💌 LOVE OF FATE 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
...Aku mencoba untuk tersenyum, untuk merasa bahagia. Tapi, aku lelah dengan semua ini, dengan kelelahan yang hanya membawa kekosongan tak berarti....
🔸🔸🔸🔸🔸
Malam mulai meranggas, desa ini terasa tenang mengiringi keindahan suasana rumah sederhana. Rintik-rintik hujan masih setia menemani malam. Udara terasa dingin menyegarkan. Eleanor melangkah ke dekat jendela, membuka jendela itu sedikit. Beberapa orang masih saja terlihat melintas walau jam mulai menapaki di angka pukul 22.00 malam. Suara gorden jendela terkibas tertiup angin.
Eleanor menatap langit. Ia tidak bisa melihat bintang di saat hujan. Bintang tertutup awan tebal yang membawa air hujan. Ele tersenyum samar. Senyuman yang tidak bisa ia artikan sendiri. Ia teringat kejadian siang saat bertemu dengan tuan lebah yang tampan.
Pikiran Ele berkelana.
“Akhirnya kau datang pak!” Ucap Ele berdiri di tengah-tengah kebun strawberrynya. Batang-batang strawberry ditanam dalam karung-karung berisi tanah dan disusun memenuhi kebunnya sebelahnya.
Tuan lebah tersenyum sambil melambaikan tangan dan berseru agar ia menunggunya keluar dari kebun.
Setelah itu, Ele berlari kecil, bahkan seperti melayang karena begitu senang saat melihat pria tampan itu datang lagi. Dalam jarak sepuluh meter pipi Ele sudah kemerahan. Ele sibuk menenangkan napas sambil tak henti tersenyum.
"Selamat siang nona Ele,"
"Selamat siang pak." Ele menunduk dan tersenyum. “Aku tahu kau pasti datang.” bisik Ele dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya.
"Besok semua buah ini baru bisa diangkut. Anak buahku akan datang untuk mengambilnya."
"Tidak sekarang pak?" Tanya Ele dengan dahi berkerut. Berharap hari ini ia bisa berlama-lama dengan tuan lebah tampan ini.
"Anak buahku mengikuti pelatihan. Kemungkinan besok baru bisa datang untuk mengangkut semua buah-buah ini."
"Baik pak, saya akan tunggu kedatangan anda besok." Ucap Ele mengangguk dan kemudian memalingkan wajahnya merengut.
Ele menunduk melepaskan lamunannya.
Ia mengembuskan napas singkat lalu berucap pelan seperti berbicara pada langit kelam.
Mengapa harus ada malam yang menggantikan siang?
Mengapa harus ada putaran waktu untuk menggantikan hari demi hari?
Mungkin agar Ele bisa terus menemukan hari esok..esok..dan kemudian esok..tak tau sampai kapan.
Apakah ada seseorang yang akan datang mengisi hatiku? membawanya pergi dari sini? Agar perjodohan dari kakaknya, tak lagi menghantuinya. Eleanor melakukan ritualnya menghembuskan napas lewat mulut mencoba menstabilkan perasaan di dalam hatinya yang kalut.
“Mmm. Ele, aku buatkan teh hangat.” Amira tiba-tiba muncul dari arah dapur.
Ele membalikkan badannya, tersenyum saat Amira membawa baki berisikan teh hangat dan cemilan kecil untuk mereka. "Terima kasih Amira. Kau teman terbaik."
"Selalu memujiku, hal sekecil ini tidak perlu dibanggakan. Ini sudah biasa."
Ele duduk berhadapan dengan Amira. Ia langsung mengambil cangkir dan menyeruput teh hangat itu dan kemudian meletakkan cangkir ke atas meja. “Kau tidak tertarik dengan Davis?” Tanya Ele kemudian.
"Davis hanya teman, Ele. Jangan membahasnya lagi.” protes Amira tanpa melihat Ele. Ia menggeraikan rambutnya yang melewati bahu.
“Tapi Davis sepertinya menyukaimu.”
Amira terkekeh. Ia tak suka ditanya segala sesuatu yang berhubungan dengan lelaki. Amira tak pernah percaya dengan namanya lelaki. “Jangan bertanya begitu lagi ya. Kau seolah-olah tidak kenal aku.” Amira pura-pura kesal.
