Pesona Tuan De Luca
Siang yang cukup terik di sebuah pesisir pantai Italia. Dari kejauhan, di sebuah bibir tebing yang terletak di salah satu sisi teluk wilayah Palermo, tampak beberapa orang pria tengah berdiri di sana. Salah seorang dari mereka yang berdiri paling depan, memakai kemeja putih tanpa jas. Sedangkan, beberapa orang pria tinggi besar di belakangnya, hanya memakai kaos berwarna gelap. Pria dengan kaca mata hitam itu terlihat cukup gelisah. Berkali-kali ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling pantai yang sepi, karena kebetulan tempat itu bukanlah tujuan wisata. Tanah yang mereka pijak begitu keras. Berwarna putih karena terbentuk dari bebatuan, hampir seperti sebuah gunung kapur yang tentu saja jauh lebih kokoh.
Silvio Moriarty, ia merupakan adik kandung dari Vincenzo Moriarty. Pria itu adalah ketua dari geng mafia yang sudah sangat terkenal di dunia hitam. Mereka menguasai hampir setengah dari wilayah Italia. Narkoba, perdagangan wanita, dan tentu saja jual beli senjata secara ilegal. Seluruh bisnis gelap dan kejahatan mereka, nyaris tak pernah tersentuh hukum sama sekali.
Silvio berkali-kali melihat arloji di tangan kirinya. Ia kemudian mengeluh pelan. Sesaat kemudian, pandangannya tertuju pada sebuah mobil Jeep Wrangler yang baru tiba, dan diparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia lalu menyunggingkan sebuah senyuman sinis di sudut bibirnya. Silvio kemudian menjatuhkan rokok yang sejak tadi diisapnya, dan mematikan rokok tersebut dengan kakinya.
Seorang pria bertubuh tegap, keluar dari dalam mobil jeep dengan perpaduan warna merah dan hitam. Pria dengan kaca mata hitam dan gaya rambut ala man bun-nya. Ia melangkah penuh percaya diri ke arah Silvio berada. Pria itu tiada lain adalah Matteo de Luca, putra mahkota dari keluarga de Luca yang terkenal kaya raya dan sangat terpandang. Ayahnya yang bernama Roberto de Luca, merupakan seorang pemilik dari beratus-ratus hektar perkebunan anggur di daerah Brescia, yang berada di bagian utara Italia. Akan tetapi, tentu saja itu hanya sebuah kedok. Bisnis asli dari keluarga de Luca adalah jual beli senjata hasil dari rakitan mereka sendiri. Tidak ada wilayah konflik di belahan bumi manapun di dunia ini, yang tidak mendapat suplai senjata dari Klan de Luca.
Matteo termasuk salah satu keturunan de Luca yang memiliki keahlian khusus itu. Sejak ia beranjak remaja, Matteo sudah mahir dalam merakit berbagai jenis senjata. Melihat potensi yang ada dalam diri putranya, Roberto pun terus mengasah bakat yang dimiliki calon penerus dari kerajaan bisnisnya. Akan tetapi, hal itu justru membuat Matteo menjadi merasa selalu hidup dalam kungkungan sang ayah.
Kini usia Matteo telah menginjak dua puluh enam tahun. Matteo merasa jika sudah saatnya ia untuk melangkah sendiri, meskipun Matteo dinilai masih terlalu minim pengalaman. Karena itulah, Roberto de Luca belum melepasnya begitu saja. Hari ini, Matteo mencoba untuk melepaskan diri. Ia ingin menunjukkan kepada ayahnya bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih dari sekadar merakit senjata.
Beberapa hari sebelum hari itu, Silvio Moriarty telah menghubunginya. Ia mengajak Matteo untuk bertemu dan bekerjasama. Tentu saja, Matteo tidak akan menolak hal itu. Ini adalah sebuah kesempatan emas bagi Matteo untuk unjuk gigi.
Lagi pula, tidak ada yang dapat menolak nama besar Moriarty. Terlebih, karena Silvio juga merupakan teman masa kecil dari Matteo.
Dengan langkah tegap dan penuh percaya diri, Theo, begitulah kedua orang tuanya biasa memanggil dirinya. Ia terus berjalan menghampiri Silvio yang tampak gelisah. “Ciao,” sapanya hangat. “Apa kau sudah lama menunggu, Amico?” tanya Matteo dengan akrab.
“Lima belas menit,” jawab Silvio sambil tersenyum kecut. Ia lalu mengusap dahinya yang berkeringat, karena cuaca yang cukup panas.
