LOVE OF FATE
💌 LOVE OF FATE 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
...Hancurkan hatiku, hancurkan ribuan kali kalau perlu. Sejak awal hati ini memang milikmu untuk kau hancurkan....
🔸🔸🔸🔸🔸
Alvin meremas handphonenya saat panggilan itu terputus. Rahangnya mengencang karena menahan emosi. Perasannya hancur lagi. Ia hanya diam membeku di tempatnya. Sepertinya tidak ada jalan lagi untuk hubungannya. Berkali-kali hati ini terluka tapi bodohnya Alvin selalu memaafkannya.
Alvin duduk di sofa untuk melepaskan rasa sesak di dada. Menyapu rambutnya ke atas dengan kedua tangannya. Lalu membuang napasnya berulang kali. Tapi rasa sesak itu tak juga berkurang.
Marah, sedih dan kecewa, itulah yang dirasakannya saat ini. Seperti tak ada harapan untuk berusaha bangkit lagi. Dan ini benar-benar menyakitkan. Penyesalan Alvin adalah pernah hadir ke dalam hidupnya. Cinta yang selama ini dijaganya tapi dibalas dengan sebuah pengkhianatan. Luka pengkhianatannya terlalu menyakitkan. Ia sulit percaya. Dalam hati, dia masih bertanya-tanya, apa benar wanita yang telah dipercayanya begitu tega berkhianat? Kalau benar, kenapa? Apakah dia melakukan kesalahan hingga Allura tega melakukan itu disaat pernikahannya tinggal hitungan jam?
Setiap tetesan air mata ini tidak dapat mengobati rasa sakitnya saat ini. Ia mengembuskan napasnya yang terasa sesak. Ia mencoba membuka kancing bajunya, yang membuatnya terasa sulit bernapas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Alvin tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Rasa cintanya hilang begitu saja, yang tersisa hanyalah rasa sakit.
Hujan masih mengguyur deras di kota A dan sampai sekarang rintik-rintik hujan masih menemani suasana pagi ini. Alvin sama sekali tidak terpejam, ia masih duduk di sudut kamarnya dengan perasaan sedih. Tatapan matanya kosong. Ia duduk di lantai dengan menyandarkan punggungnya ke tempat tidur dengan posisi bertongkak lutut dan tangannya ia letakkan di kaki. Kepalanya menunduk di antara ke dua kakinya. Alvin membiarkan rasa di hatinya hancur berkeping-keping. Putus asa seperti tidak jalan untuk memulihkan hatinya yang sudah tak utuh. Saat ini hatinya seperti mati rasa.
Alvin menengadah ke atas menatap langit-langit kamarnya. Hari ini adalah hari pernikahannya. Dengan tarikan napas panjang, Alvin memutuskan untuk menghubungi Marvel asisten kepercayaannya. Ia mengambil ponsel yang biasanya ia gunakan untuk urusan kantor.
Panggilan tersambung.
Marvel yang baru saja tertidur, tersentak dan reflek terbangun saat mendengar ada panggilan masuk. Padahal sebelumnya, Marvel tak bisa tidur setelah mendapat panggilan dari tuan Smith. Sebelum panggilan itu mati, Ia dengan cepat menerima panggilan itu.
"Selamat pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Sahut Marvel dengan sopan di ujung telepon.
Alvin menarik napasnya yang terasa sesak. Ia berusaha kuat walau sesungguhnya ia sangat rapuh saat ini.
"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini."
DEG!
Jantung Marvel seketika terpukul kencang. Ancaman tuan Smith langsung berputar di otaknya. "A-apa maksud anda tuan?" ucapnya pelan dan datar.
"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku tidak bisa menikahi wanita licik seperti Allura. Dia tidak pernah mencintaiku."
Seperti dugaannya. Alvin akan melakukan hal itu. Dengan tarikan napas panjang. Marvel pun mencoba memberi pendapat. "Tapi tuan. Acara pernikahan tinggal hitungan jam. Coba anda pikirkan kembali. Itu akan mempersulit posisi anda." ucap Marvel dengan wajah tegang.
"Aku tidak perduli! Pagi ini aku akan meninggalkan apartemen. Jangan coba-coba menghubungiku."
Marvel mengembuskan napas sambil mengusap wajahnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan tuannya itu.
"Jika dalam beberapa bulan aku tidak kembali, anggap saja aku sudah mati."
"Tuan....?"
"Jangan menyela saat aku bicara, Marvel. Apa kau ingin mati?" Bentak Alvin dengan mata menyalang tajam. Rahangnya mengencang kuat.
