan Darren.
Sejak awal perkenalan, Chelsea sudah tertarik pada Darren. Ditambah dengan pembawaan Darren yang ramah dan supel, membuat ia cepat akrab dengan banyak orang.
Darren yang sudah tinggal di kota Jakarta selama satu tahun, begitu merindukan ibunya. Mendekati jam makan siang, ia memilih menghubungi ibu tercintanya.
"Hai cantik," sapa Darren pada mommy nya melalui video call.
Darren tersenyum saat mendengar tawa ibunya. Ia begitu merindukan tawa dan pelukan dari ibunya.
"Mommy makin cantik kalau tertawa."
"Kamu mulai jago gombal seperti Daddy ya."
"Iya dong. Aku kan anak Daddy," ucapnya bangga.
"Oh, ya? Kalau begitu, sekarang kakak sudah punya pacar dong ya?"
"Mommy, aku gak niat pacaran. Aku belum menemukan wanita yang memiliki sikap lembut, tulus mencintai, baik, pokoknya, tidak ada wanita yang sama seperti Mommy."
"Darren, dengarkan mommy, Nak! Jika kamu mencari wanita seperti itu, kamu tidak akan pernah menemukannya. Jadilah orang yang tulus, lembut, baik, dan semua yang kamu inginkan ada pada wanita itu lebih dulu. Saat itu, kamu akan menemukannya. Karena ketulusan itu, akan hadir dengan sendirinya. Saat kalian berkomitmen, maka ketulusan akan terlahir. Meskipun, tidak semua orang memilikinya."
"Darren jadi kangen peluk, Mommy." Darren mencebikan bibirnya.
"Mommy, juga, Nak."
Terdengar suara ketukan pintu. Darren memintanya masuk. Tak lama, terlihat gadis cantik jelita yang tersenyum pada Darren.
"Nanti aku telepon lagi. Bye kesayangan aku..." Darren memberikan kecupan jauh dan memutus sambungan telepon.
"Duduk. Ada apa Chel?" tanyanya setelah gadis itu duduk.
"Ingin mengajakmu makan siang. Apa, tadi itu pacar mu?" tanya gadis itu
Darren tak menjawab pertanyaan itu. Ia mengalihkan pertanyaan gadis itu dan hanya tersenyum.
"Mau makan dimana?"
Gadis itu terlihat menatap tak percaya pada ucapan Darren. Aku gak salah dengarkan? Darren yang selama ini nolak kalau pergi denganku, tiba-tiba mau?
"Hei, jadi tidak?"
"Ah, i-iya," jawabnya gugup.
Keduanya keluar dari ruangan Darren dan menuju kantin rumah sakit. Pada akhirnya, mereka memilih kantin rumah sakit daripada makan di tempat yang jauh.
Darren merasa sedikit risih dengan tatapan Chelsea yang tak putus dari dirinya. Saat ini, keduanya tengah menunggu makanan yang telah mereka pesan.
"Ada apa di wajah saya?" tanyanya.
"Tidak ada," jawabnya.
Tak lama, pesanan keduanya pun tiba. Mereka pun mulai menyantap makanan di depannya dalam diam. Sesekali Chelsea mencuri pandang pada pria di depannya itu. Mengagumi ketampanan dan wajah rupawan yang dimiliki pria itu.
Gak akan malu gue kalau punya cowok begini. bawa ke kondangan saja, gue akan jadi sorotan. Pasti banyak yang bilang gue beruntung.
Darren merasa semakin risih diperhatikan terus menerus oleh Chelsea. "Kamu kenapa melihat saya seperti itu?"
Chelsea tersedak makanannya, tepat saat Darren mengeluarkan suaranya. Darren menarik beberapa lembar tisu dan memberikannya pada Chelsea setelah gadis itu menenggak cepat air minum di depannya.
"Ma-maaf," ucap Chelsea.
"Ya, sudah saya kembali duluan ya." Darren berdiri dan berlalu menuju kasir.
Chelsea hanya memandang punggung Darren hingga menghilang dari pandangannya. Setelah itu, ia berjalan gontai menuju kasir.
Chelsea mengeluarkan dompet miliknya dan akan membayar makanannya. "Punya saya berapa, mba?"
"Sudah dibayar Dokter Darren, dok," jawab kasir itu.
"Ha! Oh, oke!" Chelsea pun berlalu dari kantin.
*****
Hari demi hari terus berlalu. Chelsea tak kenal putus asa untuk mendekati Darren. Ada saja alasan yang ia berikan untuk mendekati Darren.
Mulai dari mobilnya yang mogok, kakinya yang keseleo, dompetnya yang tertinggal, hingga waktu yang terlalu malam. Darren yang memang selalu bersikap baik pada siapa pun, tentu menolong Chelsea.
Setelah mengantar Chelsea pulang, Darren kembali ke rumah milik orang tuanya. Tepatnya, mama dan papanya.
Darren memarkirkan mobil miliknya di halaman rumah mewah papanya. Terlihat, mobil adiknya yang sudah berada di sana juga.
"Darren." Suara wanita menghentikan langkah Darren.
Darren pun menoleh pada sumber suara yang memanggilnya. Ia melihat keberadaan papa dan mamanya di ruang tamu.
"Loh, papa dan mama belum tidur?" tanyanya.
Ia mendekati keduanya dan mengecup punggung tangan mereka. Dengan isyarat, Al—papanya—memintanya duduk di depannya.
Darren pun duduk dihadapan keduanya. Tak lama, terdengar suara langkah kaki yang turun dari lantai atas.
"Kak Darren baru pulang?" tanya gadis muda yang berusia lebih muda darinya empat tahun.
"Hem," jawab Darren sekenanya.
Gadis itu mengambil air minum dan kembali ke kamarnya tanpa mempedulikan papa dan mama serta kakaknya. Citra tersenyum pada Darren setelah anak gadisnya tak lagi terlihat.
"Darren, mama ingin bertanya." Darren mengangguk.
"Siapa gadis yang kemarin merangkul lenganmu?"
Dahi Darren mengerut. Ia mencoba mengingat kejadian yang terjadi kemarin.
"Oh, itu teman ku. Dia terpeleset dan kebetulan saat dia akan terjatuh, ada aku di sampingnya. Jadi, dia berpegangan padaku." Darren menjabarkan kejadian kemarin.
"Apa kamu yakin?" tanya Citra lagi.
"Iya ma. Apa ada yang salah?" tanya Darren lagi.
"Ah, tidak. Mama hanya ingin tahu. Mana pikir, kamu sudah punya kekasih." Darren tersenyum.
"Mama kan tahu, Darren sedang mengambil jurusan spesialis bedah. Darren belum berpikiran untuk menikah. Lagi pula, usia Darren baru dua puluh tujuh. Jadi, mama santai saja."
Terlihat, Citra menghembuskan napas lega setelah mendengar ucapan putranya itu. Al mengusap punggung istrinya.
"Kembalilah ke kamar mu," ucap Al pada Darren.
"Iya, pa."
Darren segera berlalu meninggalkan kedua orang tuanya di sana. Ia berjalan mendekati kamarnya sendiri.
*****
halo genks.... kita bertemu dengan kisah Darren dan Bening. story' ini akan di up 1 bab per hari sampai love after marriage and divorce tamat ya. Jadi, tolong bersabar semuanya....
Sampai jumpa di bab selanjutnya kesayangan...🤗🤗🤗💖💖💖😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Syifa Azzahra
hadir kak
2022-05-24
1
Endang Priya
mampir lg akunya.
2022-04-08
1
Susana
Hadir. 😘😘
2022-03-08
1