Gadis Untuk Presiden

Gadis Untuk Presiden

Malam yang Buruk

"Yah, Ibu telah menggadaikan rumah ini hanya untuk putranya yang bisanya cuma makan tidur saja," teriak Anjani sembari berusaha memukul Kakak tirinya yang bersembunyi di belakang ibu tirinya. Andri memegang tubuh Anjani erat agar tidak mengamuk pada Elang.

"Kami tidak bermaksud menghamburkan uang itu hanya saja Elang ingin berinvestasi pada salah satu perusahan tidak tahunya orang yang dia percaya malah pergi," kata Cindy menangis.

"Aku tidak percaya dia pasti hanya menghamburkan uang itu dengan teman-teman nya."

"Anja, sungguh aku menaruh semua uang itu untuk berinvestasi, aku tidak tahu jika hal itu malah membuat kita merugi banyak," jelas Elang memegang lengan baju ibunya.

"Kau itu, bodoh, hutang uang untuk investasi bodong, bagaimana bisa kita melunasinya kepada bank?" murka Anjani.

"Aku sungguh tidak mengira jika keadaan akan seperti ini," ucap Elang merasa bersalah.

"Kau memang tidak bisa berpikir karena pekerjaanmu hanya makan tidur saja bikin beban hidup Ayah!" maki Anjani.

"Anjani!" teriak Andri. "Mereka itu kakak dan Ibumu?"

"Kenapa kau selalu membela mereka. Aku itu anakmu bukan mereka. Apa karena kau sangat membenci ibu sehingga kau membenciku pula?"

"Anjani hargai mereka," teriak Andri sembari melayangkan tangan ke wajah anak semata wayangnya namun berhenti tidak sampai menyentuhnya.

"Maaf, Ayah tidak bermaksud seperti itu!"

"Ayah kau tidak boleh lakukan itu pada putrimu," seru Cindy memegang tangan suaminya.

"Kalian semoga kalian berbahagia karena Ayah melakukan ini padaku, kalian tahu apa yang ayah kerjakan di luar untuk menghasilkan uang?"

Cindy menggelengkan kepala sembari mengusap cairan dari hidungnya.

"Dia bekerja menjadi buruh angkut di pasar."

"Ayah," panggil Cindy dan Elang bersamaan.

"Bukankah Ayah bekerja sebagai kepala pemasaran di swalayan," kata Cindy menatap suaminya.

Anjani lalu mengambil kontak motor ayahnya dan berjalan ke motor dan mengambil bungkusan plastik dari dalam bagasi motor. Dia kembali berjalan masuk ke rumah.

"Jangan Anjani, Ayah mohon," pinta Andri pada anaknya untuk tidak memberitahu keluarganya perihal pekerjaan yang selama ini dia sembunyikan.

"Biar mereka tahu bagaimana susah payahnya ayah bekerja untuk mereka. Biar mereka bisa berpikir bahwa tanpa kerja keras kita tidak akan makan, biar mereka menghargai perjuangan ayah untuk membeli rumah ini," murka Anjani sembari membuka tas plastik itu yang memperlihatkan baju kotor penuh pasir dan semen milik Andri.

"Anjani! Tolong hargai ibu dan saudara lelakimu," teriak Andri.

"Dia bukan saudaraku dan dia bukan ibuku," teriak Anjani keras, sembari memundurkan tubuhnya.

Plak!

"Kenapa kau selalu membela mereka. Aku keluargamu bukan mereka!" seru Anjani.

"Jika seperti ini lebih baik aku pergi dari rumah ini. Silahkan kalian bahagia dengan keluarga ini tanpa aku," imbuhnya pergi ke kamar lalu menata pakaiannya.

"Anjani maafkan Ayahmu," ucap Cindy mengikuti kemanapun Anjani melangkahkan kakinya.

"Jangan pura-pura baik di depanku pada kenyataan kau selalu membuat aku dan Ayah bertengkar."

"Demi Tuhan Anjani aku ingin keluarga kita bahagia," kata Cindy memegang tangan Anjani yang sedang menutup koper penuh berisi pakaiannya.

"Biarkan saja dia pergi, Bu," ucap Andri.

"Yah, dia juga putriku," kata Cindy.

"Dia tidak menganggap mu Ibu yang telah membesarkannya selama ini. Biarkan dia pergi dengan pikirannya yang salah," Cindy lalu mengusap wajahnya yang penuh air mata dengan lengan bajunya.

"Jika kau sudah sadar dan bisa menghargai perjuangan ibumu pulanglah ke rumah karena kami akan selalu menyambut kedatanganmu," ungkap Andri tenang.

"Anja, jangan pergi!" cegah Elang memegang koper Anjani. "Aku berjanji mulai besok akan mencari pekerjaan dan membayar uang itu agar rumah ini kembali lagi pada kita, tetapi aku mohon kau jangan pergi!"

