DUNIA MELLANIE
"Kondisikan wajahmu Ell, sebentar lagi kita akan pemotretan." tegur Hana. Asisten sekaligus tangan kanan Ella saat melihat wajah murung Ella.
Hana yang mengatur semua jadwal Ella. Itupun Hana selalu berkoordinasi terlebih dahulu dengan Ella. Hana juga bertugas merias bahkan menyiapkan segala keperluan Ella saat bekerja.
Hana bukan hanya sebatas pekerja bagi Ella. Dia sudah seperti sahabat tempatnya berkeluh kesah setiap saat.
Ella juga akrab dengan keluarga Hana. Begitupun sebaliknya. Hana kenal dan juga akrab dengan Tuan Haris. Papanya Ella, dan Nyonya Ane. Mamanya Ella.
"Kenapa jawaban Vano selalu sama saat aku meminta dia untuk menikahiku." Ella memandang dirinya pada pantulan cermin.
"Kenapa kau tanya padaku, tanya saja pada Vano." ujar Hana menata rambut Ella.
"Belum siap. Itulah kalimat ajaib yang selalu meluncur dari dalam mulutnya. Lantas sampai kapan dia akan siap." ucap Ella kesal.
"Padahal aku sangat mencintainya. Aku memberikan apapun yang dia inginkan." imbuhnya.
"Karena kau terlalu penurut. Buat dia yang bertekuk lutut padamu sayang. Bukan malah dirimu." Hana mengalihkan jari jemarinya membenahi pakaian Ella.
"Dia selalu mengancam akan meninggalkanku jika aku berani macam-macam." katanya dengan sendu.
Hana hanya mendengus mendengar perkataan terakhir dari Ella.
"Kau cantik Ella. Model kelas atas. Lelaki mana yang tidak tertarik padamu. Keluargamu cukup kaya dan terkenal. Kedua orang tua yang sangat menyayangimu. Karirmu juga bagus. Apalagi yang belum kau punya." ucap Hana membenahi kembali riasan pada Ella.
Ella sangat mencintai Vano. Bahkan dia dengan sadar memberikan tubuh indahnya untuk Vano meskipun mereka belum terikat tali pernikahan.
"Kau mencintaiku Ella. Buktikanlah." ucap Vano.
"Aku sangat mencintaimu. Apapun akan aku lakukan untukmu honey." ujar Ella.
Malam itu, Ella kehilangan mahkotanya. Dia memberikan keperawanannya pada Vano secara sadar. Dan sejak saat itu, Ella selalu melayani Vano seperti seorang istri. Kapanpun Vano inginkan.
Tetapi Ella hanya melakukan dengan Vano. Tidak pernah Ella melakukan hubungan intim dengan lelaki lain selain Vano.
Saat Ella mengajaknya untuk menikah, Vano selalu beralasan belum siap. Padahal keluarga mereka sudah merestui hubungan keduanya. Semua orang juga tahu hubungan keduanya.
Ella yang sangat mencintai Vano, tidak ingin jika Vano meninggalkannya. Dan itu Vano gunakan untuk mengancam Ella. Dan jika Ella menolak keinginannya, Vano selalu mengancamnya. Dia akan meninggalkan Ella
"Hay, Nona,,, pemotretan akan dilaksanakan sebentar lagi. Ready." ucap kru di pemotretan tersebut menyadarkan Ella dalam lamunannya.
"Siap." seru Hana.
"Ayo Ell." Hana membantu Ella berjalan. Karena Ella menggunakan gaun panjang di belakangnya.
Kali ini, Ella melakukan pemotretan untuk sebuah pruduk perhiasan. Ella melakukan sesi demi sesi pemotretan dengan sangat sempurna dan memuaskan.
"Pantas kau di sebut model kelas atas Ell. Lihat, amazing." Photographer memperlihatkan hasil potretannya pada Ella dan Hana.
"Itu karena anda yang mahir dalam memotret ku tuan."
Ella memang selalu merendah jika ada yang memuji dirinya. Karena itulah banyak orang yang menyukai dirinya.
"Eitt,, jangan lupa. Ini semua juga karena jari jemari seorang Hana yang piawai dalam rias merias." ucap Hana dengan gaya memainkan telapak tangannya.
Gelak tawa terdengar riuh di ruang pemotretan karena tingkah dari Hana.
Mam calling
Ada apa ma?
^^^Jangan lupa, nanti makan malam^^^
^^^bersama keluarga Vano.^^^
Iya ma.
^^^Kamu pakai gaun yang^^^
^^^mama kasih ya sayang.^^^
Iya ma.
"Kamu ikut ya Han." Ella mengajak Hana untuk menemaninya.
"No." tolak Hana tegas sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Pasti akan membosankan. Mama akan sibuk berbincang dengan tante Risma. Mamanya Vano. Papa juga pasti sibuk dengan Om Danto. Papanya Vano." keluh Ella.
Karena sebelumnya, kedua keluarga ini sering melakukan makan malam bersama. Dan itulah yang terjadi. Ella selalu merasa sendirian.
"Hello,, Vano kan ada Nona." Hanna membersihkan make up di wajah Ella.
"Dia sibuk dengan gawainya." ucap Ella lirih.
Hana menatap Ella dengan kasihan. Dia tahu bahwa atasannya itu sangat mencintai Vano. Karena Vano adalah cinta pertama Ella.
Sedangkan Vano, tidak ada yang tahu isi hatinya. Apakah dia benar-benar mencintai Ella. Atau hanya menjadikan Ella pemuas nafsunya saja.
*****
"Tuan, Nyonya Risma baru saja menghubungi saya. Beliau mengingatkan anda untuk menghadiri makan malam dengan keluarga Nona Ella malam ini." ucap Santi, sekertaris cantik dan seksi Vano.
