Mobil pick up yang dikemudikan oleh Bagus sudah berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Ukuran rumah di depan Claudia sekarang ini, mungkin hanya selebar kamar Claudia di rumah Papa Harun.
Ya ampun!
Ini rumah?
Kenapa kecil sekali?
"Turun, Mbak! Sudah sampai. Bagus mau kembali ke toko dan mengantar barang lagi," ucap Bagus ada Claudia yang terlihat melamun.
"Itu rumah siapa?" Tanya Claudia bingung.
"Rumah Bagus, Mbak! Masa lupa?" Bagus kembali berdecak dan geleng-geleng kepala.
"Budhe Aya ada di dalam. Mungkin sedang istirahat. Ibu belum pulang dari sawah jam segini. Nanti tengah hari biasanya baru pulang," jelas Bagus lagi pada Claudia.
"Sawah?" Claudia semakin mengernyit bingung.
"Iya ibu kan kerja di sawah."
"Ck! Mbak Mel udah pikun apa gimana, sih?" Bagus terlihat mulai kesal dengan pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh Claudia.
"Udah buruan turun, Mbak! Bagus bisa kena omel nanti kalau nggak cepat balik ke toko!" Perintah Bagus sekali lagi pada Claudia.
"Iya!" Jawab Claudia akhirnya seraya membuka pintu mobil pick up yang mungkin akan copot sebentar lagi tersebut. Seharusnya pick up tua ini sudah masuk ke besi tua dan tak dipakai lagi!
Setelah Claudia turun, Bagus sudah melaju pergi tanpa pamit atau basa-basi. Dasar pemuda aneh!
Claudia menaiki undakan di depan rumah yang berjumlah tiga dan langsung masuk ke teras rumah sederhana milik Bagus.
Claudia tiba-tiba merasa ragu, saat gadis itu hampir mengetuk pintu depan.
Ah, tapi Claudia sekarang kan adalah Mbak Mel. Jadi siapapun yang berada di dalam rumah ini pastilah akan mengenali Claudia.
Tok! Tok-
Ketukan kedua belum selesai saat pintu tiba-tiba sudah dibuka dari dalam. Seorang wanita paruh baya yang mengenakan syal di lehernya berdiri di belakang pintu dan nampak terkejut saat melihat Claudia.
"Melody!" Ucap wanita itu yang langsung memeluk Claudia dengan erat.
"Kamu kemana saja, Nak? Ibu khawatir sekali," lanjut wanita paruh baya tadi.
Ibu?
Mungkin ini adalah ibunya Mbak Mel yang kata Bagus tadi bernama Bu Aya. Jadi sebaiknya Claudia juga memanggilnya ibu agar penyamarannya sebagai Mbak Mel semakin sempurna.
Bukan Mbak Mel, tapi Melody lebih tepatnya.
Nama yang bagus!
Claudia masih menikmati pelukan Bu Aya yang menurutnya begitu menghangatkan. Claudia memang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sejak kecil. Kata Papa, Mama meninggal saat melahirkan Claudia. Meskipun hingga detik ini Claudia tak pernah diberitahu oleh Papa seperti apa wajah sana Mama. Dan yang lebih aneh, raut wajah Papa pasti akan berubah seolah sedang marah jika Claudia bertanya mengenai sang Mama.
Dulu saat Oma masih ada, beliaulah pengganti sosok Mama bagi Claudia. Sayangnya Oma berpulang tiga tahun lalu, dan kini Claudia hanya tinggal bersama Papa yang kadang begitu protectif pada Claudia. Papa selalu saja menyuruh para pengawalnya untuk membuntuti Claudia kemana-mana. Bahkan Papa juga memasang alat pelacak di ponsel Claudia. Hanya saat Claudia bersama Matthew saja, Claudia baru bisa bebas dari para pengawal papa.
Tapi untunglah kemarin Claudia bisa menyelinap bersama Sam dan pergi berlibur tanpa ketahuan para pengawal Papa. Meskipun endingnya Claudia terpaksa menjadi Melody karena Claudia kecopetan.
Huh!
Mungkin itu alasan Papa selalu menyediakan bodyguard untuk Claudia.
Claudia adalah gadis ceroboh dan sangat mudah dijadikan target oleh para penjahat.
"Mel."
Teguran Bu Aya langsung menyentak lamunan Claudia. Buru-buru Claudia melepaskan pelukan hangat Bu Aya yang begitu melenakan.