"Terlambat! Jaga Ayah," kata Anjani lalu pergi meninggalkan rumah dengan perasaan hancur. Yang dia tahu Ayahnya selalu membela ibunya yang tukang hutang dan saudara tirinya yang hobi main dan tidur saja. Sedangkan Ayah malah selalu memarahinya ketika memprotes tindakan kedua orang itu. Dia anak kandungnya yang harus selalu dibela bukannya dimarahi, batin Anjani kecewa. Ini terasa tidak adil baginya.

Apa Ayah melakukan itu karena ayah membenci ibunya? Yang dia tahu Ibu Cindy itu merayu ayahnya sehingga ibu kandungnya pergi meninggalkan dia dari bayi.

***

"Tirta ... ," panggil Abimanyu pada anaknya yang sedang bermain game di kamarnya. Yang dipanggil tidak mendengarkan karena telinganya tertutup headphone.

Abimanyu lalu menarik headphone itu. Bayu baru melihat ke arah ayahnya dengan mengangkat bahunya. Seolah bertanya ada apa?

Abimanyu mengambil handphone Tirta.

"Wali kelasmu mengatakan jika kau jarang mengerjakan tugas sekolah. Ayah minta mulai hari ini kau kerjakan tugasmu, jika seminggu ini kau tidak melakukan perintah guru maka dengan terpaksa Ayah akan menyita uang dan motor yang kau gunakan untuk berpergian. Jika kau mau sekolah cukup diantar oleh sopir."

"Yah, kau tidak bisa melakukan itu," kata Bayu keberatan.

"Tidak ini sudah keputusan Ayah. Ayah tidak mau kau mundur karena kemalasanmu itu. Dulu kau selalu juara kelas namun sekarang nilaimu hancur berantakan. Itu menjadi beban pikiran Ayah."

"Dulu itu dulu ketika ada ibu, sekarang ibu tidak ada dan Ayah selalu sibuk dengan pekerjaan saja tidak pernah memperhatikan kami, bagi ayah kami hanya beban saja begitu kan?"

"Ayah bukan bermaksud seperti itu, maksud Ayah adalah kau kembalilah seperti dulu jadi anak yang penurut dan selalu berprestasi."

"Kenapa jika aku tidak berprestasi apakah Ayah akan malu pada teman-teman Ayah?" lirih Bayu.

"Bayu!" teriak Abimanyu marah karena kata-kata anaknya.

Prank!

"Ya Tuhan, Bumi, Tirta kalian memecahkan guci kesayangan Oma yang Oma beli dari Tiongkok. Itu guci antik berharga ratusan juta rupiah," teriak Oma Citra dari arah lantai bawah.

Abimanyu yang mendengar keributan itu lantas menghentikan kata-katanya.

''Sekarang selesaikan tugas sekolahmu, ambil handphonemu lagi besok jika semua tugas itu telah selesai jika tidak handphone ini akan terus ayah sita hingga kau berubah," ucap Abimanyu sembari melangkah pergi. Abimanyu melihat bayangan Bayu yang bertingkah seperti hendak memukulnya dari belakang. Dia lalu menoleh membuat Bayi menurunkan tangannya ke belakang telinga bertingkah seperti hendak menggaruk kepala. Abimanyu menggelengkan kepalanya.

Abimanyu lalu ke lantai bawah untuk melihat kekacauan yang terjadi.

"Oh, Oh, kepakaku pusing melihat tingkah anakmu itu, itu guci antik yang ditemukan di dasar samudera Hindia dan kakekmu membelinya untukku, aku telah merawatnya selama ini dengan baik namun anakmu ... oh... dia ... aku tidak tahu harus mengatakan apa?"

Abimanyu melihat pecahan guci yang berserakan di lantai. Dia menarik nafas dan menatap kedua anaknya dengan tatapan tajam.

"Bukan salah kami, Yah, ini salah Oma," kata Tirta dan Bumi.

Citra membulatkan mulutnya. Bisanya anak kecil ini menuduhnya.

"Kalian hantu kecil mengapa menyalahkan Oma atas kesalahan yang kalian perbuat sendiri," seru Citra kesal pada cucu tirinya.

"Kami sedang bermain kejar-kejaran dan Oma menghalangi kami, kami menghindar tapi tanpa sengaja menyentuh guci itu dan terjadilah hal itu," terang Tirta.

"Nah, betulkan mereka yang salah," ujar Citra sembari melipat tangan di dada tersenyum penuh kemenangan.

"Oma yang salah jika Oma tidak menghalangi kami dan akan menangkap kami, guci itu tidak akan pecah."

"Tirta, Bumi," geram Abimanyu tetapi ditahan sekuat tenaga.

