Aleta terus ngedumel di dalam kamarnya. Dia tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang bisa-bisanya mengambil keputusan besar itu tanpa menanyakan pendapatnya. Karena merasa kesal dan gerah. Aleta memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.
Selesai mandi, Aleta mengirim pesan untuk kekasihnya. Aleta meminta supaya kekasihnya menelepon karena Aleta ingin curhat. Sebelumnya Aleta sudah menghubungi kekasihnya terlebih dahulu. Akan tetapi kekasihnya tidak mengangkat telepon darinya.
Entah kenapa akhir-akhir ini kekasihnya sulit sekali dihubungi. Dia membalas chat dari Aleta dengan begitu lama. Tidak berinisiatif untuk mengirim pesan duluan. Atau bahkan seharian tidak mengirim pesan sama sekali.
Aleta tidak berpikiran negatif kepada kekasihnya tersebut. Karena setiap kali kekasihnya membalas pesannya. Dia akan mengatakan jika dia sedang sibuk. Dan Aleta percaya itu. Karena kekasih bekerja di sebuah perusahaan besar yang pastinya banyak sekali pekerjaan. Apalagi kekasihnya akan dipromosikan jabatannya.
"Hah..." Aleta melemparkan dirinya ke kasur.
Menatap langit-langit kamarnya. Aleta kembali teringat akan perjodohannya. Apa yang membuat Aleta kesal, karena papanya sama sekali tidak memberitahunya. Dan juga karena cowok yang dijodohkan dengannya cowok yang nggak banget menurut Aleta.
Cowok yang dingin yang terlihat begitu sombong.
Mengingat betapa menyebalkan cowok itu mrmbuat Aleta kembali merasa kesal. Meskipun baru pertama kali bertemu tapi Aleta yakin jika cowok itu sangatlah menyebalkan. Terlihat dari wajahnya yang dingin.
Tokkk!
Tokkk!
"Mama boleh masuk nggak nak?" seru Siska dari luar kamar Aleta.
"Masuk aja ma!" seru Aleta tanpa bergerak dari tempatnya. Dia terlalu malas untuk bangun.
Siska membuka pintu kamar Aleta yang tidak terkunci. Melihat anak perempuannya sedang rebahan diatas kasur empuknya. Siska mulai mendekati Aleta dan duduk dipinggiran ranjang.
"Nak, mama tahu kamu pasti sedih sekarang. Tapi, kita lakuin itu demi kebaikan kamu. Sakha anak yang baik meskipun dia terlihat dingin, dan dia dari keluarga baik juga. Papa dan mama kenal orang tua Sakha sudah sangat lama." ucap Siska tanpa basa basi.
"Tapi pernikahan itu hal yang besar ma, ini hidup Aleta, Aleta yang jalani, jadi please, biarin Aleta tentuin siapa yang akan menjadi pendamping hidup Aleta sendiri!"
Aleta menolak perjodohan tersebut karena beranggapan bahwa dia bisa memilih pendamping hidupnya sendiri. Lagipula dia juga sudah dewasa dan dia sendiri yang menjalani hidup ini.
"Nak, yakinlah bahwasanya apa yang dilakukan oleh papa dan mama itu demi kebaikan dan kebahagiaan kamu."
"Kamu juga pasti ingin kan kakek bahagia disana? Ini permintaan kakek nak.." Siska kembali menjelaskan kepada putri semata wayangnya.
"Tapi Aleta punya pacar ma, nggak mungkin Aleta tinggalin dia begitu saja. Aleta cinta sama Rey, ma.."
"Mama dan papa nggak yakin sama Rey. Buktinya kalian sudah lama pacaran tapi dia belum mau lamar kamu juga."
"Rey janji setelah dia naik jabatan, dia akan lamar Aleta kok ma." Aleta menentang pemikiran negatif mamanya untuk kekasihnya.
"Terus mama yakin sama cowok tadi, padahal kita sama sekali belum pernah kenal. Mama yakin nyerahin anak mama satu-satunya untuk lelaki yang tidak mencintai Aleta?" Aleta membalik perkataan dari mamanya.
Dengan Rey yang sudah menjadi pacar Aleta selama lebih dari 4 tahun semenjak mereka kuliah. Orang tuanya aja tidak yakin. Apalagi dengan lelaki yang baru mereka kenal selama sebulan belakangan.
"Aleta anak mama satu-satunya loh." imbuh Aleta menegaskan posisi pentingnya untuk papa dan mamanya.
"Mama dan papa yakin jika Sakha bisa lebih bertanggung jawab daripada Rey." tetap saja, Siska teguh pada pendiriannya.
"Ma, aku ini anak mama atau boneka mama sih? Heran deh.." tanya Aleta dengan sangat marah karena mamanya sama sekali tidak mengerti akan perasaannya.