Ah, beruntungnya Melody karena masih merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Maafkan Melody, Bu!" Ucap Claudia seraya menundukkan wajahnya.
"Ibu benar-benar khawatir, Mel! Ibu kira Seno menyakiti kamu," Bu Aya mengusap lembut kepala Claudia
"Kenapa Ibu tidak pisah saja dari laki-laki baj*ngan itu?" Tanya Claudia to the point yang langsung membuat Bu Aya menatap heran pada Claudia.
Baiklah!
Apa Claudia salah bicara sekarang?
Tapi bukankah kata Bagus tadi Pakdhe Seno Seno itu kasar dan suka main pukul. Pemabuk dan pemarah juga. Apa memang alasan seorang wanita bertahan dengan pria-pria sejenis itu?
"Maaf, Bu! Melody hanya Emosi pada Bapak karena kemarin Melody hampir diperkosa-" Claudia belum menyelesaikan kalimatnya saat Bu Aya tiba-tiba sudah kembali memeluk Claudia dengan melow.
"Maafkan ibu, Mel! Seharusnya memang ibu mendengarkankan kamu sejak dulu," sesal Bu Aya masih sambil memeluk Claudia.
Ya ampun!
Padahal Claudia hanya mengarang indah soal insiden pemerkosaan itu. Bagaimana nanti kalau Pak Seno menyangkal?
Ah, tapi mana ada penjahat yang mau mengaku juga. Orang-orang pasti lebih percaya pada pengakuan Claudia ketimbang pembelaan Pak Seno. Nanti Claudia akan menyewa pengacara mahal kalau perlu untuk menuntut Pak Seno sialan itu.
Eh, tapi Claudia kan sedang jadi Melody. Jadi Claudia mana bisa menyewa pengacara mahal? Ponsel dan identitas diri saja tak bawa.
"Kamu masuk dan istirahat dulu, ya, Mel!" Bu Aya akhirnya membimbing Claudia untuk masuk ke dalam rumah.
"Tadi sudah makan belum?" Tanya Bu Aya selanjutnya.
"Belum, Bu! Jawab Claudia jujur.
Claudia memang belum makan sejak tadi dan cacing di dalam perut Claudia sudah berdemo hebat.
"Yaudah ayo makan dulu! Bulik Ani masak tumis pare kesukaan kamu," ujar Bu Aya lagi yang langsung membuat Claudia berpikir keras.
Tumis pare?
Makanan jenis apa itu?
****
Melody menatap tidak percaya pada hamparan makanan mewah yang kini tersaji di hadapannya. Tadi saat menyapa Papa Harun, perut Melody memang tiba-tiba berbunyi dengan sangat tidak sopan. Jadilah Papa Harun langsung mengajak Melody untuk makan bersama dan sekarang Melody benar-benar dibuat terperangah dengan banyaknya menu makanan yang tersaji di atas meja.
"Makan, Cla! Kenapa hanya diam?" Titah Papa Harun membuyarkan lamunan Melody.
"I-iya, Pa!" Jawab Melody tergagap. Melody segera menyendokkan nasi le atas piringnya dan mengambil beberapa sayur serta lauk yang tersedia di atas meja.
"Matthew masih di luar negeri?" Tanya Papa Harun membuka obrolan.
Melody menghentikan kunyahannya sejenak dan sedikit berpikir.
Siapa Matthew?
"Masih, Pa!" Jawab Melody akhirnya yang masih tak tahu siapa itu Matthew. Mungkin nanti Melody harus menanyakannya pada Sam.
"Kapan rencananya Matthew akan pulang?" Tanya Papa Harun lagi yang tentu saja Melody tak tahu jawabannya.
"Claudia tidak tahu, Pa! Matthew tak memberitahu," jawab Melody seraya mengendikkan kedua bahunya. Papa Harun tak bertanya lagi dan hanya mengangguk. Keduanya melanjutkan makan dan hanya ada suara denting peralatan makan tanpa obrolan setelahnya.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DN JUGA MUDAH DI AJAK TIDUR SAMA MATT, PADAHAL PRJODOHANNYA TERPAKSA .
2023-05-20
0
Sulaiman Efendy
SEBENARNYA MMG IBU LO, CMA GK TAU, KNP PISAH PAK HARUN, DN MASING2 BAWA 1 ANAK KEMBAR.. MNGKIN BU AYA TK DIRESTUI ORTU SI HARUN, KRN BU AYA WANITA MISKIN
2023-05-20
0
Ney Maniez
🤔
2022-05-27
0