"Oke...oke.." Ele angkat tangan mengaku menyerah.
“Bagaimana denganmu, aku rasa Harry tidak akan diam masalah perjodohan itu.”
“Dia tidak akan berani memaksaku, jika aku menolaknya.” Kata Ele dengan tenang, walau wajahnya terlihat sangat gusar.
“Kau tidak berubah,” tuding Amira sengit. "Kau tidak bisa membohongiku dengan tampangmu itu."
Muka Ele melembut. Senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. Bikin Amira merinding.
Ele tidak mau membahas hal-hal yang tidak penting. Dia hanya bercerita panjang lebar tentang kebun strawberrynya. Tentang bagaimana ia berkenalan dengan seseorang yang Ele memanggilnya Tuan Lebah.
Pada titik itu Amira justru merasa cemas. Dia tahu seperti apa Harry. Namun sikap Ele yang tenang membuatnya takut. Mereka sudah lama saling mengenal. Amira tak lagi sepi tanpa teman. Kadang meski berada di tempat jauh sekali pun, mereka tetap saling mengingat, kami tetap saling mengirim kabar.
"Ele," Panggil Amira dan saat itu juga celoteh dari Ele berhenti.
"Jangan memendamnya sendiri." Sambung Amira kemudian. Ele terdiam.
"Begitulah sahabat. Dan hanya kamu satu-satunya sahabatku di sini. Jangan sampai Harry melakukan sesuatu. Kau tahu? Aku tak pernah meninggalkanmu?”
“Sebab aku tidak perlu berpura-pura di hadapanmu. Tidak perlu menyembunyikan apa-apa.” ucap Ele tersenyum manis.
Amira tahu, Ele tidak pernah memanfaatkannya. Ele tidak akan pernah benar-benar marah seburuk apa pun kelakuannya. Ele menerima kedatangannya berkali-kali. Bahkan akan berkali-kali lagi dengan kedua tangannya yang terkembang lebar.
“Ihh, pikiranmu jelek sekali,” tukas Ele. "Aku sudah bilang Harry tidak akan berani, jika aku bilang TIDAK. Jadi jangan terlalu dipikirkan."
“Aku hanya sedih saat Harry selalu datang dan memukulmu.”
Ele terdiam, dia tahu itu. Harry tidak akan sungkan untuk melakukan kekerasan untuknya. Apalagi saat Ele tidak memberikannya uang. Ia menarik napas singkat dan tersenyum lagi.
"Hmm. Aku tahu, tapi aku sudah biasa melalui itu semua. Aku memang harus kuat untuk itu."
"Tentang itu sekali lagi kamu juga benar. Aku tahu kamu memiliki rasa kasih yang melimpah. Tubuhnya seolah terbuat dari tepung murni. Lembut, putih, dan halus.
“Memangnya aku bahan kue,” protes Ele.
Mereka berdua pun tertawa lebar. Saat-saat seperti itu dapat membuat mereka lupa kalau hidup itu makin berat dari hari ke hari. Makin berlubang di sana-sini. Makin menyesakkan dan membuat dada berat.
“Ah, aku harap kita tetap bahagia,” tandas Amira.
Ele mengangguk dan tersenyum lagi. Ele adalah wanita yang memang berparas cantik, Ia secantik tunas yang baru keluar dari kulit kayu. Ia sesegar mata air di tebing-tebing tepian sungai.
🔸🔸🔸🔸🔸
Ele dibesarkan oleh seorang ibu yang patah hati dan memiliki dua saudara. Saat Ele berumur tiga tahun, ayahnya pergi dari rumah. Lelaki itu tidak saja sekadar pergi, melainkan juga mematahkan hati ibunya hingga perempuan itu tak pernah lagi bisa tertawa.
Bisa dibayangkan hidup bersama seorang ibu yang tak pernah lagi tertawa? Namun, waktu itu Ia tak mengetahui apa-apa selain ayahnya pergi dan nanti pasti kembali.
Lalu Ia diberitahu oleh seorang uncle jauh yang mulai kerap berkunjung ke rumahnya kalau ayahnya tidak akan pernah pulang. Ayahnya sudah mati di laut, dimakan ikan hiu, kata uncle itu penuh kelicikan,
“Sekarang kau menangislah sekerasnya.”
