Venice adalah salah satu kota yang terkenal akan keindahan dan suasana romantisnya yang sudah tidak diragukan lagi. Terletak di Timur Laut Italia, Venice merupakan kota yang terdiri dari banyak kanal dengan gondola sebagai alat transportasi utamanya. Selain itu ada juga yang disebut vaporetto, yaitu semacam perahu yang dapat menampung penumpang dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Di sepanjang pinggiran kanal, terdapat beberapa kedai yang memang tersebar di seluruh penjuru kota kecil itu. Salah satunya adalah kedai milik Soebagio Danuarta, atau lebih dikenal dengan sebutan Mr. Gio.
Mr. Gio adalah seorang pria berusia hampir setengah abad. Pria asli Indonesia, yang telah sekian lama hidup dan menjadi bagian dari kota kecil yang indah itu. Mr. Gio dulu merupakan seorang pegawai swasta di kota Milan. Istrinya juga berasal dari kota mode tersebut. Akan tetapi, setelah sang istri meninggal dunia, ia memutuskan untuk pindah ke kota Venice dengan membawa putri semata wayangnya yang masih berusia dua belas tahun, yaitu Mia.
Di kota Venice, ia bertemu dengan seorang janda beranak dua yang bernama Magdalena. Mereka akhirnya menikah. Magdalena sendiri memiliki dua orang anak yang juga merupakan perempuan, di antaranya bernama Daniella dan Francesca, si bungsu yang ketus.
Semenjak menikah dengan Magdalena, Mr. Gio membuka sebuah kedai sederhana yang menjadi sumber penghidupannya selama ini. Ada beberapa menu yang disuguhkan di sana, yang tentu saja tidak lepas dari espresso dan capuccino. Dengan ditemani oleh putri kandungnya Mia, yang kini sudah berusia dua puluh satu tahun. Mereka berdua bahu-membahu dalam mengelola kedai sederhana itu. Kedai yang biasa buka dari mulai pukul satu siang hingga pukul delapan malam.
Siang itu, Mia baru selesai bersiap-siap. Masih setia dengan gaya rambut kuncir kuda, ia jarang sekali menggerai rambut panjang bergelombangnya. Rambut berwarna coklat tersebut selalu terikat dengan rapi, hampir dalam setiap suasana.
Mia adalah seorang gadis yang manis. Senyuman lembut dengan sorot mata yang teduh, selalu menjadi ciri khas dari gadis berkulit kuning langsat tersebut. Postur tubuh yang ramping dengan tinggi 170 cm, membuatnya terlihat sangat menarik meskipun hanya dalam balutan celana jeans dan kaos press body putih. Ya, Mia sangat menyukai warna putih.
Warna putih seakan melambangkan dirinya. Mia merupakan seorang gadis yang lugu dan naif. Hingga usianya saat ini, ia belum pernah terlihat menggandeng seorang pria sekalipun. Padahal, secara fisik ia memiliki modal yang lebih dari cukup untuk dapat memikat lawan jenisnya. Namun, gadis itu seakan belum berniat untuk memikirkan sesuatu yang berkiatan dengan urusan asmara.
“Mia! Tolong pastikan semua kotak tisunya sudah terisi!” seru Mr. Gio dari balik meja kasir. Pria dengan rambut agak botak itu tengah bersiap-siap. Biasanya, kedai tersebut akan langsung dipadati oleh pengunjung yang sebagian besar merupakan wisatawan, setiap kali kedai itu baru dibuka.
Kedai milik Mr. Gio, memang terkenal dikalangan para guide, yang biasa membawa para wisatawan dari luar kota atau bahkan luar negeri. Meskipun itu hanya sebuah kedai kecil yang sederhana, tetapi kedai itu menawarkan beragam menu dengan cita rasa yang luar biasa. Terlebih di daerah sana, memang agak sulit untuk dapat menemukan kedai dengan rasa yang dapat diterima baik oleh lidah. Karena itu, rekomendasi dari orang lokal memang akan sangat membantu bagi para pelancong yang ingin menikmati indahnya kota Venice.
Perkiraan Mr. Gio memanglah tidak keliru. Beberapa saat kemudian, sudah mulai bermunculan pengunjung yang singgah di kedai sederhana miliknya. Kebanyakan dari mereka, lebih memilih meja yang berada di luar. Dari sana, para pengunjung dapat menyantap makanan yang enak dengan disuguhi pemandangan kanal dengan gondola yang terus hilir mudik seakan tanpa henti. Mia pun mulai sibuk melayani beberapa pengunjung. Ia tidak pernah mengeluh apalagi bersikap malas-malasan.
