"Hhhmmm,,, entahlan, Ris. Aku juga gak tahu." Jawab Diego seadanya. Kesedihan tergambar dengan jelas diwajah tampan miliknya.
"Bro,,, saran dari gua mending lu pisah sama dia." Lanjut Haris mencoba memberikan saran terlogis dalam pikirannya.
"Andai segampang itu." Balas Diego singkat. Ia memutar kursinya mengarah ke sebuah lukisan besar yang terpampang di tembok.
"Pak Burhan? Itu masalahnya?" Haris ikut melihat ke arah lukisan yang dilihat oleh Diego. Sementara itu, Diego hanya menanggapi pertanyaan Haris dengan anggukan semata. Sejenak keduanya terdiam memandangi lukisan itu. Baik Diego maupun Haris sama-sama takjub dengan lukisan yang mereka lihat. Terlihat seperti lukisan itu hidup dan sangat nyata. Haris bahkan sampai lupa ingin berkata apa.
"Cantik ya. Bertahun-tahun aku liat lukisan ini, dan tak pernah hilang keindahannya." Pungkas Diego memecah hening di antara keduanya setelah beberapa menit menyelami keindahan lukisan tersebut.
"Iya, kau benar. Entah siapa yang membuat lukisan ini, aku tak tahu. Yah, walau pengetahuanku tentang seni sangat minim,tapi.melihat lukisan ini selalu membuatku terpesona." Sahut Haris mengungkapkan pendapatnya tentang lukisan itu. Dia memang sudah melihat lukisan itu ada di ruangan Diego semenjak pertama kali Diego menjadi atasannya. Sebenarnya ada keingintahuan dirinya siapa yang melukis lukisan tersebut. Tapi dirinya tak pernah mencari tahu, karena baginya itu tidak terlalu penting. Cukup melihat mahakaryanya saja.
"Begitulah seni. Indah dan menyejukkan hati." Imbuh Diego yang masih menatap lukisan itu.
"Hahahaha,,, kamu benar. Seni itu indah, sampai bisa mengalihkan topik pembicaraan kita." Ucap Haris yang mulai tersadar bahwa percakapan mereka belum selesai. Diego hanya bisa tersenyum karena berhasil membuar Haris melupakan obrolan mereka dengan lukisan meski hanya sebentar.
"Ayolah,, apalagi yang perlu dibacarakan?" Sebenarnya Diego paham maksud Haris, hanya saja dirinya enggan membahas masalah hidupnya pada orang lain.
"Tentu saja tentang perceraianmu dengan Tasya." Jawab Haris.
"Ada pak Burhan, Ris. Mana bisa aku melawannya. Dia ayah Tasya. Dan dia juga yang mau aku melahirkan seorang anak agar kejeniusanku tetap berlanjut bahkan lebih baik lagi.". Diego mencoba membuat Haris mengerti keadaan dirinya.
"Iya, aku mengerti. Aku paham betul maksudmu. Tapi apakah kamu benar-benar suda mencoba sesuatu? Seperti bicara pada pak Burhan untuk perceraian kalian?" Tanya Haris yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Diego.
"Diego, aku di sini bertanya bukan sebagai sekretarismu atau bawahanmu. Aku di sini bertanya karena aku peduli padamu. Kita ini sahabat bukan?" Sambung Haris.
"Ya, tentu saja. Aku bahkan sudah menganggapmu seperti keluarga ku sendri." Jawab Diego yang kini tak mau menatap Haris. Dia memilih untuk membelakangi Haris yang duduk di sofa dengan memutar kursinya ke belakang.
"Nah, kau sendiri yang bilang aku keluargamu. Jadi, biarkan aku menolongmu. Kamu orang baik Diego. Wanita seperti Tasya hanya bisa menyia-nyiakan pria sepertimu,,," belum sempurna kalimat Haris ucapkan, sudah dipotong oleh suara Diego.
"Dia tidak menyia-nyiakanku. Lagipula aku bukan lelaki baik." Potong Diego.
"Huh,, memang susah memberitahumu. Entah apa yang membuatmu bisa jatuh cinta pada wanita seperti itu aku tak tahu. Bahkan kamu selalu membelanya, padahal dia selalu menyakitimu. Diego, jujur aku sangat tidak suka dengan perlakuan keluarga pak Burhan terhadapmu." Baru saja Diego hendak membuka mulut, Haris lebih cepat berdiri dengan maksud agar Diego tak membalas perkataannya.
"Diego, aku ini keluargamu, teman dan juga sahabatmu. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Jika kau butuh bantuan, aku akan selalu ada untukmu." Haris nampak mengambil nafas berat sebelum melanjutkan ucapannya.
"Jadi, izinkan aku memberikanmu satu kenyataan, Diego. Aku tahu kamu mencintai Tasya bahkan ketika dia menyakitimu. Tapi ingat Diego. Keluarga mereka hanya menganggapmu robot pintar yang bisa mereka gunakan untuk keuntungan mereka saja. Mereka tak mau tahu perasaanmu apa. Carilah kebahagiaanmu Diego. Kamu juga harus bahagia. Mungkin berat bagimu untuk berpisah, tapi jangan jadikan cinta sebagai alasan yang membelenggumu. Sudahlah, aku mau kembali ke ruanganku. Selamat bekerja, bos." Kata Haris yang mulai berjalan meninggalkan ruangan kerja Diego.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments