MAGIC DESTINY
Seorang gadis berlarian mengejar gadis lain yang tengah berjalan menyusuri jalanan berpaving, di salah satu Universitas negri di kota Semarang, Lala menjajari langkah gadis itu sambil berucap.
"Tica, apakah setelah ini kau akan mengambil pekerjaan yang sudah ditawarkan kepadamu?".
"heemmzz... entahlah, aku masih bimbang la"
jawab sang gadis sembari membuang nafas, ditangannya membawa stopmap berisi ijazah S1 yang baru saja diambilnya disalah satu Universitas terkenal di kota Semarang.
"aku akan memikirkannya sambil mencari pekerjaan dikota ini dulu, akan sulit menjaga kakek jika aku meninggalkan semarang la".
"aku juga pasti akan sangat merindukan teman sekaligus adik ku ini, jika kau menerima tawaran itu"
Ucap lala, sahabat sekaligus kakak bagi Tica, karena usia mereka yang memang berjarak 3 tahun itu, sembari menoel-noel pipi chuby milik Tica,
"akh...... kenapa kau selalu melakukan kebiasaan unfaedah mu itu la"
jawab Tica sembari mencebik kesal, dan tetap terus berjalan.
Namanya Zantica Rahma Hadiningrat, dia adalah gadis berparas cantik, berkulit putih dan sedikit perpaduan kuning ala gadis jawa pada umumnya, berhidung bangir meskipun kecil, bermata mblalak (dalam bahasa jawa) bak boneka, dengan bulu mata lentik, berhijab, meskipun memiliki tinggi hanya 155 cm.
Dia gadis yang cerdas dan juga gesit sehingga diumurnya yang baru 19 tahun dia sudah mendapatkan gelar S.Mn (sarjana Manajemen) dibelakang namanya. Dia menjadi anak tunggal dari kedua pasangan Pradipto Hadiningrat dan Silvia Anastasya.
Lahir di semarang, pada saat usianya 10 tahun dia kehilangan kedua orang tuanya, karena kecelakaan mobil saat dalam perjalanan bisnis. Sejak saat itu dia dibesarkan dan diasuh oleh kakeknya Prasetio Hadiningrat, pengusaha furnitur sukses di Semarang.
Sejak kedua orangtuanya meninggal dunia perusahaan Furnitur yang telah dibangun oleh Prasetio selalu mengalami penurunan, entahlah Tica belum terlalu faham tentang seluk beluk perusahaan kakeknya, ayahnya Pradipto Hadiningrat adalah anak tunggal, dan sekarang HF furnitur dikelola oleh anak angkat dari Prasetio Hadiningrat.
Dulunya, Tica seorang gadis yang sangat dimanja oleh kakek dan kedua orangtuanya, tetapi semenjak kedua orangtuanya meninggal dia berubah menjadi gadis tertutup dan lebih pendiam, hanya bersama Lala saja dia menjadi gadis yang ceria karena sifat Lala yang selalu ceria, cerewet dan enerjik sehingga mampu membuat Tica merasa nyaman berada di dekat sahabatnya itu.
Meskipun usia mereka terpaut 3 tahun, ya karena Tica adalah gadis cerdas sehingga selalu bisa melangkahi kelas demi kelas ketika SMP dan SMA sehingga bisa menyelesaikan S1 saat dia berumur 19 tahun, dan karena kecerdasannya itu jugalah yang membuat kakeknya selalu merasa khawatir terhadap keselamatan Tica, yang menjadi satu-satunya penerus sekaligus pewaris perusahaan HF furnitur miliknya.
"mau kemana Tic???"
Tanya Lala sembari terus mengikuti langkah Tica yang menuju parkiran motor maticnya. tica selalu memakai motor matic kesayangannya itu saat beraktifitas.
"makan, laper banget aku la, tadi belum sarapan dirumah"
Padahal sekarang waktu sudah menunjukkan jam 11 siang, sudah saatnya makan siang, bukan lagi sarapan.
"udah jam 11 siang kali Tic, yang bener itu makan siang, bukan sarapan"
Gerutu lala sambil masih terus mengekori sahabatnya itu.
"kamu tu emang seneng banget ya ninggalin sarapan, padahal sarapan penting banget lo Tic supaya tetep bisa konsentrasi. Eh tapi kok kamu tetep bisa pinter yaa? Heran baget aku sama kamu Tic".
Ucap Lala sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"udah ah, ayo buruan naik, mau ikut g?"
Ketus Tica sambil geleng-geleng kepala liat tingkah Lala. yang memang selalu bisa buat mood Tica jadi lebih baik.