Jika pengunjung sedang tidak terlalu ramai, maka gadis itu mampu melayani semua pelanggan sendirian. Namun, jika pada akhir pekan atau musim liburan, maka Mr. Gio akan dengan sigap membantunya. Mereka memiliki tugas ganda di kedai itu.
Sebenarnya, di rumah masih ada Magdalena dan putri sulungnya Daniella. Akan tetapi, kedua wanita itu tidak bisa diandalkan secara terus menerus.
Magdalena sudah mulai sakit-sakitan. Dokter menganjurkannya untuk mengurangi aktivitas agar tidak terlalu lelah. Sedangkan Daniella, gadis itu hanya akan datang ke kedai jika Mr. Gio dan Mia sudah benar-benar kewalahan. Selebihnya, Daniella hanya sibuk membaca majalah fashion sambil mengasah kukunya. Mr. Gio pun tidak dapat mengandalkan Francesca. Gadis belia itu masih sibuk dengan urusan sekolahnya.
Seperti itulah kesibukan Mia dan sang ayah setiap harinya. Itu semua ia lakukan di sela-sela jadwal kuliah dan tugas akademik yang terkadang harus Mia bawa dan ia kerjakan di kedai ketika ada waktu senggang.
Sekitar pukul lima sore, Mr. Gio mendapat telepon dari Daniella. Gadis itu mengabarkan jika sang ibu terjatuh setelah keluar dari kamar mandi. Mr. Gio merasa begitu cemas, ia tidak berharap terjadi sesuatu yang buruk kepada sang istri. Sepertinya ia belum siap untuk kembali menduda. “Mia, hari ini kita akan tutup lebih awal,” ucap Mr. Gio sambil membantu putri semata wayangnya yang saat itu tengah merapikan meja dari piring dan gelas kotor bekas pengunjung.
“Ada apa, Ayah? Apa ada sesuatu yang tidak beres dengan ibu?” tanya Mia dengan wajah cemas.
"Seperti biasa, Mia. Katanya ia terjatuh setelah dari kamar mandi. Baru saja Dani yang mengabarkan,” jawab Mr. Gio. Ia terlihat cekatan memainkan lap di atas meja berlapis taplak cantik dengan plastik bening di bagian luarnya.
Mia tertegun untuk sejenak. Sesaat kemudian ia mengela napas pelan dan berkata, “Ayah pulang saja. Aku yang akan menutup kedai nanti. Jangan khawatir, aku bisa menanganinya.” gadis itu mencoba meyakinkan sang ayah.
Mr. Gio menghentikan pekerjaannya. Ditatapnya wajah Mia yang cantik dan sudah beranjak dewasa. Pria itu kemudian membetulkan posisi kacamata yang dipakainya.
Mr. Gio merasa bahagia karena ia telah berhasil dalam mendidik sang putri dengan baik. Ia telah menjalankan amanat dari mendiang istrinya sebelum meninggal dunia. Ia hanya berharap semoga Mia akan selalu menjadi Mia yang manis dan penurut, hingga saatnya nanti ia harus benar-benar melepaskan gadis itu untuk dibawa oleh suaminya.
Dihampirinya gadis dengan rambut kuncir kuda itu. Mia tersenyum lembut kepada sang ayah, yang makin hari semakin memiliki banyak kerutan di wajahnya. Tentu saja, Mr. Gio sudah semakin tua. Sudah seharusnya Mia membiarkan pria dengan tubuh agak gemuk itu, untuk beristirahat dan membiarkannya menikmati masa tua, tanpa harus terus-menerus bekerja mencari nafkah untuk menghidupi seluruh keluarga.
“Aku bisa, Yah! Jangan khawatir!” ucap Mia. Ia seakan sudah mengetahui apa yang akan dikatakan sang ayah kepada dirinya. Mia kembali tersenyum manis.
Mia menatap ayahnya yang buru-buru meninggalkan kedai. Sementara dari kejauhan, seorang pria dengan sorot mata tajam dan sayu, juga sedang memandang ke arah gadis cantik itu.
Dengan langkah lunglai, pria itu berjalan mendekat ke arah Mia, tetapi tak langsung mendatangi gadis itu. Ia menunggu hingga suasana benar-benar gelap, barulah pria tersebut beranjak menghampiri Mia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
wah siapa nih
2022-02-28
0
Mama Oya
itu pasti Matteo ...
2022-02-15
1
Dwisya12Aurizra
lanjut😁
2022-02-02
0