"Maaf tuan."
TIT
Alvin mematikan panggilan dengan sepihak. Ia bangkit dengan penuh emosi dan melempar handphonenya ke arah dinding kamarnya.
PRANG!
Benda pipih itu rusak mengenaskan. Serpihan-serpihan tajam yang berterbangan dan berserakan di atas lantai putih. Emosinya tak juga membaik. Napasnya masih tersengal. Tangannya mengepal kuat.
Tak puas sampai disitu, Alvin mengambil lampu tidur yang terdapat di sisi ranjang. Kemudian menabrakkan benda tersebut dengan cermin yang ada di sisi ranjang. Hingga menciptakan suara begitu keras. Ia menarik napas marah dan berucap.
"Untuk kali ini aku tidak akan memaafkanmu Allura. Sekali kamu bilang maaf, maka saat itu juga aku memaafkanmu. Aku pikir dengan memaafkan kamu dapat belajar dari kesalahan dan tidak akan mengulanginya lagi. Ternyata sepertinya aku sudah salah mengira. Dengan memaafkanmu satu kali, maka kamu berpikir bahwa aku akan memaafkanmu lagi." Alvin tersenyum getir di sana.
"Kamu harus tahu, aku sangat percaya padamu, makanya aku mau memaafkanmu dan berharap bahwa kamu tidak akan lagi mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak melihat itu kesalahan kecil atau besar, tetapi tentunya kesalahan yang kamu buat telah membuatku sakit. SANGAT SAKIT!" gigi Alvin saling bergesekan menahan emosi.
AAARGHHHHH
Alvin melayangkan tinjunya ke dinding beberapa kali, sampai buku-buku tangannya berdarah. Ia bersandar di sisi tembok. Tubuhnya yang bersandar merosot ke bawah, kakinya terasa lemah ia terduduk dengan posisi tangan yang terluka, tetesan darah yang terjatuh ia biarkan begitu saja.
"Ternyata dulu aku salah telah memaafkanmu. Ya, kini aku menyadari bahwa memaafkanmu adalah sebuah keputusan salah yang seharusnya tidak aku lakukan. Karena ketika kamu mengulangi kesalahan yang sama rasanya lebih sakit dari yang pertama. Aku merasa seperti sudah ditipu, dibohongi oleh orang yang sangat aku sayangi."
Alvin memejamkan matanya, rasa sesak itu masih menghimpit dadanya. Ia mencoba menarik napasnya dalam-dalam.
"Kini aku berjanji pada diriku sendiri bahwa nantinya maafku sudah tidak ada lagi untukmu. Aku tidak akan memaafkanmu lagi, tak peduli lagi. Aku juga tidak mau menghabiskan waktuku bersama orang yang tak pernah menghargai perasaanku." Sudut bibirnya melengkung ke atas. Alisnya menukik tajam. tangannya mengepal kuat.
Ia menyandarkan kepalanya sambil menatap keluar. Alvin ingin menguatkan hatinya, namun ia semakin tidak mampu. Luka itu semakin menggores hatinya yang paling dalam. Ia tak bisa mendefinisikan rasa sakit di hatinya.
"Maaf jika nanti aku sudah tidak mencintaimu lagi. Tekadku untuk menghilangkanmu dari dalam hatiku sepertinya sudah bulat. Meski pun kamu memohon, aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Sudah cukup rasa sakit yang kamu berikan dulu, dan kini aku akan memberikan rasa sakit itu berlipat-lipat ganda. Aku ingin lihat, bagaimana ekspresimu saat melihat pengantin priamu tidak ada. Aku bisa pastikan kau akan mati saat itu juga." ucapnya tersenyum menyeringai.
Matanya menatap lurus, hampa dan kosong. Alvin mencoba menenangkan dirinya sebelum meninggal apartemennya. Acara pemberkatan pernikahannya akan dilangsungkan pukul 10 pagi. Mata Alvin kemudian bergerak liar, menyaksikan perbuatannya sendiri yang sudah membuat seisi kamar apartemennya berantakan.
Gumpalan awan yang bersusun-susun diiringi sinaran kilat atau pun petir yang memecah kesunyian pagi dengan sisa-sisa hujan yang masih setia menemani Alvin saat ini. Ruangan kamar Alvin yang begitu mencekam seakan mewakili hatinya. Cuaca hari ini mewakili perasaannya yang bersedih.
🔸🔸🔸🔸🔸
HARI PERNIKAHAN.
