Leo kembali dengan wajah kusut. Inggrid, istrinya, yang tengah membaca majalah melihat suaminya yang terlihat lelah. Leo duduk di samping Inggrid dan memijit dahinya. Inggrid memiringkan posisi duduknya menghadap suaminya.
"Gagal ya, Pi?" Leo menggeleng.
"Terus, kok papi lesu begini?" tanyanya lagi.
Leo belum menjawabnya. Ia menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Namun, kata-katanya tersumbat saat mendengar suara kedua putrinya yang akan memasuki rumah.
Ia menoleh dan berusaha mengubah ekspresi wajahnya dengan senyuman secerah mentari. Terlihat, dua gadis kembar yang tersenyum padanya dan memeluknya
"Kalian darimana?" tanya Leo.
"Dari toko buku, Pi," jawab putrinya yang ada di sisi kirinya. Dia adalah Aura Bening.
"Papi, dua tahun lagi kan kami lulus kuliah, bolehkan kami minta belikan mobil?" Kali ini, suara putrinya yang lain, Aira Bening. Leo tersenyum pada kedua putrinya.
Ia merangkul keduanya. "Aura Bening dan Aira Bening. Kalian sepertinya sudah merasa dewasa ya, sampai menginginkan mobil sendiri?" Leo menaikkan kedua alisnya.
"Tidak apa, Pi. Jika memang bisa, belikan saja," usul Inggrid.
"Wah, papi kalah suara." Leo mengubah raut wajahnya sedih.
Ketiga wanita yang ia cintai, tertawa melihat ekspresi satu-satunya pria di rumah mereka. Pria yang menjadi cinta pertama sepasang anak kembar itu.
Leo pun ikut tertawa melihat kebahagiaan keluarganya. Kebahagiaan yang tak mungkin ia tukar dengan dana investasi.
"Sudah, sana mandi. Twins Bening masih bau acem," ejek Leo.
Di rumah, kedua anak kembar ini memang lebih suka dipanggil dengan panggilan twins Bening. Sementara di sekolah atau di luar, mereka akan dipanggil dengan nama depan mereka, Aura dan Aira.
"Papi...." Leo segera berlalu menuju kamarnya.
*****
Di kamar utama.
Sepasang suami istri paruh baya itu kini telah berganti piyama. Keduanya tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Leo menarik napas dalam sebelum bicara pada istrinya
"Mi, kita jual rumah ini saja ya," ucapnya lirih.
Inggrid menoleh. Keningnya berkerut memikirkan ucapan suaminya.
"Gagal ya, Pi?" pertanyaan yang sama seperti beberapa jam yang lalu.
"Bukan."
"Lalu?"
Leo pun menceritakan pada Inggrid perihal permintaan Dimitri padanya. Bukan permintaan, tetapi pernyataan. Pria kejam itu, seolah menganggap putrinya hanyalah barang tukar dengan mengatasnamakan pernikahan.
Bukan Leo tidak mengetahui, bagaimana Dimitri memperlakukan wanita yang dijadikan pria itu untuk berinvestasi. Awalnya, memang ia mengatakan ingin menikahi para wanita itu. Namun, pada akhirnya ia tidak akan menikahi mereka. Leo bahkan menyelidiki kasus ini setelah permintaan Dimitri tadi. Ternyata, hal itu bukanlah gosip semata.
Jika sampai waktu yang pria itu tentukan uang investasinya tak kembali, maka wanita yang ia minta untuk dijadikan istri tadi akan ia jadikan wanita penghibur di club miliknya.
Inggrid mengangakan mulut tak percaya. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana hancurnya hati dan perasaan putrinya nanti. Air mata mulai membasahi pipinya.
"Tidak, Pi. Mami tidak ingin membuat twins Bening hancur." Leo memeluk istrinya.
"Mami setuju. Kita jual saja aset yang masih tersisa." Inggrid menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Leo menganggukkan kepalanya setuju. Sama seperti yang istrinya rasakan, ia pun tidak sanggup melihat kehancuran putrinya sendiri.
Bagi wanita, kehormatan tertingginya akan membuat mereka bangga. Jika mereka tak bisa menjaga kehormatan itu, maka tidak akan ada lagi yang menghargai mereka. Nilai mereka bahkan tak lebih dari wanita penghibur di luar sana.
*****
Seperti kesepakatan antara dirinya dan Inggrid sang istri, Leo pun mulai menjual sisa aset mereka. Paling tidak utang pada pihak bank terselesaikan. Biarlah mereka hidup sederhana untuk saat ini.
Penjualan pun berhasil. Tidak hanya rumah dan mobil mewahnya yang ia jual, Leo pun menjual saham serta usahanya pada pihak lain.