"Percaya sama mama dan papa! Kami berdua orang tua kamu, kami tidak akan mencelakakan anak kami sendiri.." Siska meraih tangan Aleta untuk menenangkannya.
"Mama sadar nggak sih, dengan memaksa Aleta seperti ini, itu membuat Aleta sedih, ma.." Aleta menarik tangannya dari genggaman mamanya.
Siska hanya tersenyum kecil. Bukannya tidak mau mengerti perasaan anaknya. Tapi dia yakin dengan pilihan mertuanya bahwa Sakha adalah pilihan yang tepat untuk putrinya.
Apalagi Sakha dari keluarga yang sangat baik dan dia juga sudah mengenalnya lama. Dan juga karena Siska sendiri merasa tidak yakin dengan pacar Aleta. Siska merasa jika pacar Aleta tersebut bukanlah pemuda yang baik.
Siska kemudian menarik Aleta ke dalam pelukannya. Kasih sayang orang tua yang lebih besar dari kasih sayang siapapun. Orang tuamulah yang akan pertama bersedih saat kamu terluka. Dan pertama yang merasa bahagia saat kamu bahagia.
Darwis masuk juga ke kamar anaknya. Dia melihat istrinya yang sedang memeluk putri semata wayang mereka. Senyuman dibibirnya mengembang. Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika melihat orang-orang yang kita sayangi akur.
"Pa, Aleta nggak mau dijodohin. Aleta cinta sama Rey.." rengek Aleta ketika melihat papanya melangkahkan kakinya memasuki kamarnya.
Aleta tahu papanya tidak akan tahan dengan rengekannya. Dia anak satu-satunya yang selalu dimanja oleh papanya. Apapun yang dia minta akan selalu dituruti oleh papanya.
Darwis mendekat dan duduk disamping istrinya. Sementara Aleta terus merengek dengan terus menggengam tangannya. Darwis hanya tersenyum kecil, kemudian mengecup kening anaknya.
Disaat papanya mulai memeluknya. Aleta merasakan angin segar berhembus. Dia yakin papanya masih tidak tahan dengan rengekannya.
"Nak, apa yang papa lakukan itu demi kebahagiaan kamu." ucap Darwis.
Seketika Aleta melepaskan pelukannya. Dia tidak menyangka jika rengekannya tidak berhasil kali ini. Akan tetapi, Aleta tidak mau menyerah begitu saja. "Pa, aku kan anak papa satu-satunya, papa pasti pengen dong alu bahagia. Iya kan pa?"
"Kalau papa ingin aku bahagia, tolong papa batalin perjodohan yang tidak masuk akal ini! Please pa! Kasihan Rey.." pinta Aleta kepada papanya.
Tapi, Darwis hanya kembali tersenyum kecil. Dengan gemas Darwis mencubit pipi Aleta yang tembem. "Nggak bisa sayank, ini adalah wasiat dari kakek kamu. Papa nggak berani batalinnya." ucap Darwis.
"Papa udah nggak sayank sama Aleta.." Aleta marah karena rengekannya kembali tidak efektif.
"Justru karena papa dan mama sayang kamu, kita ingin kamu mendapat suami yang baik dan bertanggung jawab." jawab Darwis masih dengan kesabaran yang ekstra. Dengan anaknya, Darwis akan bisa lebih sabar lagi.
"Tanggung jawab apanya, orang dia nyebelin gitu, mana cuek banget jadi orang." Aleta kembali tidak puas dengan perilaku Sakha tadi.
"Don't judge people from the cover! Tak kenal maka tak sayang.."
"Sakha itu anak yang baik dan sopan, dan dia juga orang yang sangat bertanggung jawab. Kamu tahu, diusianya yang masih muda, dia sudah mendapatkan posisi direktur utama."
"Dia bersaing dengan paman dan juga sepupunya." imbuh Darwis.
"Terserah apa kata papa. Yang jelas Aleta tidak mau menerima perjodohan ini!" Aleta kemudian berbaring dan menutupi dirinya dengan selimut tebalnya. Dia sama sekali tidak mau menghiraukan papa dan mamanya yang masih ada di dalam kamarnya.
"Ya udah kalau gitu, selamat malam sayank, met bobok ya!" ucap Siska sebelum keluar dari kamar anaknya bersama suaminya.
"Ingat, dua minggu lagi kamu akan menikah dengan Sakha.." ucap Darwis yang semakin membuat Aleta jengkel. Tapi Aleta sama sekali tidal bergeming. Dia terus menutup dirinya dengan selimut sampai ke bagian kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Leni Arinata
seru thor
2022-03-06
0
Lilis Hasanah
lanjut
2022-03-06
0