Secret Love

Secret Love

1

Aleta Queenby Elvina, gadis cantik yang bekerja sebagai desainer interior di sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar. Wanita yang akrab disapa Aleta tersebut mendapatkan pekerjaan tersebut karena kemampuannya dibidang desain interior yang cukup bagus.

Aleta sebenarnya adalah anak tunggal dari seorang pengusaha manufaktur dibidang komunikasi dan elektronik. Akan tetapi, Aleta sama sekali tidak tertarik bergabung dengan perusahaan papanya. Dia lebih memilih bekerja di perusahaan yang sesuai dengan keahliannya.

Meskipun dia bekerja di perusahaan kecil. Tapi Aleta yakin dengan kemampuan teman-teman kerjanya yang lain. Dia juga sangat yakin bisa membuat perusahaan kecil itu menjadi besar suatu saat nanti.

Keoptimisan dan keceriaan wanita berusia 25 tahun tersebut membuat dia mudah sekali mendapatkan teman di tempat kerjanya. Dan banyak disukai orang.

"Al, kamu nggak mau ikut kita clubbing?" tanya Indah rekan kerjanya.

"Enggak ah, aku capek banget, pengen istirahat. Besok kan masih harus meeting pagi-pagi juga. Kalian aja yang pergi, aku pulang aja." Aleta memang seorang gadis yang tidak terlalu suka dengan dunia malam.

Bukannya sama sekali tidak tertarik. Dia juga sesekali pergi ke club malam. Tapi itu hanya saat dia merasa suntuk aja, tidak untuk kebiasaan.

Selesai kerja dia langsung pulang ke rumah. Berkali-kali dia menguap saat sedang mengemudikan mobilnya. Juga sesekali meregangkan otot lehernya yang terasa kaku.

Beberapa hari terakhir dia harus sering sekali pulang lewat dari jam kerja karena pekerjaan yang menumpuk. Jarak rumah dengan tempat kerjanya tidak terlalu jauh. Aleta memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk menempuh perjalanan.

Setibanya di rumah. Aleta melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Aleta dengan seksama mengamati mobil tersebut. "Mobil siapa sih?" pikir Aleta, karena dia baru pertama kali melihat mobil tersebut ada di rumahnya.

"Oh mungkin temen papa.." Aleta baru ingat jika papanya pernah bilang jika akan ada temannya yang akan berkunjung ke rumah mereka.

Aleta melangkahkan kakinya dengan riang memasuki rumahnya. Sembari bersenandung riang Aleta terus menerobos masuk ke dalam rumahnya seperti biasa.

Dia melihat 3 orang asing terdiri dari sepasang suami istri dan 1 pemuda. Mereka sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya. Dari suara tawa yang sempat Aleta dengar, sepertinya obrolan tersebut sangatlah seru.

"Malam pa, ma.." sapa Aleta kepada kedua orang tuanya.

"Malam nak," jawab Siska, mamanya Aleta.

"Kok baru pulang, banyak pekerjaan ya?" tanya Tessa, satu diantara ketiga tamu tersebut.

"I..ya.. tan..te..." Aleta menjawab dengan terbata-bata. Dia merasa tidak mengenal sosok perempuan paruh baya tersebut. Jadi Aleta terlihat agak gugup.

"Kamu udah besar ya sekarang, mana cantik banget lagi.." ucap Tessa kembali.

"Makasih tante.."

Tak berselang lama, Darwis, papanya Aleta memperkenalkan tamunya kepada Aleta. "Al, ini tante Tessa sama om Hendra. Mereka teman papa waktu kecil. Dan ini, Sakha, anak tante Tessa dan om Hendra.."

"Aleta tante.."

"Aleta om..."

"Aleta kak.."

Aleta memperkenalkan dirinya kepada tamu papanya. Dan perkenalannya disambut baik oleh Tessa dan Hendra. Tapi, Aleta merasa kesal dengan anak mereka, Shaka.

Menurut Aleta, dia terkesan cuek dan acuh tak acuh. Dia juga hanya menjabat tangan Aleta tanpa berkata apapun. Entah itu namanya kek, atau apa kek.

Dan itu membuat Aleta sangatlah kesal.

"Ini anak tante, namanya Sakha.."

"Kenalin nama kamu ke Aleta!" Tessa menyenggol pelan tangan anaknya yang sedari tadi hanya diam saja. Sepertinya Sakha merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut.

"Maaf, Sakha anaknya memang agak pemalu.." Tessa tersenyum kecil sembari menyenggol tangan Sakha kembali.

Setelah berkali-kali disenggol mamanya. Sakha akhirnya membuka suara juga. Dia tidak mau membuat papa dan mamanya malu.

"Sakha.." ucapnya singkat.

Acara ngobrol diganti dengan acara makan malam yang sudah disiapkan oleh Siska selaku tuan rumah. Dan acara makan malam itu cukup menyenangkan sampai tiba saatnya, Darwis menjelaskan maksud dari acara makan malam antara kedua keluarga tersebut.

"Disini papa mau jelasin maksud kedatangan om Hendra beserta keluarga. Maksud mereka datang bukan hanya untuk temu kangen, tapi untuk melamar kamu untuk anak mereka, Sakha.." tanpa basa basi Darwis mengatakan tujuan mereka bertemu dan makan malam.

"Lamar???" Aleta dan Sakha sama-sama kaget.