Santi mendekati tempat duduk Vano dan berbisik.
"Apa saya harus menjawabnya." Santi sedikit menundukkan badannya, sehingga bukit kembarnya yang besar menyembul keluar.
"Menurutmu." Vano menarik tubuh Santi untuk duduk di pangkuannya.
"Kau semakin seksi dan menggoda." Vano mengendus dan mencium leher belakang Santi dengan mata mengarah pada bukit kembar milik Santi. Dan tangan kiri meraba paha mulus Santi.
Santi malah menaikkan sedikit roknya yang sudah pendek. Dan menyentuh tangan kiri Vano di atas pahanya. Mengarahkan tangan kiri Vano masuk kedalam rok mini miliknya.
Tangan kiri Vano membelai sesuatu di dalam rok milik Santi yang masih terhalang oleh kain tipis. Tangan kanan Vano masuk ke dalam baju Santi. Mengusap lembut kulit perut Santi.
"Ekhem. Tuan, utusan dari perusahaan Tuan Egi sudah datang. Mereka menunggu di ruang meeting" ucap Reza. Asisten Vano.
Tanpa mengetuk pintu Reza masuk ke dalam ruangan Vano. Santi segera berdiri dari pangkuan Vano dan bergegas keluar. Reza menatap tajam Santi yang sedang berjalan ke arahnya.
Tanpa menatap Reza, Santi melangkahkan kakinya keluar ruangan. Vano berdiri dan merapikan penampilannya.
"Asisten brengsek. Mengganggu saja." batin Santi saat Vano dan Reza berjalan di depan mejanya.
Meja tempat kerja Santi tepat berada di depan ruangan Vano. Karena dia adalah sekertaris Vano.
"Maaf, membuat kalian menunggu." ucap Vano pada pegawai utusan dari perusahaan milik Egi.
"Tidak masalah Tuan. Kami yang seharusnya minta maaf. Karena Tuan Egi berhalangan datang. Jadi kami yang harus menggantikannya." ucapnya.
Selesai pertemuan, Vano kembali ke ruangannya. Di ikuti oleh Reza.
"Kamu segera urus ini." Vano memberikan sebuah map berisi beberapa berkas pada Reza.
"Baik tuan." ucap Reza meninggalkan ruangan Vano.
"Suruh Santi masuk. Ada yang harus dia selesaikan." perintah Vano pada Reza saat Reza hendak keluar ruangan.
"Baik tuan."
Tidak lama setelah Reza keluar, Santi masuk ke dalam ruangan Vano.
"Kunci pintunya." ucap Vano pada Santi.
"Baik tuan."
"Sini." Vano menepuk paha miliknya.
Santi dengan senang hati duduk di pangkuan Vano. Tanpa berlama-lama, kedua tangan Vano sudah meremas bukit kembar milik Santi.
"Ahhh." tangan Santi membuka kancing baju miliknya sendiri. Dia melebarkan kakinya. Dan menggosok pusaka Vano menggunakan pantatnya.
Vano tersenyum melihat sekretarisnya yang sangat agresif.
Tangan kanan Vano beralih ke dalam rok Santi dan memainkan sesuatu di dalamnya yang membuat si empunya menggeliat.
"Ahhhh,,,," suara laknat keluar dari mulut Santi saat tangan Vano mengobrak-abrik isi di dalam rok Santi.
Tangan kiri Vano dengan terampil memainkan salah satu bukit kembar Santi.
"Tuann,,,, Ahhhh."
Cukup lama Vano melakukan aktifitas tersebut, hingga dia menghentikannya. Santi berdiri dan menghadap ke Vano dengan kancing pakaian yang sudah terbuka semua.
Santi *******-***** sendiri bukit kembarnya sambil melihat ke arah Vano dengan sangat bergairah. Vano berdiri dan mengeluarkan pusakanya tanpa mencopot celananya.
Di arahkan mulut Santi ke dalam pusaka miliknya. Di tekannya kepala Santi, dengan sesekali di belainya secara lembut rambut milik sekretarisnya tersebut.
Vano memejamkan mata saat mulut Santi memanjakan pusaka miliknya.
"Lebih cepat,,, ahhhh,,, ahhh."
Hingga terdengar suara nikmat yang keluar dari mulut Vano saat cairan putih menyembur dari dalam pusaka miliknya.
"Rapikan pakaianmu. Dan keluarlah."
Vano melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan miliknya.
Santi tidak percaya dengan apa yang di katakan Vano barusan.
"Keluarlah." gumam Santi.
"****." umpat Santi sembari merapikan kembali pakaiannya.
Vano merasakan nikmat tanpa memasukkan pusakanya pada goa milik Santi. Cukup dia memasukkannya pada mulut sekretarisnya tersebut.
Santi kembali ke mejanya dengan perasaan kesal. Vano keluar dari ruangan dan berjalan di depan meja kerja Santi tanpa menoleh ke arah Santi.Seolah-olah tidak terjadi sesuatu antara mereka.
"Oh God. Jika bukan karena kaya dan tampan, gue juga nggak sudi untuk mendekatinya." gumam Santi dengan mata masih memandang tubuh Vano yang semakin berjalan menjauh darinya.
"Ke apartemen." ucap Vano di dalam mobil.
"Baik Tuan." Reza melajukan mobilnya sesuai perintah atasannya. Yaitu menuju apartemen mewah milik Vano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Mega Biru
jadi cewe Ella terlalu gampangan, ko bisa ke gadisanya di kasihin wlw pun cinta, cuma buat pemuas nafsu vano doang
2022-06-28
1
Navizaa
wah wah wah, baru baca udah hot aja, lanjut baca 😁
2022-06-20
4
Zainab Ddi
Ella cari cowok lain aja vano ngak bener
2022-06-17
1