Bumi memandang jijik pada sayur di depannya. Cah sawi hijau, campur jagung, wortel, brokoli dan sosis potong. Bumi menelan Salivanya sulit.
"Aku tidak mau makan ini," kata Bumi melihat ke arah Marsellina.
Marsellina lalu duduk mendekati Bumi dan satu tangannya berada di sandaran kursi bumi.
"Kau lihat, ini adalah makanan segar yang sangat banyak serat dan vitaminnya diperlukan untuk tubuh agar kau menjadi kuat dan sehat.
"Tapi aku tidak suka," ujar Bumi.
"Cobalah, kau harus belajar memakannya walau sedikit. Cicipi dulu baru bilang tidak suka. Aku memasaknya khusus untukmu," kata Marsellina antusias.
"Aku bilang tidak mau!" teriak Bumi kesal. Marsellina menarik nafasnya dalam mencoba untuk bersikap sabar.
"Dengar Bumi, aku sangat menyayangimu. Aku selalu ingin yang terbaik untukmu," katanya tulus.
"Tetapi aku tidak suka dengan sayur itu," ucap Bumi dengan mata memerah.
"Bumi, kumohon coba sedikit saja," pinta Marsellina. Menyendokkan sedikit sayur dan nasi.
"Hei! Ada apa ini?" tanya Bayu yang berjalan mendekat ke arah Bumi. Tirta yang sedang bermain game ikut mendekat setelah mendengar keributan di pagi hari.
Bumi langsung turun dari tempat duduknya lalu bersembunyi dibelakang tubuh Bayu.
"Aku hanya ingin dia memakan sayuran ini," ucap Marsellina dengan menahan egonya dalam-dalam. Dia tidak ingin membuat keributan dengan anak Abimanyu. Ingin membuat citra ibu yang baik bagi mereka.
"Ini bergizi lho, aku sendiri yang membuatnya khusus untuk Bumi karena dia jarang sekali makan sayuran," terang Marsellina.
"Kau jangan memaksa adikku jika dia tidak mau," kata Bayu tegas penuh wibawa seperti ingin melindungi Bumi. Jika seperti ini dia sangat mirip dengan Abimanyu.
"Aku tidak memaksanya, hanya membujuk," kilah Marsellina. Dia sedih melihat Bumi yang takut melihatnya. Hatinya merasa sakit.
"Aku sendiri melihat kau memaksanya, kau mau berkilah apa lagi?" desak Tirta yang memang tidak suka pada Marsellina karena berusaha untuk mendekati ayahnya.
"Demi Tuhan aku hanya ingin yang terbaik dari kalian. Kemarin malam aku sengaja ke swalayan dan membeli sayuran ini sepulang dari sini dan memaksanya sendiri di pagi buta untuk bisa menghidangkannya pada kalian."
"Aku tidak ingin dengar ceritamu itu tetapi aku tidak suka melihat adikku menangis!" tegas Bayu.
"Aku tidak bermaksud membuatnya takut atau menangis," ujar Marsellina dengan suara serak.
"Kalau begitu jangan memaksa apa yang tidak dia sukai karena ibupun tidak pernah melakukannya dia akan menghidangkan apa yang kami sukai. Sayangnya, kau itu bukan siapa-siapa kami, kau juga bukan ibu Bumi yang bisa memaksanya untuk makanan masakanmu!"
"Bayu! Jaga ucapanmu, tidak seharusnya kau membantah apa perkataan orang tua!" seru Abimanyu melihat anaknya yang bersikap kasar pada Marselina. Wanita itu lantas mendekati Abimanyu dan menangis.
"Aku memang bukan ibunya tetapi aku selalu menyayanginya seperti anakku sendiri karena aku turut merawat Bumi dari dia masih bayi," ucap Marsellina sesengukkan.
Bayu menatap malas pada wanita itu. Sedangkan Tirta melipat tangan ke dadanya dan menatap tajam pada Marsellina.
"Kau lihat dia hanya bermaksud baik pada Bumi."
"Tetapi tidak seharusnya dia memaksa, padahal bumi tidak ingin memakannya."
"Bayu kau harus minta maaf pada Nona Lina karena kau telah berkata keras padanya tidak seharusnya anak muda mengatakan hal itu pada seorang yang lebih tua."
"Kita lihat dulu apa masalahnya baru bicara tentang salah apa benar, dia memaksa Bumi hal itu yang membuatku tidak suka karena ibu juga tidak pernah memaksakan kehendaknya pada kami tidak seperti ayah yang selalu bersikap diktator pada kami," seru Bayu dengan mata memerah. Dia tidak akan meminta maaf pada wanita itu, apalagi dia seorang pelayan.