Acara pemberkatan pernikahan Alvin dan Allura dilangsungkan di hotel ternama di kota A,
Bunga putih yang dibuat seperti bunga hidup dengan nuansa blush pink mendominasi tempat pelaminan yang di isi dengan sofa putih dan chandelier yang memberi kesan mewah.
Kesan romantis disuguhkan dengan ornamen lilin ditaruh di gelas kecil menghiasi setiap meja. Di tambah kain-kain putih yang menjuntai indah. Bagian panggung untuk pengantin juga dihiasi bunga putih hasil karya Leota dan lilin di taruh di sekelilingnya.
Sementara konsep seating party, di mana para tamu duduk di masing-masing kursi yang sudah ditentukan. Dekorasi meja bundar juga mengusung tema elegan, dengan bunga kertas warna pink sebagai centerpiecesnya. Terlihat pula kristal menjuntai di bawah bunga.
SEMENTARA DI DALAM KAMAR HOTEL.
Keluarga Smith sudah panik, saat Alvin tidak bisa dihubungi. Maria, Ibu Alvin pingsan saat mengetahui anaknya meninggalkan apartemen sejak pukul 4 pagi tadi. Lukas tampak marah, rahangnya mengencang kuat, mencoba menghubungi Marvel.
"Apa?"
"Tuan Alvin, tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, tuan." Jawab Marvel datar.
DEG!
Jantung Lukas seperti terhantam saat ini. Ia menahan napas dan mencengkram erat dadanya begitu kuat.
"Aku tidak mau tahu, cari Alvin sekarang juga!" Teriak Lukas di sana.
Ia langsung mematikan handphonenya. Lukas menggeleng tidak percaya, bagaimana Alvin bisa mempermalukan keluarga Smith seperti ini. Lukas menarik napasnya dalam-dalam, mencoba untuk menstabilkan napasnya yang naik turun begitu cepat. Lukas tidak mau mendapat serangan jantung dan mati mendadak sebelum Alvin mati di tangannya.
SEMENTARA DI DALAM KAMAR HOTEL LAINNYA.
Allura terlihat sangat cantik dengan makeup natural yang dipoles ke wajahnya. Bak malaikat dengan wajah lembutnya. Mata coklatnya yang indah membuatnya tidak perlu mengenakkan softlens.
Allura mengenakan gaun putih yang dipilih langsung keluarga Smith. Gaun yang memiliki desain terbuka yang akan membelai lantai. Bagian depan rok itu tidak terlalu panjang. Benar-benar gaun putih yang cantik dan sempurna. Impian setiap wanita di hari pernikahannya.
Dan langkah terakhir, ia dipasangkan tudung beserta mahkota di atas kepala Allura. Memancarkan kerlap kerlip berwarna silver dan membuatnya bercahaya. Sloyor dari tudung kepalanya itu sangat panjang. Namun tetap membuatnya melangkah bebas. Ia merasa nyaman menggunakannya. Terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya. Cukup panjang dan jatuh beberapa meter ke lantai.
Selangkah lagi Allura akan masuk ke keluarga Smith. Perasannya begitu bahagia. Selama ini Alvin terlalu polos dan gila kerja. Hingga Alvin tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Allura selama ini. Rahasia kehidupan dan masa lalunya, Ia tutup rapat-rapat dari keluarga Smith.
Allura akui Alvin terlalu mencintainya. Karena cintanya yang begitu besar apapun yang dilakukan Allura, Alvin selalu memaafkannya. Komunikasinya yang hangat, perhatian, perlindungan, dan pengorbanannya adalah beberapa bentuk implementasi cintanya yang luar biasa. Namun sebagai wanita, Allura tidak suka melihat sifat over protektifnya. Ia merasa kebebasannya dikekang. Namun kali ini Allura akan berhasil menahlukkan Alvin dengan caranya sendiri.
BRAKK!
Pintu dibuka dengan kasar, lamunannya seketika hilang karena begitu terkejut.
"Allura, Alvin....Alvin..." Elisabeth terdiam dan mencoba mengatur napasnya yang naik turun begitu cepat.
Allura terjengkit dari duduknya. Mendengar nama Alvin disebut jantungnya berdebar tidak karuan. "Ada apa dengan Alvin?"
"Alvin tidak ada di kamar hotel dan dia tidak bisa dihubungi."
"Apa?????????"
Tubuh Allura lemas dan saat itu juga ia pingsan dan tidak sadarkan diri.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ketujuh aku 😍
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Harika Joozher
lanjut
2022-07-11
0
Harika Joozher
Pembaca pemula 🤪🤪🤪🤪🤪
2022-07-08
0
Harika Joozher
Sukses selalu 🤩
2022-07-08
0