Keduanya segera meninggalkan Universitas tempatnya menimba ilmu itu, menuju salah satu cafe yang berada tak jauh dari kampus mereka, Tica dan Lala memang sering makan siang ditempat itu, selain harganya yang tidak menguras kantong, Tica juga suka dengan keadaan cafe yang cukup sejuk karena didepannya terdapat beberapa pohon besar yang sengaja ditanam pemiliknya supaya dapat menyejukkan cafe miliknya, mengingat cuaca yang cukup panas di Semarang saat siang hari.
keduanya makan dengan lahap karena memang sangat lapar setelah seharian berlarian kesana kemari menyelesaikan penyerahan naskah skripsi, baik yang berupa soft copy maupun hard copy untuk diserahkan kepada pihak kampus guna memenuhi syarat pengambilan ijasahnya.
"loh, Tic kok kamu terus yang bayar, sekarang kan giliran aku, kenapa jadi kamu lagi?"
Lala mengeluh, karena memang sekarang giliran dia yang bayar makanannya. Itu sudah menjadi kebiasaan kedua sahabat ini, sering bergantian membayar makanan keduanya.
Mereka berdua memang mempunyai kebiasaan bergantian membayar makanan jika sedang bersama. layaknya persahabatan yang terjalin baik.
"udah, ga papa, anggap aja syukuran kelulusan kita dari aku hehehe"
Jawab Tica sambil nyengir tanpa rasa bersalah. Mereka berdua pun bergegas menuju parkiran dan kembali pulang kerumah masing-masing dengan Tica yang mengantar Lala terlebih dahulu.
Tica memarkirkan kendaraannya di garasi depan miliknya, sembari bersenandung menuju pintu rumahnya, yang sudah disambut oleh bi Surti, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah itu beserta sang suami yang juga bekerja sebagai tukang kebun plus supir sang kakek.
"assalamualaikum bi" sapa gadis berhijab itu pada bi Surti, sambil menyalami dan mencium punggung tangan Asisten rumah tangganya itu. Hal yang aneh mengingat status Surti yang hanya seorang Asisten rumah tangga, tetapi majikannya malah mencium tangannya.
Tapi memang seperti itulah seorang Zantica Rahma yang memiliki sopan santun dan etika yang baik.
"wa'alaikumsalam mba Tica"
Jawab Surti, yang langsung membuka pintu, karena mendengar suara motor majikannya pulang.
"dimana kakek bi?"
Tanya Tika berjalan masuk kedalam rumah, sambil melepas sepatu dan menaruhnya dirak sepatu yang berada diruangan khusus alas kaki setelah pintu masuk depan.
"ndoro kakung pergi ke perusahaan mb barusan, katanya ada hal penting yang harus diurus".
"baiklah bi, saya tadi sudah makan siang, sekarang mau langsung ke kamar atas ya bi".
Takutnya bi surti menyiapkan makan siang lagi untuknya, seperti kebiasaan Surti jika Tica pulang dari kampus atau dari luar rumah.
"baik mb".
Jawab Surti seraya kembali mengunci pintu depan dan kembali kebelakang, meneruskan pekerjaan rumah yang tadi sempat terhenti saat mendengar suara motor milik majikannya pulang, bergegas sedikit berlari kecil untuk membukakan pintu depan rumah majikannya itu.
Meskipun diperlakukan begitu baik dan sangat dihormati Tica nona majikannya, Surti tidak lantas besar kepala dan malah merasa tidak enak, karena Tica sudah menganggap Surti seperti Ibunya sendiri, Surti berusaha tetap profesional mengerjakan semua pekerjaan rumah, karena memang statusnya sebagai asisten rumah tangga disitu.
..........................
CATATAN PENULIS
hay hay semua.....
salam Kenal...
maaf ya kalau ceritanya sedikit membosankan, tulisan dan bahasanya juga kurang pas...
karena ini adalah karya pertama saya...
authornya lagi belajar nulis kehaluan yang ada dipikiran jadi ya begini...
mohon koreksinya yaa demi untuk bisa memperbaiki tulisan ku untuk kedepannya,
tinggalin komen dan sarannya ya supaya authornya bisa memperbaiki lagi...
trimakasih semuanya jangan lupa vote, likenya juga ☺☺☺😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Devi Sihotang Sihotang
aku singgah ya thor, semoga cerita mu menarik,
dri cerita yg ku baca part ini, aku bisa menyimpulkan, seperti nya kedua ortu tica kecelakaan di sengaja oleh saudara tiri ortu tica, biar usaha nya dia yg pegang...
2023-04-01
1
fahmi
sippp
2023-01-02
1
Mama incess
19 tahun sudah S1 cepat amat emg lulus SMA umur berapaan thor
2022-12-14
0