"Kayla hidup tanpamu itu begitu sulit bagiku. Mengurus tiga orang anak tidak semudah yang terlihat. Adakah wanita sepertimu yang akan memberikan cinta dan kasih sayang pada anak anak kita, jika ada maka aku akan mengejarnya walau ke ujung dunia." - Abimanyu-

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

mampir🙏🏻🙏🏻

2023-02-05

0

Nila Nila

Nila Nila

hai haii...kak NaHu( Nana Hutabarat)..eyke mampir ...😘😘😘😘

2022-03-18

2

Nina Amalia

Nina Amalia

meluncur ke sini 😘👍

2022-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Malam yang Buruk
2 Kriteria Ibu yang Baik
3 Butuh Wanita
4 Salah paham
5 Cocok
6 Misskomunikasi
7 Pencemaran Nama Baik
8 Pria lemah
9 Sahabat Sejati
10 Sang Mentor
11 Pertengkaran duo A
12 Kesepakatan
13 Perbedaan Tajam
14 Cara Licik
15 Rindu Ibu
16 Sarapan Pagi
17 Kondisi Mencekam
18 Perisai Untuk Anak
19 Bertarung
20 Perhatian Berlebih
21 Libur yang Diganggu Pak Bos
22 Terpaut Jarak Umur
23 Kecemburuan Devan
24 Mirip Ibu
25 Keluarga Bahagia
26 Posisi yang Cocok
27 Penampilan
28 Jadi Diri Sendiri
29 Galau
30 Demi Anak
31 Penolakan
32 Ketegangan
33 Sepemikiran
34 Pekerjaan
35 Tertarik
36 Pilihan
37 Tentang Rasa
38 Kesempatan
39 Memilih
40 Tersentuh
41 Kesadaran Penuh
42 Hutang
43 Fitnah Kejam
44 Belajar
45 Nge date
46 Strata Sosial
47 Pikiran Orang
48 Cinta Baru
49 Pengganti
50 Momen
51 Sebuah Alasan
52 Lamaran Tidak Romantis
53 Barang Lama
54 Muka Tebal
55 Belanjaan Lamaran
56 Meminang Seorang Gadis
57 Memendam Rasa
58 Ijab Kabul
59 Ibu Sesungguhnya
60 Membeku
61 Belum Siap
62 Ibumu
63 Kenangan Lama
64 Masa Kini
65 Menjual Barang Kenangan
66 Gangguan
67 Kecewa
68 Pelet
69 Ketahuan
70 Penunda Kehamilan
71 Keputusan
72 Tegang
73 Istri Presiden Direktur
74 Pacar Ibu
75 Saling Menyalahkan
76 Malam Ini
77 Ibu Yang Baik
78 Simple atau kurang bahan
79 Pembelaan anak-anak Abimanyu
80 Kebakaran.
81 Bumi Diculik
82 Pengakuan Marsellina
83 Tamat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Malam yang Buruk
2
Kriteria Ibu yang Baik
3
Butuh Wanita
4
Salah paham
5
Cocok
6
Misskomunikasi
7
Pencemaran Nama Baik
8
Pria lemah
9
Sahabat Sejati
10
Sang Mentor
11
Pertengkaran duo A
12
Kesepakatan
13
Perbedaan Tajam
14
Cara Licik
15
Rindu Ibu
16
Sarapan Pagi
17
Kondisi Mencekam
18
Perisai Untuk Anak
19
Bertarung
20
Perhatian Berlebih
21
Libur yang Diganggu Pak Bos
22
Terpaut Jarak Umur
23
Kecemburuan Devan
24
Mirip Ibu
25
Keluarga Bahagia
26
Posisi yang Cocok
27
Penampilan
28
Jadi Diri Sendiri
29
Galau
30
Demi Anak
31
Penolakan
32
Ketegangan
33
Sepemikiran
34
Pekerjaan
35
Tertarik
36
Pilihan
37
Tentang Rasa
38
Kesempatan
39
Memilih
40
Tersentuh
41
Kesadaran Penuh
42
Hutang
43
Fitnah Kejam
44
Belajar
45
Nge date
46
Strata Sosial
47
Pikiran Orang
48
Cinta Baru
49
Pengganti
50
Momen
51
Sebuah Alasan
52
Lamaran Tidak Romantis
53
Barang Lama
54
Muka Tebal
55
Belanjaan Lamaran
56
Meminang Seorang Gadis
57
Memendam Rasa
58
Ijab Kabul
59
Ibu Sesungguhnya
60
Membeku
61
Belum Siap
62
Ibumu
63
Kenangan Lama
64
Masa Kini
65
Menjual Barang Kenangan
66
Gangguan
67
Kecewa
68
Pelet
69
Ketahuan
70
Penunda Kehamilan
71
Keputusan
72
Tegang
73
Istri Presiden Direktur
74
Pacar Ibu
75
Saling Menyalahkan
76
Malam Ini
77
Ibu Yang Baik
78
Simple atau kurang bahan
79
Pembelaan anak-anak Abimanyu
80
Kebakaran.
81
Bumi Diculik
82
Pengakuan Marsellina
83
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!