Butuh waktu cukup lama, untuk penjualan usaha serta saham dari perusahaan yang hampir pailit tersebut. Beruntung, ada seseorang yang ingin membeli perusahaan itu.
"Ah, terimakasih, Pak. Bapak sudah mu membantu saya." Leo menjabat tangan pria itu.
"Tidak masalah, pak Leo. Kalau boleh, saya ingin merombak semua jajaran petinggi di perusahaan bapak, serta cara kerjanya."
"Silahkan saja pak. Perusahaan ini sekarang milik bapak. Saya sudah tidak ada hak untuk menolak hal apapun yang pak Al lakukan pada perusahaan ini."
Pria yang membeli perusahaan Naratama adalah Alvino Brahmana. Ia sudah menyelidiki latar belakang perusahan eksport import itu.
Namun, karena adanya korupsi yang tidak diketahui oleh si pemilik, membuat perusahaan tersebut diambang kebangkrutan. Suryo sahabat sekaligus asisten Al sudah memastikan hal itu.
"Apa bapak, masih ingin bekerja di tempat ini?" tanya Al.
Leo tertegun. Tadinya, Leo berpikir akan membuka jasa ekspedisi saja. Berhubung sisa dana yang ia miliki tidaklah besar. Di luar dugaannya, Al justru menawarinya pekerjaan di tempat itu.
"A-apa boleh, Pak?" Wajah Leo terlihat bersinar penuh harap.
"Tentu saja. Hanya saja, posisi yang akan pak Leo tempati hanya sebagai kepala divisi import. Bagaimana?"
"Ah, saya sangat berterima kasih pak Al. Saya tidak pernah berpikir sejauh ini. Saya ...." Leo tak bisa melanjutkan ucapannya karena rasa bahagia yang tak bisa ia gambarkan.
Al terkekeh dan menepuk lembut punggung Leo. Kemudian, ia meminta Suryo untuk segera merubah jajaran petinggi serta sistem kerja di perusahaan itu.
Bahkan, Al meminta Suryo untuk merubah nama perusahaan pada pengacara. Perusahaan Naratama, akan berada dalam naungan Brahmana corp..
*****
Seperti biasa, Chelsea akan selalu menempeli Darren, hingga banyak mata yang memperhatikan keduanya.
"Dok, dokter Darren dan dokter Chelsea pacaran ya?" salah seorang perawat menanyakannya pada Chelsea.
"Iya." Perawat itu mengangakan mulutnya tak percaya.
"Tapi kok dokter Darren terlihat cuek ya, dok?" Chelsea tersenyum hambar.
"Suster kan tahu, dokter Darren seperti itu. Tapi, kalau lagi berdua itu, ya ampun, perhatian banget. Romantis lagi."
Perawat lain di sekitar mereka pun antusias mendengarkan berita itu. Chelsea pun mulai menyebarkan berita yang jelas-jelas tidak benar. Para perawat yang hanya melihat tanpa mengkonfirmasi kenyataan pada Darren itupun, menelan berita itu mentah-mentah.
Lambat laun, gosip itu semakin menyebar. Darren yang tidak suka membicarakan hal tak penting, tidak pernah peduli dengan sebuah gosip. Selama hal itu tidak menjatuhkan nama keluarga dan dirinya, Darren akan diam.
Saat akan pulang, Chelsea mendekati Darren. Ia berniat mengenal keluarga Darren. Nantinya, ia akan mendekati keluarga Darren untuk bisa membuat Darren jatuh cinta padanya.
"Darren." Chelsea memang sudah meminta ijin pada Darren untuk bicara informal. Darren pun tak mempermasalahkannya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Aku boleh ikut ke rumah kamu?" Darren mengerutkan dahinya.
Untuk apa dia ke rumah ku?
"Ke rumahku?" Chelsea mengangguk.
"Untuk apa?"
"Main saja. Kita kan sekarang berteman. Masa aku tidak boleh main ke rumah temanku?"
Darren mengangguk. "Boleh saja. Ayo."
Mereka pun menuju mobil milik Darren. Mobil yang tidak mewah, tetapi terlihat lebih mahal dari mobil milik Chelsea.
Paling tidak, dia lebih kaya dari aku. Kalau aku bisa mendekati keluarganya, itu adalah hal yang bagus.
*****
Sampai jumpa besok semuanya🤗🤗🤗💖💖💖😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
SyaSyi
bagus ceritanya
2022-03-14
1
IG : @thatya0316
semangat kak
2022-02-20
1
☀️adinta🔪🥝
eeehhhh
bau bau 🤔
2022-02-12
1