"Bayu," teriak Abimanyu hendak menampar Bayu tapi tidak sampai ke wajah Bayu. Setalah itu Abimanyu pergi meninggalkan tempat itu diiringi oleh Marselina.
Bumi memeluk kaki kakaknya ketakutan. Bayu terus membungkukkan tubuhnya merangkul dua adiknya yang saling berpelukan.
"Tenang saja selama ada aku tidak akan kubiarkan ada seorang pun membuat kalian tidak nyaman apalagi menangis," ucap Bayu menenangkan adiknya.
"Tapi kakak jadi dimarahi ayah lagi?" ungkap Bumi tersengal.
"Dan itu karena pelayan genit itu!" ucap Tirta sebal membuat Bayu dan Bumi melihat ke arahnya.
"Memang dia itu selalu genit pada ayah kita menempel terus seperti parasit saja," imbuh Tirta.
Setelah masuk ke dalam kamarnya Abimanyu langsung menutup pintu. Semalam penuh Abimanyu memikirkan keadaan anak-anaknya. Mereka seperti lepas kendali sepeninggal Lara. Menjadi liar dan kurang beradap.
Wanita memang terlihat lemah. Namun kelemah lembutannya memperkuat keadaan rumah. Dengan cinta dan kasih sayang, mereka merawat semua anggota keluarga tanpa pamrih.
Kini sepeninggal istrinya, Abimanyu tidak tenang ketika berada di kantor. Dia memikirkan keadaan anak-anaknya di rumah walau ada pembantu tetapi tidak membuatnya tenang karena tidak ada yang mengawasi mereka.
"Tuan," panggil Marselina yang melongok ke dalam kamar Abimanyu tanpa permisi.
"Ya, ada apa?" balas Abimanyu.
"Boleh saya masuk," kata Marsellina. Abimanyu mengangguk.
"Saya hanya ingin menyampaikan permohonan maaf atas, apa yang telah terjadi tadi," kata Marselina menyeka cairan yeng keluar dari hidungnya dengan sapu tangan.
"Sudah jangan dibahas lagi, aku tahu bagaimana perilaku anakku," ungkap Abimanyu.
"Terimakasih atas pengertian Anda, Tuan, tapi sungguh aku sangat menyayangi anak Anda apalagi Bumi dia seperti anak sendiri ebagiku karena aku merawatnya dari dia masih bayi," ucap Marsellina dengan terbata.
"Ya, aku tahu itu. Semenjak kau datang istriku terbantukan karena kau banyak merawat Bumi sedangkan saat itu Tirta masih kecil dan merepotkan."
"Ya, kau pasti tahu jika Bumi bukan anak kami karena kau dan Lara sangat dekat," ujar Abimanyu.
"Saya tahu itu namun saya bisa melihat jika Bumi mendapat cinta kasih kalian. Kalian tidak membedakan mana anak asli atau bukan, bahkan tidak pernah ada yang membahasnya lagi hingga saat ini."
"Aku pun tidak ingin membahasnya. Selama ini aku menutup jati diri Bumi dengan sangat baik," ucap Abimanyu. "Bagiamana pun bagi keluarga ini, Bumi selamanya adalah anak bungsu kami."
"Andai suatu hari orang tua Bumi datang dan meminta haknya atas Bumi bagaimana Tuan?''
"Dia tidak bisa melakukan itu karena dia telah membuang Bumi di depan rumah kami. Lagipula selama ini dia tidak memperdulikannya," kata Abimanyu.
Marsellina menganggukkan kepalanya.
Abimanyu lalu berjalan ke arah jas yang tersampir di kursi dalam kamar memakainya.
"Aku akan ke kantor setelah itu akan ke tempat Anggun untuk mencari seorang mentor yang tepat untuk ketiga anakku," kata Abimanyu.
"Ku rasa aku masih bisa mengatasi anak-anak Anda Tuan," kata Marselina keberatan.
"Tidak, kau sudah terbebani dengan banyaknya pekerjaan rumah yang harus kau urus. Mentor ini yang nanti akan mengajari anakku tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh mereka," ujar Abimanyu.
"Mentor itu wanita atau lelaki Tuan?"
"Wanita akan lebih baik karena bisa merawat Bumi dengan baik." Marsellina menahan nafasnya mendengar hal itu.
Dia takut jika Abimanyu membawa wanita muda masuk ke dalam rumah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Surati
percaya diri bnget sih si Lina
2023-02-05
0
Nila Nila
waaiit....kok aku familiar ya ...sama jalan cerita inj....jgn jgn Marcelina..itu ibu asli darii Bumi...trus nnti Anjani jadi kerja jadi mentor anak anak Abimanyu......🤔🤔💐🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2022-03-18
2
Anggi Susanti
anjanikah yg akan jadi mentor anak2 abi lanjut
2022-02-04
0