"Tak apa Bibi. Aku ikhlas dengan keputusanku ini. Aku kan bisa belajar ilmu agama disini sudah cukup. Jangan sedih Bibi. Percayalah, aku tak apa-apa." Tegas Azahra terhadap Bibinya.
"Nak, kami sanggup untuk membiayakanmu. Tak perlu memikiran uangnya dari mana. Kami sudah menganggap Azahra sebagai anak perempuan kami." Jelas sang Paman.
"Aku sangat berterima kasih kepada Paman dan Bibi. Karena sudah mau menganggap aku sebagai anak. Tapi aku tak mau membebani kalian semua. Ini sudah cukup paman!" Kata Azahra.
"Baiklah jika itu mau mu, Nak. Kami tak bisa memaksakanmu. Jika itu pilihan mu. Kami akan mendukung dan mendoakanmu selalu" jelas sang Bibi. Karena Paman dan Bibinya tahu betul akan sikap keponakannya. Dan kalau sudah mengambil keputusan. Tak bisa di ubah-ubah kembali.
"Terima kasih Paman dan Bibi. Aku sangat mencintai kalian" kata Azahra sambil tersenyum.
Dan tak terasa sudah sampai ke pesantren yang dituju. Azahra turun bersamaan Paman dan Bibinya. Sangat gugup pastinya bagi yang baru pertama kali menginjak di sebuah pesantren. Pesantrennya yang sederhana dan memang santri dan santri watinya hanya berjumlah 80 anak. Tapi suasananya sangat kental dengan pedesaan yang asri.
Singkat cerita.
Degupan jantung azahra saat ini menyerbu di dalam dada. Sudah terbayang pastinya suasana di pesantren yang ia akan tinggali. Di dalam benaknya sudah melontarkan banyak pertanyaan. Antara bahagia bisa lepas dari beban sang Paman dan Bibinya. Atau Sedih karena takut tak mempunyai teman dekat (wanita). Tapi ia harus tegar walaupun rintangan yang akan azahra lewati.
Semua santri dan santri wati yang ada melihat tanpa kedip kepada sesosok remaja putri. Mereka semua berdecak kagum padanya. Sesosok remaja putri yang memakai baju gamis warna merah maroon dan jilbab syar'i senada. Dan cadar warna senada pula. Ini yang mereka membuat fokus tertuju kepada calon santri wati yang baru. Ialah Azahra Aulia Putri. Azahra hanya menunduk saja tanpa menatap siapa pun. Ia sangat tidak percaya diri di lingkungan yang baru.
Singkat cerita. Pada ruangan yang lumayan besar yaitu kantor khusus untuk para guru-guru yang mengajar di pesantren. Dan dibagi menjadi beberpa ruangan yang hanya diberi sekatan untuk ruangan guru pesantren. Dan ada ruangan menerima tamu di bagaian paling depan sebelah kanan pintu masuk.
Paman dan bibi memberi salam sebelum masuk ruangan itu.
"Assalamua'laikum!" Seru sang Paman
"Waa'laikumssalm. Silahkan masuk." Jawab sesosok lelaki bersuara serak basah yang berusia 60 an tahun yaitu Pak Kyai Ali. Beliau adalah pemilik pesantren
"Mari duduk" diusul perempuan yang berusia 50 an beliau adalah istri Pak Kyai Ali dengan ramah.
Lalu Kami pun bersalaman dan duduk.
Setelah berkenalan, dan mengobrol pada umumnya. Paman dan Bibi mengatakan tujuan kami sebenarnya. Dan beliau pun menyambut niat kami dengan senang hati. Pak kyai pun mengucapkan duka cita yang mendalam untuk Azahra yang sekarang telah menjadi yatim piatu.
Karena bentuk kepedulian sang beliau Pak Kyai Ali menerima Azahra dengan suka cita. Yaitu memperbolehkan Azahra tinggal dan mendalami ilmu agama islam di pesantren milik beliau. Tanpa harus memikirkan biaya yang akan di keluarkan.
Setelah berbincang banyak. Paman dan Bibi pun izin mengundurkan diri dan akan pulang ke kota asal. Dan Azahra sedih harus berpisah kepada Paman dan Bibi nya. Kami saling berpelukan. Air mata tak bisa di tahan. Paman dan Bibi pun mendoakan Azahra agar betah di pesantren ini. Dan pergi meninggalkan Azahra di pesantren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Qiza Khumaeroh
paman bibiy Zahra tulus bgett
2022-02-20
1
resia
pesona azahara
2022-01-29
0
Nya♌
mmpr nh thor
2021-01-05
0