Tanpa angin tanpa hujan. Tiba-tiba ada seorang pemuda melamar Aleta. Sementara Aleta sendiri sudah memiliki kekasih.

Bukan hanya Aleta yang terkejut. Tapi juga Sakha yang dari awal tidak tahu semua itu. Awalnya mama dan papanya hanya mengajak untuk berkunjung ke rumah teman lama dan makan malam saja. Tidak ada pembicaraan mengenai lamaran sebelumnya.

"Maksudnya gimana sih pa? Jangan bercanda deh!" Aleta tentu saja menolak.

Melihat Aleta yang bingung dan terlihat agak marah. Juga melihat Sakha yang sepertinya juga terkejut. Hendra pun menyodorkan sebuah kotak berisi perhiasaan dan juga sepucuk surat yang sudah terlihat kusut.

"Kha, ini adalah surat wasiat dari kakek kamu, sebelum meninggal, kakek sempat menulis surat ini yang isinya kakek ingin menjodohkan kamu dengan anak dari om Darwis."

"Dulu, papanya om Darwis dan kakek kamu itu sahabatan, dan mereka membuat janji itu." Hendra menyerahkan surat tersebut kepada anaknya.

"Tapi kan cucu kakek bukan hanya aku, pa?" Sakha masih belum terima dengan penjelasan papanya.

"Tapi kamu cucu kesayangan kakek, apa kamu tega biarin kakek kamu sedih disana?"

Sakha menghela nafas dalam. Dia mulai membaca surat yang ditulis dengan tangan sendiri oleh kakeknya. Dan disitu dikatakan dengan jelas sesuai dengan apa yang papanya katakan tadi.

"Maaf om, pernikahan ini bukan hanya dari pihak om aja yang terlibat. Harusnya kalian juga tanya pendapat aku dan keluarga aku kan. Nggak bisa hanya terpacu dari surat wasiat saja." Aleta jelas sekali menolak perjodohan yang tidak masuk akal tersebut.

"Papa setuju dengan perjodohan ini." sahut Darwis yang membuat Aleta semakin melotot.

Darwis kemudian juga menyodorkan sebuah surat yang juga terlihat kusut. "Ini juga surat yang kakek kamu tulis sendiri, dan isinya sama dengan yang ditulis oleh kakeknya Sakha." imbuh Darwis.

Aleta seketika membuka surat tersebut dan membacanya. Dia melotot melihat isi surat dari kakeknya tersebut.

"Nggak, ini nggak masuk akal.. Aku nggak mau dijodohin pa.."

"Kamu tidak bisa menolaknya Aleta, kamu tahu kan kamu cucu satu-satunya kakek kamu.."

"Tapi kenapa papa baru kasih tahu ke Aleta sekarang? Padahal kakek kan sudah lama meninggal?"

"Karena waktu itu papa dan mama bingung mau cari kemana om Hendra. Kita sudah pisah sangat lama waktu kalian masih sama-sama kecil, dan kita tidak memiliki kontak satu sama lain, begitu juga dengan kakek kalian yang kehilangan kontak satu sama lain setelah om Hendra pergi."

"Bener Al, om Hendra juga baru tahu mengenai surat tersebut setelah kakeknya Sakha meninggal setahun yang lalu. Kita sempat cari kalian juga, segala upaya kita lakukan, dan akhirnya menemukan kalian sebulan yang lalu."

"Papa sama om Hendra sama-sama menjelaskan mengenai surat wasiat dari kakek kalian. Kemudian papa dan om Hendra menyiapkan semuanya untuk pernikahan kalian yang akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang.."

Aleta dan Sakha kembali terkejut dengan perkataan yang diucapkan oleh Darwis. Dan ternyata, semua itu telah direncanakan dari awal tanpa menanyakan pendapat dari Aleta dan juga Sakha.

"Dua minggu? Kalian udah rencanain ini semua tapi tidak tanya dulu pendapat Sakha?" tanya Sakha yang sepertinya sangat kecewa dengan apa yang papanya lakukan.

"Kamu tidak bisa menolak, kecuali kamu ingin membuat kakek kamu sedih.." Sakha tidak bisa membantah lagi. Dia memang paling dekat dengan kakeknya dibanding saudaranya yang lain.

"Kamu juga tidak bisa menolak Aleta.." ucap Darwis.

"Tapi Aleta punya pacar pa, papa nggak bisa seenaknya seperti ini!" Aleta yang marah kemudian meninggalkan meja makan dan berlari menuju kamarnya.

"Aleta...." seru Darwis.

"Udah biarin aja, mungkin Aleta masih kaget dengan rencana kita ini." ucap Tessa.

"Kalian memang konyol!!" giliran Sakha yang marah dan meninggalkan perjamuan tersebut.

"Sakha!!!" seru Hendra.

"Mungkin Sakha juga kaget." ucap Siska.

Tessa dan Hendra kemudian berpamitan kepada Darwis dan Siska. Dan Hendra mengatakan jika rencana mereka harus terlaksana demi mendiang papa merrka masing-masing.

"Iya, aku akan bujuk anak aku.." jawab Darwis.

Terpopuler

Comments

Mammi Rachmah

Mammi Rachmah

baru bca pdhl dh di favorite in..kereen jg critanya , semngat thor

2022-03-23

0

Leni Arinata

Leni Arinata

lanjut thor

2022-03-06

0

Syamsiyati

Syamsiyati

baru gabung thorr 👍🏻👍🏻👍🏻

2022-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!