“Baiklah. Kita tidak usah menunggu lama! Aku sudah membawakanmu contoh senapan rakitan khusus buatanku. Sangat efektif untuk melumpuhkan musuh,” papar Matteo. Pria dengan tato yang terdapat di beberapa bagian tubuh dan juga di bagian leher sebelah kirinya itu, masih terlihat tenang.
“Berapa buah yang kau bawa?” tanya Silvio. Tangannya terlihat gemetaran saat mencengkeram lengan Matteo. Sedangkan sorot matanya terlihat begitu antusias.
“Hanya satu. Sekadar untuk contoh,” jawab Matteo. “Jika sudah ada kata sepakat, maka aku akan menyerahkan sebanyak yang kau pesan,” lanjut pria berambut gondrong itu dengan kalemnyanya. Ia mengangkat salah satu alisnya. Tampaknya Matteo merasa agak curiga dengan gelagat aneh, dan tingkah gugup dari pria yang berdiri di hadapannya.
“Begitu ya? Jadi, itu artinya kau tidak bias mendapatkan uangnya sekarang,” Silvio melepaskan cengkeramannya dari lengan Matteo.
“Tidak masalah. Jika kau menyukainya, maka aku dapat menyediakan lebih. Bukankah kita teman?” Matteo tersenyum seraya menepuk bahu Silvio dengan pelan. Akan tetapi, hal itu justru semakin membuat keringat bercucuran, dari kening pria dengan postur yang tidak jauh tinggi dari Matteo.
“Aku sangat percaya diri dengan hasil rakitanku, seandainya aku boleh bersikap sedikit sombong,” Matteo merengkuh pundak Silvio dari samping. Ia mengajak Silvio untuk berjalan menuju mobil jeep, yang ia parkir tidak jauh dari titik pertemuannya dengan Silvio.
Silvio yang terlihat semakin gugup, kemudian mengangkat salah satu tangannya seraya menjentikkan jarinya. Tidak berselang lama, beberapa orang dari anak buahnya setengah berlari mengikutinya dari belakang.
“Kenapa, Sobat? Apa yang membuatmu ketakutan sampai-sampai kau harus memanggil pengawalmu kemari?” selidik Matteo. Pria berambut gondrong itu bersikap kian waspada.
“Tidak ada apa-apa," jawab Silvio mencoba untuk terlihat tenang. "Aku tidak biasa terlalu jauh dari para pengawalku,” dalih Silvio seraya mengusap kepalanya sendiri. “Baiklah, tunjukkan hasil karyamu, Sobat!” pintanya. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
Matteo kemudian membuka bagasi mobilnya. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak besi berwarna hitam dan berukuran besar. Matteo menjatuhkan kotak itu dengan begitu saja ke atas tanah. Setelah itu, ia lalu membukanya dengan sangat hati-hati. Tampaklah senjata laras panjang dengan ukuran 1 m, dengan laras yang terbuat dari steel berwarna hitam. Matteo kemudian menjelaskan spesifikasi dari senjata itu dengan lebih detail.
“Senjata ini merupakan senjata otomatis yang berkaliber besar dan mampu melesatkan beberapa peluru dalam satu tembakan. Senjata ini juga dirancang khusus, karena dapat menembus baja hingga 10 mm dalam jarak 1 km, dengan kecepatan yang sangat presisi, bahkan melebihi kecepatan suara," jelas Matteo dengan bangga. Sementara Silvio menunjukan rasa takjub yang luar biasa, atas penjelasan dari Matteo.
"Apa lagi kelebihan daru senjata ini?" tanya Silvio. Ia merasa semakin tertarik dengan senjata rakitan Matteo tersebut.
"Senjata ini dilengkapi dengan peredam suara yang super senyap, sehingga musuh tidak akan mungkin dapat mendeteksi keberadaan penembaknya. Kau tidak perlu khawatir, karena senjata buatanku ini sangat mudah dirakit. Jadi, sudah dapat dipastikan jika senjata ini sangat mudah untuk dibawa ke mana saja, tanpa terdeteksi oleh siapapun. Aku berani memastikan jika ini adalah senjata yang paling mutakhir, dan kau tidak akan menyesal,” terang Matteo lagi dengan panjang lebar. “Jika kau mau, aku bisa menunjukkan seberapa luar biasanya senjata ini,” lanjut Matteo dengan bangga. Sementara Silvio semakin ternganga ketika mendengar semua penjelasan lengkap dari Matteo.
Silvio berpikir jika itu adalah senjata yang ia butuhkan untuk Klan Moriarty. Ia harus mendapatkan senjata itu, bagaimanapun caranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Sena Fiana
😁😃😀
2023-09-17
0
Esther Nelwan
aku suka ni novel genre mafia😀
2022-08-08
1
Shue Narti Zulkarnaen
OMG... so HOT kaya kompor
2022-06-16
2