Waktu itu ia tidak mengerti dengan apa-apa yang dia katakan. Ele pikir kalimat ‘sekarang kau menangislah sekerasnya’ tak beda jauh maksudnya dengan ‘kau sebaiknya tidur pada pukul delapan malam dan bangun pukul lima pagi’. Setelah Ia berumur sebelas tahun, Ele mulai memahaminya dan saat itu Ia menyesali kenapa Ele harus terlalu cepat tahu.
Pada awal April, ibunya menikah dengan Uncle itu. Di hari kedua pernikahan mereka, ibu dan ayah barunya bertengkar hebat. Hari-hari selanjutnya, rumah kami hanya berisi pertengkaran saja. Ia mendengar bunyi-bunyi barang dibanting. Eleanor mendengar suara pukulan dan jeritan. Ia menutupi telinganya rapat-rapat. Tulangnya rasanya seperti mencair dan ia sama sekali tidak bisa bangun lagi. Yang Ia lakukan selalu membekap telinganya rapat-rapat dengan telapak tangan.
Suatu hari, setelah berjam-jam Ele menutup telinga, lalu membukanya, Ia tak bisa mendengar apa-apa lagi. Ele kira karena memang tidak ada yang bicara, tidak ada yang bergerak, tidak ada yang memecahkan sesuatu. Ternyata, Ele memang kehilangan pendengaran sejak saat itu.
Ibu membawanya ke psikiater setelah dokter THT memastikan tidak ada kerusakan dengan alat pendengaran Ele. Psikiater itu seorang perempuan yang ramah dan menyenangkan. Secara pribadi, Ele tentu menyukainya dan Ia tidak bosan untuk melakukan terapi.
Hingga akhirnya, Ibunya berpisah dengan ayah barunya itu. Lagi pula buat apa ibu bersamanya kalau tetap saja tak bisa membuatnya tertawa. Setelah kepergian lelaki itu, pendengaranku kembali dan aku tidak mengatakannya pada ibu, sebab Ia pikir tetap saja tak akan membuat perempuan itu gembira. Kepergian orang-orang dalam hidupnya membuat Ele hanya memikirkan rasa sakit dan penderitaan.
Namun, Ele tidak pernah tahu kalau sesungguhnya lelaki itu, ayah barunya, tak pernah pergi. Lelaki itu sering mengajaknya bicara dan memberiku kapur aneka warna dan dia berkata,
“lukislah apa yang kau suka di dinding kamarmu.”
Ele ketakutan saat itu dan menggambar banyak sekali buah-buahan. Ia katakan, gambarlah apa yang sering kau pikirkan. Maka Ia menggambar berbagai binatang melata. Lalu orang-orang tanpa kepala dan tangan. Ia berkata lagi, gambar apa yang benar-benar ingin kau katakan pada ibumu. Aku pun menggambar sebuah jantung yang tertusuk pisau.
Eleanor berteriak keras….
Ia terbangun dengan mendadak setengah terloncat. Keringat membasahi kening walau cuaca di desa ini begitu dingin apalagi jika mendekat ke pagi. Mimpi ini benar-benar membuat jantungnya berdebar. Mimpi kenangan pahit saat masih kecil mencuat lagi.
Ele melihat sekeliling. "Amira sudah pulang? dan aku berada di kamarku. Aku mimpi buruk lagi." Ucap Ele mengeluarkan napas terbata-bata. Ia melihat jam yang ada di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.
Eleanor masih takut dengan mimpinya. Sunyi yang senyap, suara alam diterpa desiran angin melagukan keheningan yang sunyi. Suara angin kembali berdesir lirih menyentuh dedaunan muda yang tampak rapuh berjatuhan diterpa angin, tua sebelum waktunya dan berguguran jatuh ke tanah, tersapu oleh angin malam yang dihempas hujan gerimis yang baru saja turun. Suara khas anjing malam mulai terdengar. Ele semakin merinding. Saat ini Ele masih berjuang dengan luka emosional, kenangan masa kecilnya tidak ada seindah yang dibayangkan. Rasa kekosongan yang mendalam karena telah menjalani kehidupan yang tidak ia ingin jalani membuatnya larut dalam kesedihan.
.
.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ketujuh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Harika Joozher
keren
2022-07-11
0
Harika Joozher
Thor kisah Ele bikin mewek
2022-07-11
0
Harika Joozher
Semangat Ele
2022-07-11
0