Rahim Sewaan
"Selamat datang, pak Diego." Sapa seseorang kepada orang yang baru keluar dari taxi.
"Hai, Haris." Balas Diego yang disapa oleh Haris.
"Selamat pagi, pak Diego." Kini beberapa orang yang lewat ikut menyapanya.
"Pagi juga, Melanie. Tidak bawa kopi?" Balas Diego dengan melihat ke arah orang yang menyapanya dan nampak berjalan menjauh mendekati lift.
Pertanyaan Diego pun dibalas senyuman hangat kemudian mengangkat sebuah gelas di tangan Melanie. Dan masih banyak lagi sapaan untuk Diego yang ia balas satu persatu sampai Haris yang ada di sana tidak ada kesempatan untuk mengobrol dengan atasannya itu. Mau tak mau ia harus menarik Diego untuk pergi ke ruangannya agar bisa tenang mengobrol.
"Apaan sih, ris? Kok main tarik gitu aja." Protes Diego dalam lift.
"Huh, bapak CEO yang terhormat,,, saya mohon maaf telah lancang, tapi kalau saya tak begitu, kapan saya bisa bicara dengan bapak? Secara bapak sangat populer di perusahaan ini." Jawab Haris.
"Hahahaha,,,, baperan kayak anak kecil kamu, ris." Ledek Diego.
" Ye,,,si bapak. Bukan baper bapak. Saya hanya menyatakan fakta saja. Bapak kan orangnya humble sama orang banyak, jadi wajar kan banyak yang suka. Terus ditambah lagi tampang bapak di atas rata-rata pria pada umumnya." Terang Haris sambil menilai penampilan dari Diego.
"Hah, aku tidak setampan itu." Ujar Diego mencoba merendah dengan gaya layaknya anak kecil.
"Halah, merendah untuk meroket dah ni. Sekarang gua tanya, pekan ini berapa cewek yang udah lu ajak jalan? Gak usah jalan deh, cewek yang nembak lu aja. Gua yakin pekan ini lebih dari sepuluh, bahkan bisa lima puluhan." Terka Haris.
Meski mereka berdua adalah bos dan bawahan, tapi kedekatan mereka sudah seperti seorang sahabat. Dan nampaknya Diego sebagai atasan tidak mempermasalahkan hal itu.
Diego tidak langsung menjawab pertanyaan Haris karena ternyata pintu lift sudah terbuka. Mereka berdua pun keluar dan berjalan menuju ke ruangan Diego. Haris yang bekerja sebagai asisten Diego pun mengikuti langkah bosnya.
Begitu sampai diruangannya, Diego langsung duduk dikursi kebesarannya, sedangkan Haris duduk di sofa empuk telat di depan Diego duduk.
"Ris, aku itu sudah menikah. Mana mungkin punya hubungan spesial sama wanita lain." Tutur Diego dengan senyum mengembang terukir di wajahnya.
"Menikah? Menikah dengan wanita kurang ajar seperti itu? Jangan panggil dia istrimu, Diego." Nampaknya Haris sudah tahu bagaimana hubungan rumah tangga yang dijalani oleh Diego. Saking pahamnya, ia sangat kesal begitu mengingat wajah si wanita yang kini jadi istri Diego.
"Hahahaha,,, ris. Kamu ini, selalu terlihat kesal dengannya. Atau jangan-jangan kamu suka padanya?"
"Mana mungkin aku suka pada wanita sepertinya. Seperti tidak ada wanita lain saja."
Diego hanya melihat eksperesi sahabatnya itu dengan senyuman kecut di wajahnya. Dia paham alasan kenapa dia begitu kesal dengan istrinya, karena dia pun juga merasakan hal yang sama. Mungkin sedikit berbeda dari Haris. Jika Haris sangat membencinya, Diego pun sama tapi juga mencintainya. Aneh memang. Tapi itulah yang ia rasakan selama ini.
Selama menikah karena perjodohan dengan Tasya atau istrinya, dia merasakan adanya rasa cinta dan benci di saat yang sama. Tentunya hal yang ia benci adalah sikap Tasya yang selalu semena-mena terhadap dirinya, bahkan sejak pertemuan pertama mereka ketika ayahnya Tasya menemukan dirinya di sebuah panti asuhan.
Ya, Diego adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan karena tidak memiliki orang tua sejak lahir. Mungkin hal ini jugalah yang membuat Tasya selalu berlaku semena-mena padanya. Dan tentunya Diego paham dan sadar akan hal itu. Dia tahu bahwa Tasya tak pernah menyukai kehadirannya dalam kehidupan Tasya. Apalagi tentang perjodohan mereka berdua yang secara tiba-tiba dilayangkan oleh ayahnya Tasya karena ingin memiliki cucu yang berkompeten seperti Diego.
Diego juga sebenarnya tidak mau menerima perjodohan ini. Selain karena tidak menyukai Tasya, dirinya juga merasa alasan perjodohan ini tak masuk akal, yaitu agar Tasya hamil dari benih miliknya. Mungkin secara genetika memang benar akan ada penurunan yang diberikan kepada anak yang dilahirkan oleh Tasya jika ia menanamkan benih miliknya di sana. Tapi hal itu bukan sesuatu hal yang bisa mendasari pernikahan mereka terjadi.
Apalagi menurut Diego pernikahan adalah hal yang sakral, bukan sebuah ajang untuk eksperimen, karena perasaan dan kedewasaanlah yang bermain di sana. Tapi, mau bagaimana pun penolakan yang pikirannya lontarkan akan selalu ia pendam dalam-dalam. Dirinya tidak akan bisa menolak keinginan ayah mertuanya karena beliaulah yang telah membawa Diego sampai di kondisi seperti saat ini.
"jangan bilang kamu masih cinta sama si Tasya itu?" Tanya Haris yang membuyarkan lamunan masa lalu Diego.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments